banyak typo, guys :(
happy reading yaw 🌸🤗Malam ini gladi bersih buat acara perpisahan besok, Nada dan Raidan sedang menampilkan teater terakhir mereka di SMA Tunas Cendikia ini.
Tema perpisahan tahun ini adalah Cinema atau kerap kita sapa bioskop. Kebetulan karena mereka angkatan 21. Jadi rasanya pas aja gituloh.
Dresscode seperti biasa gaun untuk yang perempuan dan jas atau tuxedo untuk laki-laki.
Selesai gladi untuk teater lanjut gladi keacara-acara yang lain. Aula indoor Tunas Cendikia disulap sedemikian rupa menjadi bioskop raksasa. Kebetulan mereka enggak pilih dihotel atau gedung lain, karena katanya nanti rasanya gak dapet.
Selain dibantu oleh beberapa donatur untuk kekurangan biaya (sudah pasti Altaf, Yasmine, Ryan, Yura, dan Stely ikut menjadi donatur) mereka juga mendapat bantuan properti milik sekolah. Mungkin alasan dipilihnya Farhan sebagai ketua pelaksana karena memang ia memiliki ide yang cemerlang untuk hal semacam ini.
Karena yang Farhan mau hemat, mewah, berkesan, tapi tak mengeluarkan banyak biaya.
Sempat dicibir juga oleh beberapa temannya seperti Figan dan Dava emangnya bisa, tapi lihat Farhan membuktikan bahwa emang bisa.
Benar-benar kesayangan semua--termasuk Evlyn-- Farhan ini mah.
"Kok rasa deg-degannya aneh ya, Rai?" Tanya Nada pada kekasihnya itu. Mereka lagi duduk-duduk dilantai sehabis gladi bersih.
"Kenapa? Bukannya udah biasa?" Tanya Raidan balik. Yee ditanya juga malah balik nanya.
"Gak tau aku deg-degan aja, apa karena ini penampilan kita di Tunas Cendikia ya?" Ujar Nada kemudian meminum air mineralnya.
"Iya Nad, gua juga mikir gitu," tiba-tiba Salsa bergabung bersama mereka.
"Besok kamu gimana? Aku jemput apa bareng mama sama papa?"
"Aku sama mama papa aja, kamu kan juga berangkat sama mami papi kamu," kata Nada.
"Oh iya Rai, besok nyokap gua gabisa dateng. Mami yang bakal gantiin, jadi nanti gua balik kerumah lu," ujar Salsa kemudian undur diri.
"Iye, serah."
💄
"Kamu serius?"
"Iya, makanya ayo kamu temanin aku."
Malam itu, Leo benar-benar gemetar, akhirnya ia kembali kerumah ini. Rumah tempat ia dibesarkan, rumah tempat ia mengenal kata cinta dari orang tua, rumah yang bisa ia panggil 'rumah'.
Ia melangkahkan kakinya pelan, tangannya menggenggam tangan Hannah kuat. Takut. Leo takut. Entah apa yang ia takutkan, yang pasti ia hanya takut.
Takut kalau pilihannya salah, takut kalau pilihannya tidak diterima, takut kalau sesuatu yang buruk akan terjadi.
"Semua akan baik-baik aja," Hannah mengelus lengan pemuda yang kelihatan sangar didepannya ini, namun sangat rapuh didalam.
Leo mengangguk kemudian membuka pintu rumah, beberapa maid menyambut mereka.
Hannah kaget, ia tak pernah tau kalau Leo sekaya ini. Ia tak pernah tau bahwa keluarga leo sebesar ini.
"Selamat datang kembali, tuan muda," Leo hanya mengangguk.
"Saya ingin bertemu dengan ayah," ujar Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teenager Area ✓
FanfictionAwalnya suka sama liptint yang sama eh malah jadi sahabatan. ©winniedepuh, 2019