Chapter 08

6.4K 562 69
                                    

Selama diperjalaan menuju rumah Edward, Elora hanya terdiam sembari meremas kedua tangannya yang berada di atas pangkuan. Gerak-gerik Elora memancing Malik yang sedang mengemudi untuk memperhatikan gadisnya yang tampak gelisah itu. Malik tahu betul apa yang sedang Elora pikirkan sekarang.

"El." Panggilan itu membuat Elora tersadar dari lamunannya lalu menoleh pada Malik, "Mengambil keputusan yang benar memang sulit tapi percayalah keputusan yang benar akan membawa kebaikan untukmu."

"Aku hanya takut jika Edward akan membenciku setelah dia mengetahui semuanya."

"Aku mengenal Edward, El. Kau tidak perlu khawatir, jika sampai hal itu terjadi aku akan memberi dia pengertian." Tangan Malik meraih tangan Elora lalu menggenggamnya, "Aku benci melihatmu seperti ini terus."

Elora tersenyum tipis, dia tahu sikapnya yang seperti ini membuat Malik tidak nyaman. Tentu ada rasa bersalah di dalam hati Elora, belakangan ini dia lebih mementingkan Edward yang notabenenya adalah pasien Elora dibandingkan Malik, kekasihnya. Merebahkan kepala pada bahu Malik, tangan Elora melingkar di tubuh Malik, memeluknya dengan erat.

"Maafkan aku."

Lima belas menit setelahnya mobil Malik berhenti di depan pintu gerbang besar rumah Edward. Awalnya Elora meminta Malik untuk menemaninya namun Malik menolak. Helena hanya mengundang Elora, Malik hanya tidak mau kehadirannya akan membuat suasana menjadi canggung. Malik memang sangat ingin membantu Elora tapi cukup membantunya dari belakang. Malik tahu Elora sudah dewasa, dia bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Kekasihnya itu gadis yang mandiri. Kurang lebih begitulah alasan Malik menolak ajakan Elora untuk masuk.

Ketika Elora melangkahkan kakinya pada halaman depan rumah mewah Edward, Elora sudah melihat kehadiran Si pemilik rumah yang berdiri di depan teras dengan kemeja putih yang membuatnya terlihat sangat bersinar pada malam itu. Menatap mata hijau Edward membuat nyali Elora kembali ciut. Rasa tidak sanggup mengatakan kejujuran itu kembali melandanya.

"Hai." Edward mengulurkan tangan kanannya ketika gadis itu menaiki tangga, "Helena sudah lama menunggumu."

Elora menyambut tangan Edward dengan senyuman. "Maaf membuat kalian menunggu. Malik sedikit terlambat menjemputku tadi."

"Tidak masalah. Oh ya, dimana Malik?"

"Dia sudah pulang, nanti dia kemari lagi untuk menjemputku."

Edward menganggukan kepalanya paham. "Kalau begitu ayo masuk."

Kembali rasa gugup yang Elora rasakan ketika tangan Edwrad menyelinap di balik pinggangnya ketika mereka berjalan masuk beriringan. Beberapa pelayan menyambutnya dengan baik dan tentu dibalas dengan senyum ramah oleh Elora.

"Apa Helena yang menyiapkan ini semua?" tanya Elora berbisik di telinga Edward.

"Iya, aku juga cukup terkejut melihat ini semua saat pulang kerja."

Bukannya tidak menyukainya hanya saja ini terasa sedikit berlebihan, terlihat seperti makan malam formal pada umumnya. Padalah hanya akan ada tiga orang saja di meja makan. Dan Elora juga sedikit mengutuk dirinya karena menggunakan pakaian yang cukup santai, jika tahu seperti ini tentu dia akan menggunakan gaun.

"Hey! Kau sudah datang, Elora." Sapa Helena yang baru saja ,eletakan mangkuk di atas meja makan, "Ayo duduk."

Elora dan Edward saling bertatapan sesaat, kemudian Elora melangkah terlebih dahulu untuk menemui Helena. Di meja makan besar itu sudah tersedia berbagai hidangan makanan, tampak lebih menarik lagi ketika dihiasi oleh lilin-lilin kecil di sekitarnya.

"Semua ini aku persiapkan spesial untuk menyambut kedanganmu. Kau menyukainya?"

"Tentu, tapi aku rasa ini terlalu mewah." Elora terkekeh tidak percaya, "Terimakasih banyak sudah mempersiapkan ini untuk ku."

THE DEPRESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang