Chapter 35

3.3K 254 89
                                    

Hai. Siapa yang nungguin book ini? Ayo absen dulu.
I'm so sorry for late update guys hehe but happy reading✌🏼

***

Elora menatap kosong jendela rumah sakit yang perlahan-lahan mulai terkena rintikan air hujan. Dia baru saja menyelesaikan praktiknya setelah Bella keluar dari ruangannya. Seharusnya dia pergi untuk makan siang, tapi berhubung cuaca membuatnya malas berpergian, Elora memilih tetap tinggal di ruang kerjanya sambil memikirkan beberapa hal yang menganggu pikirannya belakangan ini.

Pesan yang entah siapa pengirimnya itu selalu membuat Elora merasa terancam. Tak hanya satu atau dua kali, pesan itu selalu dia dapatkan setiap saat—kecuali hari ini. Dan entah mengapa hal itu membuat Elora takut. Bagaimana jika segala ancaman itu benar-benar terjadi padanya?

Tok...Tok...Tok!

"Masuk!" Balas Elora sembari merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Seharusnya tidak ada pasien dijam istirahat, mungkin seorang perawat atau...—Malik?

"Elora, apa kau sedang sibuk?" Tanya pria itu dengan hati-hati. Kemeja yang Malik kenakan sedikit basah akibat tetesan dari rambutnya yang terkena air hujan. "Bisa kita bicara sebentar?"

Bibir Elora tertarik membentuk sebuah lengkungan sempurna. Langkah kakinya mengantarnya untuk mendekati Malik kemudian memberikan pelukan rindu pada pria yang mendadak hilang setelah tragedi baku hantamnya bersama Edward beberapa minggu yang lalu.

Nyaris satu bulan, Elora tidak pernah bertemu Malik. Beberapa kali Elora kerap mendatangi apartemen Malik guna melihat keadaan pria itu karena keadaan Malik saat pertemuan terakhir mereka sangat menghkahwatirkan. Tapi sayang Elora kehilangan jejak karena setiap ia bertamu, apartemen Malik seolah tak berpenghuni. Begitu pula dengan ponsel Malik yang tidak dapat dihubungi.

Bukti lain dibalik menghilangnya Malik adalah Edward yang selalu bertanya-tanya kemana perginya karyawan terbaik DGA itu. Mungkin persahabatan antara dua pria itu tidak sedang baik-baik saja namun Edward tampak menyesali perbuatannya yang nyaris menghilangkan nyawa sahabatnya sendiri.

Tapi sudahlah. Melihat Malik berdiri di depannya dengan keadaan baik-baik saja sudah membuat Elora merasa lega luar biasa.

"Kau kemana saja selama ini, Malik?" Tanya Elora sambil mencengkram lengan Malik. "Mengapa sangat sulit dihubungi?"

"Apa kau mencariku?"

"Tentu saja. Apa kau pikir aku manusia yang tidak memiliki hati? Kau pergi dari rumahku dengan keadaan yang sangat mengkhawatirkan. Tentu aku takut terjadi sesuatu yang buruk padamu, Malik."

"Aku pergi untuk menemui keluargaku di Las Vegas. Hitung-hitung untuk menangkan diri juga." Ujar Malik dengan tatapan teduh. "Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik-baik saja. Dan aku juga sangat lega melihatmu baik-baik saja."

Elora menutup pintu ruanganya saat ia menyadari jika mereka menjadi tontonan orang yang berlalu lalang di koridor rumah sakit. Malik dan Elora merasa kaku ketika harus berduaan seperti ini lagi—setelah apa yang Malik hampir lakukan pada Elora malam itu.

Seditik pun Malik tak pernah mengalihkan tatapannya dari Elora yang berdiri tegang di hadapanya. Elora hanya gugup—dia tidak berpikir jika Malik akan melakukan hal buruk itu lagi padanya. Tatapan Malik ketika datang benar-benar memperlihatkan ketulusan yang mendalam.

"Aku ingin minta maaf atas kejadian malam itu, El. Aku lepas kendali dan..—"

"Tidak perlu diingat lagi. Aku sudah memaafkanmu tentu saja." Elora menangkap manik coklat Malik kemudian menguncinya saat ia kembali menghampiri Malik yang sudah duduk di kursi pasien. "Maaf juga atas hal buruk yang harus kau terima."

THE DEPRESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang