Chapter 44

2.2K 190 46
                                    

Playlist : Zayn - It's You
🍉
🍉
🍉
Part ini bakal buat emosi kalian campur aduk mohon kuatkan diri dan jangan lupa VOTE + SPAM COMMENT yang banyak! Kalo masih banyak sider next part aku private hehehe🤪 btw ini long chapter

Happy reading💕

***

Dengan susah payah Elora berusaha menyangga tubuh lemah Malik yang nyaris tumbang dengan melingkarkan lengan kokoh pria itu disekitar lehernya. Ketika sudah sampai di depan pintu apartemen Malik, tangan Elora meraba saku kemeja hingga saku celana yang Malik kenakan guna menemukan kunci apartemen milik mantan kekasihnya itu. Dan ya! Syukurlah Elora menemukan benci kecil itu di saku belakang celana Malik.

"Apa sebenarnya yang kau minum, Malik?" Gumam Elora pelan, nyaris seperti sebuah keluhan ketika ia merebahkan pelan tubuh Malik di atas tempat tidur. Aroma alkohol pada nafas dan tubuh Malik sangat menyengat. Hampir membuat Elora merasa mual ketika berada di dekatnya.

"Kepalaku sakit sekali, El." Malik merintih pelan. Kedua matanya masih tertutup rapat. Tidak menyangka jika pria itu masih sadarkan diri. Elora pikir Malik sudah tumbang dan pergi ke alam mimpi. "Tolong ambilkan aspirin untuku."

"Dimana kau meletakanya?"

Malik mengarahkan tanganya sembarang. "Laci meja nomer dua di sebelah bufet televisi. Tolong!"

Elora berjalan ke meja kecil di sebelah bufet, sesuai intruksi Malik walau pria itu menunjukan arah yang berlawanan. Elora mengambil dua buah pil aspirin kemudian melenggang ke arah dapur untuk mengambilkan segelas air putih guna mempermudah Malik meminum pilnya.

Efek analgetik dari pil tersebut langsung bereaksi pada tubuh Malik yang berubah rileks setelah meminumnya. Elora menarik selimut hingga dada Malik. "Kau terlalu banyak minum. Sekarang beristirahatlah, Malik."

Malik menganggukan kepala lemah. Bibirnya membentuk sebuah lengkungan ke atas bersamaan dengan tanganya yang menyentuh permukaan tangan Elora di atas selimut tebalnya. "Terimakasih. Kau masih mau peduli padaku."

"Tentu aku peduli. Kau sahabatku. Jangan banyak bicara dan tidurlah!"

"Jangan tinggalkan aku!" Sahut Malik cepat. Walau suaranya teramat pelan namun Elora masih dapat mendengarnya dengan jelas. Mungkin Malik sedang melantur, pria itu bahkan mabuk berat. "Malam ini saja. Jangan tinggalkan aku. Please."

Oh. Elora menghembuskan napas legas. Setidaknya itu tidak seperti apa yang Elora pikirkan sebelumnya. Elora menarik tanganya kemudian mengsuap pelan rambut Malik yang tampak sudah panjang dan berantakan. "Tidurlah. Aku akan tidur di sofa."

"Tidak biasanya." Kedua mata Malik terpejam rapat. Ada rasa sakit dibalik kalimatnya. Ya. Biasanya Elora tidak akan memilih tidur disofa ketika tempat tidur dan pelukan Malik mampu membuatnya terjaga. Tapi Elora menakankan pada dirinya jika itu hanya sebuah kenangan masa lalunya bersama Malik. Sekarang semua sudah berbeda, dia sudah memiliki Edward dan tidak mungkin melakukan pengkhianatan untuk yang kedua kalianya.

"Sudah seharusnya begitu, Malik. Aku mohon tidurlah, kau butuh istirahat, begitupun aku."

Malik tersenyum sekali lagi setelah Elora menarik tanganya dari pria itu. Hingga akhirnya Malik terlelap secara perlahan, mengakhiri seluruh percakapan sesuai dengan apa yang Elora inginkan. Dalam keheningan Elora menatap Malik yang sudah terjaga dalam tidurnya. Memandangi wajah polos pria itu membuat hati Elora sedikit hancur.

Ternyata hidup Malik tanpa sosok dirinya sangatlah kacau. Malik tampak lebih kurus dari biasanya. Apa mungkin karena tidak ada lagi yang mengatur pola makanya? Ya, itu sangatlah mungkin dan Oh Tuhan, sejak kapan pula Malik menjadi pria yang gamar minum hingga teler disebuah kelab malam?

THE DEPRESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang