Chapter 18

5.2K 464 45
                                    

Pukul enam sore. Elora sudah siap dengan dress selutut bermotif bunga yang ia kenakan. Wajahnya sedikit dipoles dan hal itu semakin membuatnya terlihat menarik. Ia menghembuskan napas beratnya sekali lagi. Ini bukan ide bagus, namun bagaimana pun kewajiban tetaplah kewajiban. Elora harus bertemu dengan Ramon sekarang juga.

Hendak membuka pintu, Elora menyadari jika dia belum mengambil Room Card miliknya. Namun ketika dia kembali ke nakas di samping kasurnya, membuka seluruh isi dari lacinya, dia tidak menemukan benda tersebut.

"Tadi aku meletakannya disini. Mengapa tidak ada?" Elora meracau frustasi seorang diri.

Kamarnya yang semula rapi berubah menjadi berantakan. Dan Elora hampir menghabiskan setengah jam waktunya hanya untuk mencari benda tersebut. Suara ketukan pintu dari luar membuat Elora tersadar dan ia menyerah. Dia harus meminta pertolongan.

"Dokter Elora, kau di dalam?" suara pria itu bak penyelamat bagi Elora. Suara itu milik Bara, bodyguard Edward.

"Hei, tolong aku." Elora mendekat sambil memukul pintu tersebut, "Aku kehilangan Room Card ku. Aku terkunci dari luar."

"Baiklah. Tunggu disana, Dokter El. Aku akan meminta bantuan petugas hotel."

"Oke, Bara."

Setelah beberapa menit menunggu dengan sedikit gelisah, akhirnya Elora menemukan tanda-tanda jika ada seseorang yang sedang berdebat di depan pintu kamarnya. Yang di dengar Elora tidak terlalu jelas namun kalimat terakhir yang dia tangkap adalah suara Bara yang mengatakan, "Saya tidak punya waktu untuk menunggu lagi. Pintu ini harus terbuka sekarang, saya akan mendobraknya."

Elora berteriak sambil menggedor-gedor pintu itu dari dalam, "Hei, bagaimana? apa pintu ini bisa dibuka?"

"Saya harus mendobrak pintu ini." Lagi, suara Bara yang sedang melakukan negosiasi terdengar. "Dokter El, tolong jauhi pintu karna aku akan mendobraknya dari luar."

"Apa tidak ada Room Card lain atau kunci cadangan?"

"Ada, tapi kita harus menunggu sepuluh menit lagi. Kita tidak punya waktu banyak, Dokter El. Tuan Edward baru saja pergi dalam kondisi yang tidak stabil."

"Kemana perginya Edward?"

"Aku tidak tau, aku tidak dapat mencegahnya. Maka dari itu aku mencarimu. Kupikir kau tau kemana perginya Tuan Edward."

"Aku tidak tahu." ucap Elora khawatir, "Bara, ayo cepat buka pintu ini!"

"Tolong jauhi pintu ini karena aku sudah mendapat persetujuan dari pihak hotel untuk mendobraknya."

"Baik. baik."

Dalam hitungan tiga, Bara berhasil mendobrak pintu itu dengan kakinya. Elora sedikit terkejut ketika suara pintu menghantam dinding terdengar begitu keras. Bara menjelaskan bagaimana kronologi kepergian Edward kepada Elora.

Satu jam yang lalu, Bara menemukan Edward berjalan ke arah sebuah mobil hitam yang sepertinya baru saja dia sewa. Ketika Bara bertanya, yang Bara dapatkan adalah kalimat kasar yang keluar dari mulut bosnya itu. Bara tidak bisa mencegahnya karena Edward sedang berada dalam tingkat emosi yang tinggi hingga ia memutuskan untuk meminta bantuan dokter pribadi Edward. Elora.

"Dia berbelok ke kanan, Bara!" seru Elora.

Elora sedang melacak keberadaan Edward melalui benda canggih milik Bara. Signal ponsel Edward selalu tersambung dengan benda berbentuk pipih seperti I-pad itu. Kata Bara benda tersebut dia dapatkan dari Helana setelah kejadian dimana Edward senikam seseorang hingga tewas.

Bara membanting stir mobilnya ke kanan sesuai perintah Elora, "Tenang, Dokter El. Kita pasti bisa menemukannya."

Posisi Edward mendadak berhenti di suatu tempat. Tempat itu adalah Perusahaan Digital yang baru saja mereka datangi pagi tadi. Elora mengerutkan keningnya tidak percaya. Lantas Elora merangkai segala teka teki yang terlintas di kepalanya. Ramon mengajaknya bertemu di mini cafe perusahaan tersebut dan sekarang Edward berada disana tepat pukul tujuh. Sesuai dengan waktu yang sudah Ramon dan Elora sepakati.

THE DEPRESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang