Pukul delapan pagi. Edward sudah berada di ruangannya dengan berkas-berkas yang berantakan di atas meja kerjanya. Dia tidak pulang ke rumah, dia bermalam di perusahaannya seorang diri. Mengunci dirinya di dalam ruangan sehingga tidak ada satu orang pun yang tahu jika dirinya berada disana.
Edward tidak tidur, dia tidak bisa tidur. Walau matanya terlihat sedikit bengkak dan merah, dia tidak merasa kelelahan sedikit pun. Dia merasa tubuhnya masih bugar seperti kemarin – kemarin. Semalam dia ingin menyelesaikan seluruh pekerjaan kantornya namun sayangnya dia tidak bisa, entah mengapa pikirannya kacau dan dia tidak memiliki konsentrasi penuh. Hasilnya dia hanya meringkuk di kusinya sambil melamun menatap keluar jendela. Hal itu dia lakukan dari tibanya bulan hingga berganti matahari.
Seseorang mengetuk pintu ruangannya namun dia tidak merespon. Suara ketukan itu terdengar lagi hingga akhirnya pintu itu terbuka secara paksa dengan bantuan dua orang satpam. Riana—sekretaris pribadi Edward berjalan mendekatinya dengan sedikit was-was.
"Pak Edward, hari ini ada rapat dengan investor. Rapat dimulai jam sepuluh pagi."
"Hmmm."
"Pak Edward baik-baik saja?" tanya Riana, walau sesungguhnya dia tahu jika bosnya itu sedang tidak baik-baik saja. Riana memungut lembaran kertas yang berserakan di lantai lalu menumpuk berkas-berkas yang berantakan. Edward masih diam. "Apa yang bisa saya bantu?"
"Malik sudah datang?"
"Sepertinya sudah, Pak." Balas Riana pelan, "Saya panggilkan Pak Malik untuk datang kemari?"
"Ya, tolong!" balasanya sedikit memerintah.
Dengan itu Riana keluar dari ruangan Edward. Di dalam ruangan tersebut Edward masih diam, kali ini dia mentap berkas-berkas yang baru saja Riana rapikan. Pekerjaan yang seharusnya bisa dia selesaikan namun karena gangguan itu semuanya jadi terhambat. Edward benci dirinya sendiri, dia merasa tidak berguna.
"Ed." Suara itu terdengar bersamaan dengan ketukan pintu, "Malik."
"Masuk!"
Malik datang dengan kemeja biru dongkernya, membawa sebuah map di tangan kanan. Edward menatap Malik ketika pria itu duduk di depannya. Hal itu membuat Malik meneliti penampilan Edward yang tampak sangat kusut. Itu sudah menjadi hal biasa yang dilihat Malik.
"Bermalam disini?" Edward menganggukan ucapan Malik, "Apa yang kau lakukan?"
"Tidak ada."
Malik melirik berkas-berkas yang tertumpuk itu, "Bagaimana dengan pekerjaanmu?"
"Banyak yang menggangguku ketika aku ingin mengerjakannya."
Malik berdecak. Itu hanya halusinasi Edward saja, pikirnya.
"Riana bilang padaku hari ini kau ada rapat."
Malik menyerahkan map yang dia bawa kepada Edward membuat Edward sedikit bingung menatap benda itu, "Aku tahu dengan kondisi seperti ini kau pasti belum menyiapkan materi apapun. Aku sudah menyiapkannya, di dalam map itu ada paper dan juga flashdisk sebagai bahan presentasimu hari ini."
"Kau lebih berguna dariku, Malik."
Malik mendekat menatap manik mata Edward dengan tajam dan serius, "Sampai kapan kau mau seperti ini, Ed?"
"Aku baik-baik saja."
"Kau selalu membohongi dirimu sendiri. Aku bisa membantumu jika kau mau."
"Aku tidak butuh bantuan siapapun."
"Ed, aku ini temanmu bagaimana bisa kau..—"
"Aku ada rapat jam sepuluh dan sekarang aku harus mandi." Ucap Edward seraya bangkit dari tempat duduknya, "Kau masih disini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEPRESSIVE
Mystery / ThrillerHighest rank : #1 in Bipolar Disorder 15/10/19, 28/05/2020. #2 in Psikiater 11/08/2020 #10 in Depresi 15/08/2020 Edward Doris adalah seorang CEO perusahaan ternama di Kota London. Berparas tampan, berotak cerdas dan kaya raya. Namun segala kesempurn...