Malam ini Edward menikmati kesendirianya. Dia berada di rumah lamanya—rumah peninggalan orang tuanya yang memiliki begitu banyak kenangan untuknya. Suasana hatinya tidak sedikit pun membaik sejak pertengkaranya bersama Elora pagi tadi. Edward seperti kehilangan arah dan tidak memiliki tujuan hidup lagi.
Tanganya mengambil sesuatu yang baru saja ia pesan. Sebuah heroin berbentuk lintingan layaknya rokok yang bisa dia hisap untuk sekedar membuatnya merasa senang. Ini ilegal dan dia bisa terjerat masalah lagi jika ketahuan, namun Edward tak peduli karena dia tidak punya cara lain untuk membuat dirinya baik-baik saja.
"Mengapa aku tidak mati saja bersama kalian?" Dia bergumam sambil menatap jernihnya biru air kolam yang menjadi tempat terakhir ibunya bernyawa. Sembari penghisap heroinya perlahan-lahan, memori masa lalu yang ada dikepalanya mulai menghantui. Dadanya semakin sesak.
"Dunia ini begitu kejam. Aku tidak sanggup." Sudut bibir Edward tetarik kemudian ia terkekeh diatas rasa pedih yang melanda perasaanya.
Apa manusia seperti dirinya tidak diberi hak untuk bahagia walau sedikit saja?
Tubuh Edward mendadak hangat ditengah kemeja tipis yang ia kenakan. Efek heroin membuatnya lebih baik. Jujur, itu sangat membantu.
"Kau sanggup, sayang. Kau sanggup." Dan efek halusinasi sudah menguasai otak dan telinganya dalam waktu singkat. Suara Elora terasa begitu nyata.
Edward menunduk menatap sebuah lengan membungkus tubuhnya dari belakang. Senyumnya terlukis, dia menyentuh tangan gadis itu dan menghusapnya pelan. Kedua matanya terpejam. Begitu menenangkan suasana hatinya. Dia bahkan berharap ini tidak berakhir dalam waktu cepat.
"Aku terlalu merindukanya." Edward kembali bersuara sembari meremas jemari gadis itu dengan miliknya. Dia meringis pelan. "Maafkan aku, Elora."
"Aku tidak pernah benar-benar marah padamu!" Edward menoleh lagi pada sosok Elora yang nyaris terasa nyata. Pelukan ditubuhnya semakin erat. Hidungnya bahkan bisa mencium aroma parfum yang selalu digunakan gadis itu. Edward berharap ini bukan sekedar efek heroin. "Maafkan ucapanku pagi tadi, Edward."
"Kau?" Gumam Edward tidak percaya. Dia melepaskan pelukan gadis itu kemudian mengamatinya dengan lekat. Bahkan dia menghusap matanya beberapa kali untuk meyakinkan jika dirinya tidak salah melihat. "Kau benar-benar, Elora. Kau disini?"
"Ya. Ini aku. Aku ingin maaf." Elora sedikit berjinjit untuk memeluk leher Edward dan mebenamkan kepalanya di bahu pria itu. Ini yang ia ingin lakukan sejak kemarin malam dan Tuhan mengabulkanya sekarang. "Aku tidak bermaksud berkata kasar padamu. Aku menyesal."
Senyum Edward semakin mengembang ketika dia mecium wangi rambut Elora yang selalu sama. Ya. Elora disini. Gadisnya benar-benar datang dan memeluknya. Lengan Edward membungkus tubuh Elora lebih erat lagi. Dia bahkan tidak berpikir untuk melepaskanya. Dia sangat takut Elora akan meninggalkanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEPRESSIVE
Mystery / ThrillerHighest rank : #1 in Bipolar Disorder 15/10/19, 28/05/2020. #2 in Psikiater 11/08/2020 #10 in Depresi 15/08/2020 Edward Doris adalah seorang CEO perusahaan ternama di Kota London. Berparas tampan, berotak cerdas dan kaya raya. Namun segala kesempurn...