Chapter 37

3.1K 219 71
                                    

Warning : Part ini mengandung konten 18+
Mohon bijak dalam membaca ya guys:)

***

Alih-Alih mengajak Edward untuk makan siang bersama sesuai rencana yang sudah Elora buat sebelumnya, pada akhirnya ia malah berada di Astor Restoran bersama Malik. Katakan Elora sudah gila. Mereka baru saja putus, tentu akan menjadi momen yang begitu canggung jika harus duduk satu meja dan menyantap hidangan berdua. Ah sial. Elora tidak sempat memikirkan apa konsekuensinya karena ia terlalu ingin untuk mengawasi Edward yang saat ini sedang meeting bersama Pamela.

"Kau berhutang banyak cerita padaku." Ucap Malik setelah pelayan yang mencatatan pesanan mereka itu pergi. Dan Elora sudah menduga jika pertanyaan mengenai penampilannya —yang sialnya benar-benar seperti seseorang yang baru saja mengalami tabrak lari—akan menjadi pertanyaan pembuka pada percakapan mereka.

"Malik."

"Apa yang menyebabkanmu terluka begini, El?"

"I'm okay. Ini hanya sebuah kecelakaan kecil karena keteledorannya. Dan ini tidak sakit."

Malik memalingkan wajahnya dari Elora. "Dan itu terjadi beberapa saat setelah aku melepaskanmu. Tidak kah Edward bisa menjagamu lebih baik dariku?"

"Malik, tolong. Aku sebenarnya tidak ingin membahas ini."

"Ya. Itu memang terdengar lancang. Maafkan aku." Malik menghela napas panjang kemudian menatap Elora yang mulai tampak gugup. "Kita tidak akan bisa melihat mereka dari sini."

Elora mengerutkan keningnya setelah mendengar pernyataan Malik. Ah ya, bagaimana bisa Malik mengetahui isi pikiranya? Dan mungkin semua ini terasa percuma karena acara meeting mereka dilakukan di ruangan VIP, dimana artinya pertemuan itu berlangsung di tempat tertutup yang hanya boleh diisi oleh anggotanya saja. Sialnya Elora tidak bisa mengawasi Edward dan tentu sekarang ia dihadapkan pada posisi canggung ketika ia harus makan siang bersama mantan kekasihnya.

"Tidak masalah. Aku memang sedang lapar dan ingin makan siang." Tentu saja bohong.

"Elora, aku mengenalmu lebih baik dari dirimu sendiri. Jangan mencoba untuk menyangkalnya." Kata Malik sambil terkekeh. Oh sial dia ketahuan. "Well, Apa yang sebenarnya Pamela lakukan padamu tadi?"

"Aku juga tidak mengerti, tadi aku terlalu emosi. Entahlah apapun yang ada pada dirinya selalu membuatku curiga."

Malik mengangkat sebelah alisnya. "Apa maksud dari kata curigamu itu?"

Pelayan datang membawa pesanan mereka sehingga percakapan mereka sedikit terpotong. Elora mengambil sendoknya setelah pelayan itu pergi kemudian mulai mengaduk supnya yang masih mengepulkan asap.

"Aku mengalaminya, Malik." Balas Elora. Wajah Malik semakin bingung karena Elora memaparkan hal tanpa menjelaskannya. "Kita sudah pernah membahas ini sebelumnya. Dan aku mengalami hal yang lebih parah dari sekedar teror, Malik. Aku yakin kau mengerti maksudku."

"Apa kondisimu sekarang ini ada sangkut pautnya dengan hal itu?"

"Mungkin."

"Dan kau menyerang Pamela karena mencurigainya?"

Elora mengangguk cepat. "Aku menyerang dengan alasan yang jelas. Dan..—Ah, semua ini membuatku bingung. Siapa sebenarnya orang itu? Mengapa ia tega melakukan itu semua? Apa salahku?"

Malik mengulurkan tangannya untuk menyentuh tangan Elora yang berada di atas meja setelah melihat wajah frustasi gadis itu. "Kau tau ini konsekuensinya kan? Aku sudah mengingatkanmu sejak awal."

THE DEPRESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang