Chapter 19

5.7K 430 84
                                    

Tubuh Edward terguncang tatkala merasakan hembusan napas hangat pada lehernya. Perlahan ia membuka matanya walau hal itu membuat kepalanya terasa amat sakit. Edward menyadari sesuatu hal jika dia merasakan hal ini, ia pasti usai mabuk.

Tangan seseorang ia temukan melingkar di atas perutnya sehingga ia menoleh ke samping sedikit was-was.

Elora?

Edward cukup kaget mendapati gadis itu tertidur lelap di sampingnya. Beberapa hal negatif terlintas di kepalanya namun buru-buru ia tepis karena sejak awal dia sudah berjanji pada dirinya sendiri. Edward tidak akan mungkin menghianati Malik, sahabat karibnya.

"Hmmm..." gumam Elora kecil, tubuhnya terguncang ingin merubah posisi namun Edward menahan tangan gadis itu untuk tetap di posisi semula. Itu terlalu nyaman bagi Edward. Lantas, mata gadis itu pun mengerjap secara perlahan, mengamati secara detail siapa orang di depannya. "Edward."

Edward tersenyum simpul sambil mengacak puncak rambut gadis itu, "Pagi, El."

Bulu mata gadis itu mengerjap beberapa kali, terlihat sedang mengumpulkan kesadarannya sebelum akhirnya ia menoleh kepada Edward sambil mengingat-ingat sesuatu.

"Ini bukan kamar hotelku." Balas Elora ketika baru menyadarinya, dia menarik tangannya yang semula melingkar di perut Edward, "Maaf, Ed. Aku ketiduran disini karena menjagamu semalam."

"Tak apa, yang terpenting kita masih berpakaian utuh, El." Edward menatap Elora intens, memajukan wajahnya ketika Elora sedikit menjauh darinya. "Dan aku tidak mungkin tega menghianati Malik."

Elora mengangguk sambil tersenyum. Edward benar-benar layak dijadikan sahabat sejati. Pria itu sangat setia kawan. Jikalau Edward tidak berkata demikian mungkin Malik tidak terlintas sama sekali dipikirannya. Elora menjadi merasa bersalah karena semalam tidak memberi kabar kepada Malik.

"Apa kemarin aku berulah?" tanya Edward lagi.

"Apa saja yang kau ingat, Ed?"

Edward diam, memejamkan kedua matanya mengingat-ingat kejadian kemarin.

"Ramon." ucapnya rendah, "Aku menemuinya sebelum kau berhasil bertemu dengannya. Aku beradu argumen lalu memukulnya....-Astaga, El! Apa aku menyakitimu ketika kau datang untuk melerai kami?"

"Tidak. Bukan aku tapi Ramon. Dia terluka."

Wajah Edward berubah cemas. Ini bukan sesuatu yang baik di pagi hari. "Bagaimana kondisinya? Aku tidak membunuhnya 'kan?"

Setenang mungkin Elora kembali ke posisinya semula. Melingkarkan tangannya di perut Edward dan meletakan kepalanya di atas dada pria itu. Edward sedang terguncang karena Elora bisa mendengar detak jantungnya yang berubah cepat. Pria itu ketakutan.

"Semuanya aman, Ed." Elora menepuk dada Edward, "Tenang."

"El." Panggilan itu membuat Elora sedikit mendongak ke atas, "Aku benar-benar tidak menyakitimu 'kan?"

Sedikit. Elora bersuara di dalam hati sambil teringat kejadian semalam dimana Edward sempat beberapa kali menepisnya dengan kasar. Apa lagi mengingat kejadian Edward berciuman dengan jalang di club malam itu, rasanya Elora ingin berteriak marah di depan Edward sekarang namun dia tidak bisa melakukannya.

"Elora..."

"Hm tidak. Aku baik-baik saja. Semuanya aman."

Mata Edward berubah mengintimidasi, "Aku mabuk, El. Dan aku pasti berulah ketika sedang mabuk. Kau tidak sedang membohongiku 'kan?"

"Sungguh." Elora berseru dengan yakin, "Aku dan Bara berhasil membawamu kemari dengan selamat. Tidak terjadi apapun. Ramon pun sudah di bawa ke rumah sakit dan syukurnya keadaan Ramon tidak terlalu parah. Sudah, kau tidak perlu berpikir buruk. Jangan terlalu memaksakan pikiranmu. Okey?"

THE DEPRESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang