Chapter 15

6.6K 506 79
                                    

Suasana rumah sakit pada malam hari itu menjadi menegangkan karena sudah hampir tiga puluh menit Edward dan Elora menunggu namun belum ada tanda-tanda jika dokter akan keluar dari ruang ICU.

Elora menatap Edward yang sedari tadi mondar mandir di hadapannya sambil sesekali meremas tangannya sendiri karena cemas. Jika terjadi hal buruk pada Pamela maka kondisi kejiwaan Edward tidak akan stabil, dia akan dihantui rasa bersalah yang berlebihan.

"Ed." panggil Elora pelan, lalu ia menepuk tempat duduk di sampingnya, "Duduklah. Pamela pasti baik-baik saja."

Edward menurut, dia duduk sambil mengacak-acak rambutnya sendiri, "Aku takut, El."

Setelah itu pintu ruangan terbuka, dokter bertubuh tambun itu menghampiri mereka. Edward langsung bangkit, begitu pula dengan Elora.

"Apa yang terjadi pada Pamela, Dok?"

"Nona Pamela mengalami Head injuries, ada luka sobek akibat bentura keras di kepalanya. Sejauh ini pasien belum sadarkan diri, saya sudah memberi perawatan yang terbaik mungkin besok pasien akan siuman."

"Oh syukurlah." Ucap Edward lega, "Apa saya boleh menengoknya ke dalam?"

"Tentu, tetapi tetap harus menjaga ketenangan."

Edward mengangguk dan segera berlari memasuki ruangan. Elora tersenyum dan berucap terimakasih kepada dokter tersebut sebelum menyusul Edward untuk masuk ke dalam.

Pamela terbaring lemah tak sadarkan diri di atas tempat tidur dengan di bantu oleh alat-alat medis. Dalam hati, Elora menerka-nerka, apa yang sebenarnya terjadi. Apa mungkin Pamela mengalami kecelakaan akibat pertengkarannya bersama Edward beberapa saat yang lalu atau mungkin karena teror yang dimaksud oleh Edward?

Ah, semua ini membingungkan. Tugas Elora sebagai seorang psikiater menjadi lebih sulit ketika dia harus menyelidiki sebuah kasus layaknya seorang detektif.

"Maafkan aku, Pam. Ini semua salahku."

Dugaan Elora benar. Edward akan terus menyalahkan dirinya sendiri.

"Seharusnya tadi aku tidak membiarkanmu pergi sendirian, seharusnya aku mengantarmu sampai di rumah dan memastikan kau sudah aman."

Edward menggenggam lembut tangan pamela yang dialliri selang infuse.

"Aku tau sekarang, mengapa kau tidak mau menerimaku seutuhnya. Aku hanya akan membahayakan orang lain, aku tidak pantas hidup."

"Edward!"

Elora yang sedari tadi hanya diam memperhatikan di balik rasa prihatinnya mulai merasa jengah mendengar Edward yang selalu mengatakan hal-hal yang tidak pantas dia sesali. Dalam hati Elora sama sekali tidak menyukai sikap putus asa Edward. Dia memutar tubuhnya untuk berjalan keluar ruangan tanpa mau tahu apa reaksi Edward setelah ia membentaknya.

"El." Panggilan itu membuat Elora cukup terkejut. Berada di depan pintu ruangan, Malik yang tampak baru datang langsung menghampirinya, "Bagaimana keadaan Pamela?"

"Belum sadarkan diri, tapi aku yakin Pamela pasti akan siuman secepatnya. Kau sudah menghubungi keluarganya?"

Malik mengangguk, "Aku sudah menelpon Ayahnya, beliau sedang berada di perjalanan kemari, untung kau segera memberitahuku, El."

"Oh baguslah."

Elora tersenyum tipis dan itu membuat perhatian Malik tertuju pada bibir Elora yang tampat memutih dan pucat, "Kau baik-baik saja?"

"Tentu. Apa aku terlihat tidak baik-baik saja?" Elora terkekeh pelan.

"Kau pucat." Malik meyelipkan tangannya di lekukan leher Elora, suhu tubuh Elora terasa sedikit hangat. "Jangan selalu mengatakan baik-baik saja jika sesuatu terjadi padamu, El."

THE DEPRESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang