Chapter 32

4.1K 280 65
                                    

Dari balik pintu kamar mandi yang tertutup rapat, Edward menahan keras keinginannya untuk mengusir Malik dari kamar Elora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari balik pintu kamar mandi yang tertutup rapat, Edward menahan keras keinginannya untuk mengusir Malik dari kamar Elora. Edward cemburu, tentu saja, namun kali ini akal sehatnya berfungsi dengan normal dan semua itu karena kata maaf dari Elora yang baru saja ia dapat. Edward berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak akan melakukan hal yang akan membuat Elora kembali membencinya.

"Kalau begitu aku ingin mencuci muka dulu."

"Bagaimana jika kita langsung tidur saja?"

"Sebentar saja, sayang."

Suara percakapan antara Elora dan Malik masih dapat terdengar di telinga Edward. Lantas suara derap kaki pun terdengar, suara itu makin lama makin mendekat ke arah pintu kamar mandi. Edward langsung berdiri di balik pintu sambil merapatkan tubuhnya ke dinding. Namun suara derap kaki itu kemudian terganti oleh suara decapan bibir. Sial. Tanpa meihat pun Edward bisa membayangkan apa yang sedang Malik dan Elora lakukan di luar sana.

"Elora..."

"Hmmm?"

Dengan rasa kesal yang harus ia tahan mati-matian, Edward pun semakin penasaran. Ia menempelkan daun telinganya di pintu guna menguping pembicaraan mereka lebih lanjut.

"Kau tidak memakai celana dalam?"

Kedua bola mata Edward seketika membulat sempurna. Sial. Apa tadi Elora lupa menggunakan celana dalam yang ia lepaskan?

"Kau tidak memakainya dan kenapa celana dalam mu bisa ada disana?"

"Aku....-"

"Sebelum aku datang kau benar-benar tidur kan atau...-"

"Aku menginginkanmu, Malik. Aku sengaja melakukannya untuk menggodamu."

Sial. Sial. Sial. Apa yang baru saja Elora katakan? Astaga Edward sudah merasa amat frustasi. Jalan satu-satunya adalah membuka pintu kamar mandi lalu mengusir Malik dari kamar Elora tanpa peduli apa yang akan sahabatnya itu pikirkan tentang dirinya. Namun lagi-lagi Edward menahan pergerakan tangannya yang bahkan sudah mencapai gagang pintu. Suara Malik selanjutnya membuatnya semakin melemah sekaligus marah.

"Milikmu sudah sangat basah rupanya."

Oh, ini benar-benar tidak bisa dibiarkan. Segera Edward pun mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dengan terburu-buru. Mencari nama seseorang yang cukup bisa membantunya sebelum Eloranya akan disentuh oleh pria lain.

"Hallo, Riana. Kau dimana sekarang?"

"Saya sedang di rumah, Pak. Ada apa?" tanya Riana dengan suara khas bangun tidur. Edward bahkan tidak peduli jika dia baru saja mengganggu tidur lelap sekretaris pribadinya.

THE DEPRESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang