Chapter 41

2.8K 193 48
                                    

Senyum Edward bikin meleleh😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyum Edward bikin meleleh😍

Hai, dipart sblmnya banyak yang minta happy ending, oke aku kabulin deh nanti (spoiler bet dah w) eh btw aku fast update loh demi kalian, jangan lupa VOMMENTS yg banyakkkk supaya book ini rajin up. Jangan jd sider, nanti kalo bbrp part diprivate karna kebanyakan sider kan jd susah bacanya hehe

Happy reading!💕

***

Elora bangun lebih dulu dari Edward. Gadis itu menegapkan tubuh sambil mengikat rambutnya secara sembarang. Jam dinding sudah menunjukan pukul setengah delapan pagi, dimana ia sedikit kesiangan dari biasanya. Menoleh ke samping, Elora tersenyum melihat Edward yang tertidur pulas dengan tenang. Elora hanya mengecup puncak kepalanya sebelum beranjak ke kamar mandi. Berniat membangunkan Edward setelah ia usai mandi.

Dua puluh menit berlalu. Elora pun langsung berganti pakaian di changing room miliknya. Gadis itu hanya menggunakan kemeja transparan berwarna putih dan rok pensil yang terbuat dari bahan kulit. Ketika ia melangkah keluar dari ruangan tersebut, Edward sudah bangun dari tidurnya. Pria itu duduk menghadap ke arah jendela dengan ponsel yang menempel di telinga kanannya.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkanku..-" ucap Edward kepada si penelepon. Elora masih berdiri di belakang Edward berniat untuk menguping tanpa mengganggunya. "Aku akan tetap pergi walaupun kau melarangnya..—Sudahlah, kita akhiri percakapan pagi ini karena kekhawatiranmu sangat tidak penting. Sampai jumpa!"

Edward mematikan ponselnya dengan tidak sabaran. Pun Elora mendekat, duduk tepat di sebelah Edward yang membuat pria itu sedikit terkejut.

"Kau sudah rapi."

"Siapa yang menelponmu?" Tanya Elora tanpa mengindahkan ucapan Edward.

"Nenek."

Kepala Elora mengangguk dan perasaannya berubah lega. Elora sempat berpikir jika Edward kembali meladeni panggilan dari Pamela.

"Nenek melarangku untuk beraktivitas dan aku tidak mau menurutinya. Aku bisa gila jika lebih lama diam di rumah tanpa melakukan apapun. Aku ingin pergi ke kantor hari ini. Sudah banyak pekerjaan yang aku tinggalkan."

"Kau yakin?" Tanya Elora, ragu-ragu. Sesungguhnya Elora sama sekali tidak masalah jika Edward kembali bekerja tapi ia cemas dan takut karena awal mula masalah Edward selalu terjadi di DGA.

"Apa yang perlu dikhawatirkan? Aku baik-baik saja, Elora."

"Orang-orang di sekitarmu." Elora diam dalam beberapa saat ketika Edward memperhatikannya dengan lekat. "Aku akan menemanimu ke DGA."

"Bagaimana dengan pekerjaanmu di rumah sakit, sayang?" Tanya Edward menghusap lembut pipi Elora.

"Aku akan kembali ke rumah sakit setelah memastikan kau aman disana."

THE DEPRESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang