Chapter 51

2.5K 170 79
                                    

Jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan Elora sudah menunjukan pukul setengah satu siang. Dia berjalan lebih cepat menuju cafe yang dia gunakan sebagai tempat janjian dengan Pamela. Matanya memicing pelan ketika melihat sosok yang dia nantikan ternyata hadir terlebih dahulu di bandingkan dirinya. Elora berdeham keras ketika Pamela tidak menyadari kehadirannya akibat asik bermain ponsel.

"Kau..—Untuk apa kau ada disini?" Pamela bangkit dari duduknya kemudian melirik ke sekitar, seperti sedang mencari seseorang. "Dimana Edward?"

"Tidak ada Edward. Aku yang mengajakmu bertemu disini."

"Kau membajak ponsel Edward semalam?"

Elora mengangguk. Pamela yang merasa dibohongi pun meraih tasnya hendak beranjak untuk melangkah pergi namun lengannya ditahan cepat oleh Elora.

"Aku tidak pernah memiliki urusan denganmu. Lepaskan aku!"

"Kenapa kau tampak takut?" Elora menatapnya tajam. "Aku sudah tau bahwa kau adalah orang yang sengaja menyerempetku di basement siang itu. Beruntung, aku tidak menuntutmu ke ranah hukum. Aku hanya ingin mengajakmu bicara."

Pamela menoleh, raut mukanya tampak lebih tenang.

"Duduklah! Aku ingin pembicaraan kita lebih santai."

Elora memanggil seorang pelayan dan memesan jus strawberry sebelum duduk di hadapan Pamela. Gadis dihadapannya itu berdeham ketika Elora tak kunjung membuka pembicaraan. "Aku tidak punya banyak waktu. Aku sibuk!"

"Aku memintamu menjauhi Edward." kata Elora tegas. Penuh penekanan.

"Kau mengajaku bertemu hanya untuk itu? Oh God! Aku tidak mungkin menjauhi calon suamiku sendiri, Elora."

Pelayab tadi kembali datang mengantarkan minuman pesanan Elora. Emosi Elora sempat mereda dalam beberapa saat namun ketika pelayan itu pergi, wajah menyebalkan Pamela sukses membuatnya kembali tersulut.

"Calon suami? Jangan bermimpi." Elora terkekeh pelan. "Kau itu cantik, diluar sana masih banyak pria yang menginginkanmu. Untuk apa kau membuang waktu hanya untuk mengejar sesuatu yang tidak pasti. Kau berhak bahagia, Pamela."

"Ya dan kehabagiaanku hanya Edward. Jangan lupakan itu."

Elora menghembuskan napas panjang. Berbicara dengan perempuan penuh obsesi ini memang memerlukan kesabaran yang luar biasanya.

"Dokter Elora." Panggil Pamela sesaat Elora larut dalam pikirannya. "Apa kau perlu bukti?"

"Bukti apa?"

"Aku dan Edward sedang mempersiapkan acara pertunangan kami." Pamela mengeluarkan ponselnya memperlihatkan beberapa foto dekorasi dan juga cincin pertunangan yang Gio kirimkan kepadanya. "Aku sudah menentukan tempat, dekorasi, waktu dan juga cicin untuk pertunangan kami. Ayahku juga banyak membantu. Jika kau tidak percaya kau bisa tanyakan pada Gio Hendrik dan juga Edward...—Ya, kalau dia tidak sedang berusaha mengkelabuhimu dengan bualannya."

Elora terkekeh sumbang walau dadanya terasa sesak. "Kau pikir aku percaya?"

"Percaya atau tidak itu urusanmu. Aku sudah berusaha memperingatimu agar kau tidak patah hati ketika Edward meninggalkanmu dalam waktu dekat ini."

"Sinting! Seharusnya aku tahu jika berbicara denganmu tidak akan menyelesaikan masalah."

"Apa lagi yang ingin kau ketahui? Hitung-hitung aku sudah membongkar sebagian dari rencana..—"

"Pergilah!" Elora menunjuk pintu keluar dengan tangan kanannya. "Kau bilang jika kau sibuk 'kan? Silahkan pergi kalau begitu."

"Aku hanya perlu menunggu sedikit lagi untuk menyambut kemenanganku, Dokter Elora." Ucap Pamela menelisik pasa tatapan tajam Elora sebelum bangkit dari duduknya kemudian melangkah pergi.

THE DEPRESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang