Chapter 34

4.2K 275 68
                                    

Chapter ini tidak diedit kalau ada typo atau kesalahan mohon dimaklumi hehehe soalnya kejar tayang nih demi kalian😗

***

"Malik, apa kau melihat dimana ponselku?" Tanya Elora sembari berjalan mendekati Malik yang sedang duduk di sofa sambil mengganti channel televisi.

Dengan santai Malik mengulurkan benda pipih itu kepada Elora. "Kau meletakannya sembarangan."

Elora tersenyum menyadari kecerobohannya yang selalu pikun ketika meletakan barang-barangnya. Gadis itu membuka gulungan rambutnya yang basah sehingga menimbulkan wangi buah strawberry yang membuat Malik langsung mengalihkan perhatiannya pada Elora.

"Wangimu selalu menjadi favoritku, El." Ucap Malik mengedipkan sebelah matanya pada Elora sebelum ia mendekat pada gadis yang duduk di ujung sofa itu.

Menyadari tatapan Malik yang berubah, Elora pun menggeser sedikit duduknya ketika Malik mendekat. Namun sialnya dia benar-benar berada di ujung sofa dimana artinya jika sedikit saja dia menggeser bokongnya maka dia akan merasakan bokongnya menghantam kerasnya lantai.

"M—Malik..." ucap Elora berusaha mencegah Malik yang kini sudah meletakan kepalanya di lekukan leher Elora. Hidungnya menggesek kulit Elora kemudian bibirnya mengecup secara lembut.

Elora mencengkram kuat kedua bahu Malik berusaha untuk menariknya mundur namun tangan Malik menekanan pinggangnya yang terbalut jubah mandi itu terlalu kuat. Jika dahulu dia akan menikmati kegiatannya bersama Malik namun sekarang semuanya sudah berubah. Elora hanya menganggap Malik sebagai sahabatnya, tidak lebih.

"Cukup, Malik." Pekik Elora yang sialnya malah menyerupai suara desahan. "Malik..."

Malik menarik diri darinya dan itu membuat Elora merasa sedikit lega. Namun tatapan Malik tidak bisa membuat Elora benar-benar lega. Pupil matanya menggelap dan Elora tahu betapa besar gairah menyelimuti Malik saat ini. Elora menggelengkan kepalanya pelan sambil menatik diri namun Malik menangkup wajah gadis itu mendekat kepadanya.

"Aku sudah lama menginginkan ini, El. Kita sudah bersama selama bertahun-tahun, sebagai lelaki yang baik aku selalu ingin menjagamu sampai hari pernikahan kita. Tapi mendengar pengakuan Edward yang mengatakan jika kalian pernah tidur bersama, aku hancur, Elora."

Elora menelan salivanya susah payah. Apa yang dikatakan Malik memang benar adanya.

"Jadi jika aku meminta itu padamu, apa kau bersedia? Aku tidak mempermasalahkan apa yang sudah terjadi padamu, tentang kau dan Edward. Karena aku tahu, Edward tidak akan pernah sebaik diriku, El. Hanya aku yang pantas berada di sampingmu seumur hidup."

Malik mengikis jarak di antara mereka, kedua tangannya menjaga tubuh Elora dikedua sisi. Elora menggelengkan kepalanya, menolak menggunakan sebuah isyarat dan berharap Malik mengerti. Namun sepertinya keingan Malik yang begitu besar membuatnya tak berada. Tubuh Elora direbahkan di atas sofa kemudian Malik menindihnya perlahan.

"Malik, aku..—" ucapan Elora tejeda karena napasnya tersengal. Sumpah, dia tidak bohong jika suasana ini membuatnya kehilangan kata-kata. "Aku tidak bisa. Aku tidak bisa, Malik. Maaf."

Dengan itu Elora mendorong Malik menjauh dan dia  bangkit berdiri sambil membenarkan jubah mandinya yang tadi sudah mengekpos beberapa bagian tubuhnya. Tanpa menatap Malik pun, Elora sudah tahu jika pria itu sangat kecewa akibat penolakannya. Tapi Elora bisa apa? Dia hanya sedang menuruti apa yang dikatakan oleh kata hatinya.

Elora merasakan sebuah tarikan pada pinggangnya. Sangat kuat hingga kini dia sudah terduduk kembali di pangkuan Malik. Rupanya Malik tidak cukup mengerti dengan kata 'tidak bisa' yang diucapkan Elora padanya.

THE DEPRESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang