Chapter 48

2.4K 184 90
                                    

Hai. Siapa nih yang nunggu update-an? Hayo ngaku hehe.

Jangan lupa VOTE dulu sebelum membaca dan komen jg yang banyak, aku nunggu reaksi kalian setelah baca part ini
Happy reading❤️

***

"Bisakah kau menunjukan sedikit saja sopan santunmu ketika memasuki ruangan seseorang? Setidaknya kau bisa mengetuk pintu terlebih dahulu." Edward memperingati Pamela yang masuk tanpa permisi dan mendudukan dirinya dengan tenang di kursi tamu. Kedua tangan gadis itu terlipat di depan dada, tampak angkuh.

"Aku bukan orang lain untukmu dan aku sudah biasanya melakukan itu. Mengapa kau baru memprotesnya sekarang?"

"Karena aku tidak suka diganggu ketika sedang bekerja. Kau lihat itu!" Telunjuk Edward mengarah pada tumpukan map yang tersusun rapi di atas mejanya. "Aku memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, Pamela."

"Aku tidak peduli! Aku ingin bicara denganmu." Balas Pamela. Dia bahkan sudah kebal mendengar segala penolakan Edward. Matanya mengarah tajam pada Edward yang menunggunya untuk berbicara. "Aku tidak bisa menelponmu dan mengirimkanmu pesan. Kau memblokir nomorku? Mengapa kau melakukanya?"

Edward mendengus panjang. "Aku sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun. Ku harap kau mengerti apa maksudku."

"Oh, aku tau, Elora yang memintamu melakukan ini semua padaku? Katakan secara terus terang, Edward!" Pekik Pamela dengan suara lebih melengking dari sebelumnya.

"Ini tidak ada sangkut pautnya dengan Elora! Kau jangan selalu membawanya dalam masalah kita. Elora tidak tau apa-apa." Tukas Edward tajam. Mendengar nama Elora selalu membuat hatinya sensitif. Dia tidak suka orang lain berkata atau bersikap buruk terhadap gadisnya.

"Kau selalu saja membelanya. Aku sakit hati, Edward!" Pamela menarik rambut panjangnya ke belakang. Matanya mulai berkaca-kaca, dia tampak marah dan sedih dalam waktu yang bersamaan. "Aku sangat membenci perempuan itu. Dia benar-benar merebutmu dariku. Jika aku tidak bisa memilikimu maka tak ada satu orang pun di dunia ini boleh memilikimu termasuk Elora. Aku akan menyingkirkanya darimu, sejauh mungkin!"

"Jangan macam-macam pada Elora!" Bentak Edward keras di depan wajah Pamela. Keduanya saling beradu pandang sengit dalam beberapa saat. Edward tidak habis pikir mengapa dulu dia sempat tergila-gila pada sosok Pamela. Edward tahu dia memiliki kekurangan tapi Pamela tampak lebih sakit jiwa dibandingkan dirinya. "Sedikit saja kau menyakitinya, aku tidak akan membuat hidupmu tenang!"

"Oh, kau mengancamku?" Pamela terkekeh pelan. Dia meghusap cairan di sudut matanya yang tertahan sejak tadi. "Silahkan saja! Sebelum kau menghancurkanku, aku akan menghancurkan Elora terlebih dahulu. Aku sudah terlanjur membencinya dan kau tau aku tidak pernah main-main pada ucapanku!"

Edward memejamkan kedua matanya sembari mengatur napasnya yang mulai bergemuruh. Ingin sekali rasanya tanganya bergerak untuk menampar wajah cantik Pamela namun dia sadar bahwa dia tidak bisa menyakiti Pamela sebesar apapun amarahnya kepada gadis itu. Selama ini Pamela berperan penting dalam hidupnya. Edward mengakui itu. Tapi untuk memiliki perasaan yang sama seperti dulu, dia tidak bisa. Elora sudah sepenuhnya mencuri hatinya, tidak tersisa sedikit pun untuk perempuan lain.

"Kenapa kau diam? Kau ingin menarik semua kata-katamu? Edward, aku tau kau tidak bisa menyakitiku, tidak akan pernah bisa sampai kapan pun." Tanya Pamela, menantangnya.

"Aku sedang ingin sendiri. Keluarlah dari ruanganku." Pinta Edward lembut. Dia menunduk dan tidak sedikit pun menatap Pamela. Hanya begitu cara meredam amarahnya untuk saat ini. "Pamela, aku tidak ingin menyakitimu. Jadi aku mohon keluarlah, kita bisa bicarakan ini dilain kesempatan."

THE DEPRESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang