Chapter 29

4.7K 340 86
                                    

Playlist : Adele - When We Were Young

long chapter, jangan lupa vote sblm membaca💕

***

Helusan lembut di pipi Elora membuat ia sadar dari tidur lelapnya. Kelopak matanya terbuka pelan. Bibirnya menarik senyuman saat ia menatap Edward yang sedang bersidekap dengan jemari yang menari di atas pipinya. Rupanya Edward bangun lebih dulu darinya.

"Good morning." sapa Edward dengan suara seraknya yang khas.

"Hmmm." gumamnya, "Aku masih ngantuk."

"Tidurlah kalau begitu."

Elora mengangguk sambil meletakan tangan Edward di bawah pipinya sebagai bantal. Kedua matanya kembali terpejam. Rasanya memang masih sangat lelah setelah aktivitas mereka kemarin. Setelah kejadian itu, Edward tidak lagi bermain kasar, permainan mereka menggunakan rasa cinta, bahkan Elora lah yang diminta untuk ambil kendali ketika Edward mencoba menghukum dirinya sendiri.

"Maafkan aku soal yang kemarin."

"Aku tidak ingin membahasnya lagi."

Edward mengecup ujung hidung Elora kemudian menarik tubuh gadis itu ke dalam pelukannya. Jemarinya menghusap punggung terbuka Elora, naik turun. Elora yang merasa nyaman kembali memejamkan mata karena faktanya ini masih pukul setengah enam pagi.

Deringan ponsel milik Edward terdengar, hal itu membuatnya mengulurkan tangan ke atas nakas tanpa membuat Elora yang berada di pelukannya terganggu. Melihat nama Riana pada layar ponselnya membuat Edward langsung menggeser tombol hijau. Jika bukan hal penting, Riana pasti tidak akan berani menguhubunginya sepagi ini.

"Halo."

"Selamat pagi, Pak Edward." sapa Riana ramah, "Maaf jika aku menganggumu."

"Nope. Aku sudah bangun dari tadi. Jadi ada apa?"

"Perusahaan Onolyx meminta rapat lusa di majukan hari ini. Mereka akan terbang dari Miami ke London hari ini juga. Aku rasa Pak Stevan sedikit marah karena kita bekerja lambat disini. Apa Pak Edward tidak berniat untuk menandatangani proposal milik Millers Group?"

Kening Edward mengerut. Setelah kejadian adu fisik antara Edward dan Ramon kemarin, Edward sama sekali tidak berniat untuk membaca proposal yang di kirim Ramon. Katakan Edward tidak profesional, tapi Edward memang tidak bisa di hadapkan dengan Ramon jika pria itu masih ingin hidup.

"Katakan pada Stevan jika DGA mengundurkan diri. Perusahaan Onolyx bisa melanjutkan proyek besar itu bersama Millers Group."

"Anda serius?" tanya Riana tidak percaya. "Jika aku boleh memberi saran, sebaikanya Pak Edward tidak mengambil keputusan gegabah seperti ini. Jika anda melepaskan proyek ini hanya karena urusan pribadi anda bersama Pak Ramon, itu akan menjadi alasan yang konyol. Kondisi keuangan perusahaan sedang tidak stabil. Coba anda bayangkan berapa kerugian yang kita dapatkan atau lebih parahnya Pak Stevan bisa menuntut kita karena kita membatalkan proyek yang sudah berjalan."

Edward terdiam mendengar kalimat panjang Riana. Ya, asisten pribadinya itu benar. Dia tidak boleh mementingkan egonya dan menelantarkan kesejahteraan karyawannya.

"Tolong dipikirkan baik-baik, Pak."

"Baiklah, aku akan menandatangani proposal Millers Group. Dengan syarat hari ini tidak ada rapat. Beri alasan apapun kepada Stevan agar rapat itu tidak dilangsungkan hari ini."

"Baiklah, aku akan melakukan negosiasi dengan Sekretaris Pak Stevan." balas Riana, "Tapi besok aku tidak ingin ada pembatalan lagi karena jadwal anda sudah aku susun."

THE DEPRESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang