Chapter 42

2.6K 202 47
                                    

Fast update lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fast update lagi. Jangan lupa vote dan komen yg banyak spy nextnya juga cepet.
Happy reading❤️

***

Malik melepaskan genggamannya pada tangan Elora ketika mereka sampai di sebuah ruangan berbentuk minimalis. Keadaan kantor hari ini cukup padat, di setiap sudut ruangan terdapat karyawan yang berlalu lalang. Sehingga Malik memutuskan untuk membawa Elora masuk ke dalam ruangan pribadinya yang dirasa sangat aman untuk berbicara.

"Kau tidak seharusnya mengeretku kemari, Malik!  Sedikit lagi aku bisa menamparnya." Kata Elora dengan nada kesal.

Malik meremas kedua lengan Elora. "Sejak kapan kau menjadi gadis yang tidak terkontrol seperti ini?"

"Riana pantas mendapatkan itu. Kau hanya tidak tahu bagaimana lancangnya dia menghinaku. Dia pikir dia siapa?! Dia hanya asisten Edward, tidak lebih."

"Kau pikir dengan cara menamparnya lalu kau akan menang. Begitu?" Kalimat Malik berubah sarkas. Walau kenyataan itu benar. Elora sedang tersulut emosi dan mungkin juga ia cemburu. Dia tidak suka pada siapapun yang berusaha merebut Edward darinya. "Bagaimana jika tangan jahil salah satu karyawan berhasil mengabadikan apa yang hampir kau lakukan pada Riana?"

Elora diam, menyesali perbuatannya. Apa yang dikatakan Malik memang sepenuhnya benar.

"Elora, aku peduli padamu. Terkadang kau memang melakukan hal yang bisa mencoreng nama baikmu tanpa kau sadari. Aku hanya berusaha memperingati. Maaf jika caraku salah dan membuatmu tidak nyaman."

"Aku yang seharusnya minta maaf." Elora menunduk dalam. "Belakangan ini aku seperti tidak mengenali siapa diriku. Aku adalah seorang psikiater, mampu menolong orang-orang yang mengalami gangguan pada psikisnya. Tapi terkadang aku merasa bahwa aku tidak mampu menolong diriku sendiri."

"Kau butuh teman ngobrol?"

Sudut mata Elora menatap Malik lekat. Pria itu memberi tatapan begitu tulus padanya. Seketika ia terbayang pada janji yang ia buat kepada Edward untuk tidak menemui Malik lagi. Elora merasa bahwa itu sangat sulit untuk di lakukan.

"Mungkin lain kali?" Elora memutar bola matanya, gugup. "Aku tidak ingin mengganggu jam kerjamu."

"Sesungguhnya aku tidak pernah menganggapmu sebagai pengganggu. Ya, mungkin lain kali, kau juga tampak memiliki urusan lain."

Sebenarnya Elora ingin tapi ia tidak mau menimbulkan kesalahpahaman lebih lanjut. Terlebih lagi sudah banyak karyawan yang mengetahui jika Elora bukan hanya sekedar Dokter bagi Edward. Berbagai spekulasi akan muncul jika mereka melihat Elora keluar dari ruangan pribadi Malik.

"Sampai jumpa, Malik."

Elora yang hendak menarik pintu pun tertahan oleh tangan Malik yang menggenggam tangannya. Gadis itu menoleh cepat, menemukan wajah Malik yang berada begitu dekat dengannya. Elora semakin gugup, dia merasa begitu canggung untuk sedekat ini lagi dengan Malik.

THE DEPRESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang