Chapter 45

2.6K 197 44
                                    

Playlist : Fool's Gold - One Direction
(diplay ya supaya feelnya makin dapet)

Fast uptade & long chapter untuk kalian. Jangan lupa pencet VOTE sblm membaca. Komen kebaperan kalian untuk chapter ini jangan lupa juga.

Happy Reading!❤️

***

Dari balik jendela kamarnya yang terutup tirai tipis, Elora menatap Edward berjalan ke arah mobilnya yang terparkir di halaman depan rumah Elora. Wajahnya tampak muram dan putus asa. Ia bisa membaca kekecewaan diair muka pria itu ketika Elora menolak untuk menemuinya dengan alasan sedang beristirahat. Wilda, Ibu Elora yang menjadi perantara untuk mereka dan untungnya Sang Ibu cukup pengertian dengan urusan anak muda.

Edward menoleh ke arah jendela kamarnya. Dengan gesit, Elora langsung mengembunyikan diri di balik dinding. Berharap jika Edward tidak melihat kehadiranya disana walau hanya sedetik saja.

"Elora, apa Ibu boleh masuk?" Suara Wilda menyapu indera pendengaran Elora. Gadis itu buru-buru melangkah mendekati pintu dan membuka kuncinya.

Wilda yang sejak kepulangan Elora siang tadi tidak melihat wajah puterinya dibuat cukup terkejut dengan penampakan Elora yang lebih berantakan dari biasanya. Elora mengenakan kaus putih kebesaran dengan rambut acak-acakan dan yang terlihat begitu jelas adalah kedua matanya yang sembab sehingga tampak lebih sipit.

"Are you okey?" Kata Wilda mengusap rambut Elora yang berantakan kemudian menyelipkanya ke belakang telinga. "Sepertinya ada yang ingin kau bicarakan. Ibu akan mendengarkanmu."

Elora membuka pintu lebih lebar untuk Wilda kemudian menutupnya sebelum bergabung dengan Wilda yang sudah duduk di tepi tempat tidurnya. Sungguh! Elora sedang tak ingin banyak bicara. Terlebih lagi itu mengenai Edward. Tapi Elora merasa berhutang penjelasan pada Wilda karena ia telah membantu agar Edward keluar dari rumah ini.

"Hanya ada masalah kecil diantara kami, Bu. Tidak ada yang serius dari ini. Lagi pula aku sedang lelah dan butuh istirahat. Ayah memberiku pekerjaan yang tidak ringan." Balas Elora berdusta.

"Kau memang gadis yang pandai menutupi perasaanmu, Elora." Wilda tersenyum hangat sambil menghusap lengan Elora, menguatkan. "Apapun masalah kalian, aku yakin kau bisa mengatasi semuanya. Tapi bolehkah ibu bertanya sesuatu padamu, sayang?"

"Tentu."

"Apa kau benar-benar mencintai Edward melebihi Malik dahulu?" Pertanyaan Wilda sukses membuat Elora bungkam. Bibirnya terkatup membentuk garis keras.

"Tentu saja. Aku melalui pilihan yang begitu berat. Hingga akhirnya aku memilih untuk meninggalkan Malik karena aku sangat yakin jika aku mencintai Edward, pasienku yang mengidap Bipolar Disorder itu." Elora memalingkan matanya. Otaknya kembali mengingat bagaimana Elora dan Edward jatuh cinta  layaknya air mengalir, tidak menyangka jika akan bermuara bersama. "Ya. Aku sangat mencintai Edward. Tapi kami terasa begitu sulit."

"Boleh Ibu memberimu saran?"

Elora mengangguk.

"Dibalik gangguan mental yang Edward alami, aku mengakui jika dia adalah pria manis yang memiliki sopan santun, baik dan dia juga tampak mencintaimu seperti kau mencintainya." Jelas Wilda perlahan. "Tapi aku menemukanmu terlalu sering seperti ini ketika bersamanya, Elora. Aku tidak berniat membandingkan, tapi saat kau bersama Malik kalian terasa begitu melengkapi. Malik menemanimu sejak awal, sejak kau masih menjadi mahasiswi kedokteran yang nyaris putus asa di tengah jalan karena tidak bisa menghafalkan istilah-istilah psikologi dalam buku karangan yang direkomedasikan oleh profesormu. Jujur, Ibu sangat menyayangkan kalian harus kandas begitu cepat."

THE DEPRESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang