Chapter 12

6.4K 543 45
                                    

Semangat Elora untuk hari ini benar-benar padam. Bagaimana tidak jika pagi-pagi dia sudah bisa melihat fotonya yang tercetak di halaman depan koran harian. Elora adalah orang yang sangat jarang membaca koran walau sesungguhnya benda itu setiap hari selalu ada di atas meja kerjanya, namun untuk kali ini Elora tidak bisa membendung rasa penasarannya karena berita di koran hari ini menyangkut tentang dirinya dan nama baiknya.

Seorang psikiater muda di salah satu Rumah Sakit ternama di London terlibat menggunakan obat-obatan terlarang.

Elora hanya membaca judulnya saja selanjutnya koran tersebut ia lempar ke arah dinding. Napasnya berhembus cepat lalu dia menarik rambutnya ke belakang dengan frustasi. Rasanya ia sudah cukup menangisi semua ini, dia harus melakukan sesuatu agar dia tidak semakin larut dalam masalah ini.

"Dok?"

Seorang perawat membuka pintu ruangannya dengan sedikit ragu-ragu. Elora membalikan tubuhnya dengan tas jinjing yang kali ini sudah berada di tangannya.

"Ada apa, Sus?"

"Dua pasien yang seharusnya datang untuk berkonsultasi hari ini membatalkan janjinya." Perawat tersebut menunduk takut, "Saya baru saja dihubungi oleh mereka, sepertinya ini ada hubungannya dengan berita koran hari ini."

Kedua mata Elora terpejam kuat. Ingin marah tapi dia tidak tahu bagaimana cara untuk melampiaskannya. "Hari ini saya tutup praktek, jika ada pasien saya yang datang tolong minta dokter yang lain untuk menanganinya."

Melihat raut wajah Elora yang serius, perawat itu hanya bisa mengangguk paham, "Baik, Dok."

Setelah itu Elora langsung berjalan cepat untuk keluar dari ruangannya. Tiba di parkiran, Elora langsung menancap gas mobilnya untuk tiba di DGA guna mencari jalan keluar dari semua permasalahan ini.

Kurang lebih tiga puluh menit kemudian, Elora tiba disana dan tentu saja dia mendapatkan pandangan sinis dari beberapa orang yang berpapasan dengannya. Untuk saat ini dia sedang menjadi sorotan di kota ini. Nama baiknya benar-benar sudah tercoreng.

"Permisi." Sapa Elora sopan kepada sekretaris pribadi Edward yang dia ingat bernama Riana itu, "Bisa saya bertemu dengan Pak Edward?"

"Maaf, Pak Edward sedang...-"

"El?" Suara sapaan itu memotong ucapan Riana. Elora menoleh ke kanan dan melihat Malik yang berdiri disana dengan beberapa map di tangannya. "Hei, kau disini?"

Elora melangkah mendekat pada Malik. Raut wajahnya sedih, dia ingin menangis namun dia tahan karena dia tahu bahwa di ruangan ini tidak hanya ada mereka berdua. Malik yang menyadari hal itu menghusap wajah gadisnya lalu mendekapnya lembut.

"Aku tau," Malik berusaha menenangkan, "Ini diluar perkiraanmu, El. Ini yang aku takutkan, kau akan menanggung resiko sebesar ini."

Tidak bisa ditahan Elora menangis tanpa menimbulkan suara, "Aku ingin bertemu Edward."

"Jangan libatkan dia lagi." Malik melepaskan pelukannya, "Kita berdua sama-sama mencari jalan keluarnya ya."

"Selamat siang semua."

Mendengar suara itu membuat satu ruangan menoleh pada sumber suara yang berasal dari televisi yang menggantung pada dinding. Suara itu tidak asing di telinga mereka semua. Suara itu milik Edward.

"Jadi saya disini akan mengklarifikasi seluruh masalah yang menimpa saya beberapa hari ini dan tentu hal itu menjadi pertanyaan besar bagi para wartawan untuk mencari tau apa yang terjadi sebenarnya."

Elora membulatkan matanya ketika kali ini Edward menegapkan tubuhnya dan memandang lurus ke depan. Wajah pria itu lebam cukup parah. Edward menggunakan pakaian hijau rumah sakit dan duduk di atas kursi roda didampingi oleh Roney dan seorang dokter di sebelahnya. Ada apa dengannya?

THE DEPRESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang