Chapter 25

5.3K 421 73
                                    

Long chapter, jangan lupa pencet vote dulu sebelum membaca yha:)

***

"Tadi kau bilang jenuh padaku, aku harap bunga ini mampu mengobati rasa jenuhmu padaku, El. Maaf jika selama ini aku kurang perhatian."

Deg.

Elora menerima bunga itu lalu mendongak menatap Malik dan Edward yang saling betatapan tajam. Bunga lily yang Elora genggam sedikit bergetar. Elora gugup, dia tidak tahu harus melakukan apa disaat ia dihadapkan dengan Edward dan Malik di waktu yang bersamaan. Benar-benar mematikan.

"Edward, kita perlu bicara." ucap Malik tegas.

Situsiasi ini memang harus dihadapi Edward, siap tidak siap. Namun ia tidak menyangka hal itu akan terjadi secepat ini. Malik pasti sudah melihat dengan matanya sendiri ketika ia merangkul tubuh Elora kemudian Elora mencium bibirnya. Edward paham seberapa menyakitkannya pemandangan itu bagi Malik.

Dan ucapan Malik yang meminta bicara dengannya seolah menjadi awal dari perang dingin mereka. Malik tidak mungkin berbesar hati seperti biasanya, Edward sudah merebut perhatian penuh kekasihnya.

"Elora masuklah ke dalam. Ini sudah malam."

Elora menolehkan kepalanya pada Edward yang mulai angkat bicara. Kepala gadis itu menggeleng, menolaknya.

"Malik kita selesaikan ini berdua. Tadi kau meninggalkanku di saat aku belum sempat bicara."

Tangan kanan Elora berusaha menarik lengan Malik namun dengan sekali sentakan, Malik berhasil menepisnya. Pemandangan itu membuat Edward sedikit marah, dia tidak suka Elora dikasari oleh siapapun termasuk kekasihnya sekalipun.

"Elora masuk ke dalam!" ucap Edward menegaskan bahwa ini adalah sebuah perintah.

"Aku tidak mau." tolak Elora, yang Edward tahu gadis keras kepala ini sedang mencoba untuk melindungi dirinya dari Malik. "Please, Malik, kita bicara berdua jangan bawa orang lain."

"Masuk ke dalam rumahmu, El. Ini sudah larut malam dan sebagai seorang kekasih kau masih menjadi tanggung jawabku." ucap Malik pelan namun begitu sarkasme.

Edward tersenyum miring pada Malik yang tidak melepaskan sedetik pun tatapan tajamnya itu darinya. Lantas, Edward memberanikan diri menguhusap pundak Elora, memberikan tatapan yang mengartikan jika semuanya akan baik-baik saja. Dia tidak mau membuat Elora cemas walau Edward sendiri sedang berusaha mengontrol emosinya agar semuanya tidak kacau.

"Masuklah, El."

Elora mengangguk kemudian melangkah pelan menuju pintu utama rumahnya hingga akhirnya dia menghilang di baliknya. Pikiran Edward sedikit lebih tenang, setidaknya Elora-nya sudah aman sekarang.

"Aku rasa kita tidak mungkin membuat keributan di rumah pacarku 'kan?"

"Ya, kau benar."

Malik berjalan menuju mobilnya kemudian berhenti di depan pintu kursi kemudi, "Aku ingin meminjam rooftop kantor megahmu, boss."

"Oke. Kita bicara disana."

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE DEPRESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang