Chapter 40

2.9K 227 55
                                    

Hi, fast update nih. Yuk pencet bintang sebelum membaca.
Happy reading💕

***

Edward melihat dirinya pada cermin dengan tatapan kosong. Dia merasa tidak berguna. Selama ini Edward selalu merasa bahwa ia diciptakan hanya untuk rasa sakit. Hidupnya tidak berguna. Dia sudah sering membuat orang lain kecewa karena ulahnya. Edward memang tidak bisa diandalkan dalam hal apapun.

Setelah kepergian Elora dari kamar tidurnya, Edward benar-benar merenung. Dia tidak peduli pada dirinya bahkan tidak peduli pada siapa yang berniat mencelakainya dengan membuatnya mengalami overdosis. Edward sudah lelah untuk mencari tahu. Ini bahkan bukan pertama kali di dalam hidupnya. Edward pernah merasakan kematian di depan matanya melebihi ini.

"Shit!" Edward meninju cermin di depannya dengan kepalan tangan kanannya. Cermin itu hancur menjadi beberapa belahan. Buku-buku Edward disambut dengan darah segar yang mulai nampak dan Edward berusah tidak memperdulikan rasa sakit yang ia alami.

Suara pintu terbuka terdengar setelahnya. Edward berusaha untuk tidak menoleh. Ia malah asik menonton darah segar yang mengalir tanpa henti pada buku tangannya. Helena menghampirnya, berdiri di sebelahnya dengan wajah cemas.

"Apa yang kau lakukan, Edward?"

Edward terkekeh sinis. "Hanya memukul cermin."

"Tanganmu terluka." Gumam Helena cemas sambil mengambil tangan kanan Edward. Lantas wanita itu mendongak, menatap Pamela yang juga ada di sana. "Panggilkan pelayan untuk mengobati luka Edward, Pamela!"

"Tidak perlu!" Sahut Edward cepat menghentikan langkah Pamela yang hendak berjalan keluar dari kamarnya. Edward menatap Pamela intens. "Kau masih disini?"

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu demi alasan apapun, termasuk Elora."

Edward mengerutkan dahinya tidak suka. "Kenapa kau selalu membuat kami salah paham, Pam? Bukan kah sudah jelas bahwa aku menolak keinginanmu untuk menikah lagi."

"Kita pasti akan menikah, Ed. Itu kenyataannya." Tegas Pamela.

Bangkit berdiri, Edward pun berjalan menuju nakas untuk mencari sesuatu benda tanpa peduli bagaimana darah ditangannya sudah mengotori kausnya sendiri. Setelah mendapatkan kunci mobilnya Edward pun segera beranjak untuk keluar. Dengan cepat Helena pun mencekal lengannya guna mencegah.

"Kau mau kemana, Edward? Keadaanmu belum pulih seratus persen, aku tidak ingin hal buruk menimpamu lagi."

"Aku akan baik-baik saja, Nek."

"Setidaknya obati lukamu dulu."

"Ini tidak seberapa." Edward menunduk menatap tangannya yang beradarah. "Sayangnya psikisku tidak sekuat fisiku."

"Duduklah! Aku akan mengobatimu." Pamela kembali hadir dengan membawa kotak P3K di tangannya dan dua orang pelayan yang berdiri di sebelahnya sudah bersiap untuk membantu. "Kau tidak boleh pergi, Ed!"

"Aku tidak butuh semua itu." Gumam Edward, melepaskan celakan tangan Helena pada lengannya perlahan. "Obatku hanya dia. Elora."

Edward melangkah keluar dengan cepat. Pamela yang merasa geram pun tidak terima akan hal itu. Perempuan itu membalikan badan hendak menyusul namun Helena menarik lengannya dengan cepat dan memberi tatapan peringatan.

"Edward tidak akan pernah luluh lagi padamu." Kata Helena tersenyum miring. "Biarkan dia mengejar cinta sejatinya."

Pamela melepaskan tangan Helena sedikit kasar kemudian dia membalas senyuman sinis Helena. "Aku dan Edward pasti bersatu, Nyonya Helena. Kau hanya perlu menunggu sedikit lagi."

THE DEPRESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang