(3) We Meet Again

2K 126 11
                                    

Alana's POV

Hari demi hari ku lalui dengan menyibukkan diri dan terkadang aku berkumpul bersama teman-temanku atau aku akan menemani ibuku yang sekarang tinggal bersama dengan Bibi Carla kakak dari ibuku.

Berbicara soal ibu, aku sangat merindukannya mengingat aku sudah hampir tiga minggu tidak bertemu dengannya karena aku sangat sibuk. Tapi aku janji setelah aku ada waktu kosong aku akan mengajak ibu berlibur bersama dengan Bibi Carla juga kemanapun mereka mau.

Duduk di dekat jendela sebuah cafe langgananku merupakan hal favoriteku selain memoleskan pensil pada kertas putih, duduk sambil menopangkan dagu di tanganku.

Pikiranku seketika mengingat tentang kejadian dimana si laki-laki ikal bernama Harry itu yang terus-terusan mengejarku padahal aku sudah berlaku cuek dan dingin padanya, tapi entah mengapa dia senang sekali menghampiriku saat aku sedang duduk bersantai di taman saat kita bertemu pertama kali.

Seperti dua hari yang lalu dia berusaha untuk mengajakku mengobrol tapi aku menjawabnya dengan singkat saja atau seperlunya saja.

Tapi dia tetaplah seperti lelaki yang tak mau menyerah dengan sikapku padanya, dia selalu saja berbicara sesuka hatinya walaupun aku jarang merespon ucapannya tapi aku mendengarkannya.

Jujur aku tidak mau bersikap seperti itu pada laki-laki tapi aku hanya takut, bukan takut pada mereka tapi takut dengan sikap mereka yang akan semena-mena terhadap seorang perempuan. Dan aku berlaku seolah tidak pernah peduli akan adanya laki-lakipun karena masa lalu ku yang kelam. Tapi aku tidak akan membahasnya sekarang, aku akan membahasnya jika waktunya sudah tepat.

"Permisi Nona, boleh aku duduk di sini? semua meja sudah terisi oleh pengunjung" ujar seseorang dengan suara baritonnya yang kuyakini dia adalah seorang laki-laki.

Aku menolehkan kepalaku ke arahnya dan cukup terkejut dengan apa yang aku lihat. "Kau menguntitku?" ucapku padanya sambil memberikan tatapan tajamku ke arahnya, tapi dia malah tertawa lalu memiringkan kepalanya.

"Tentu saja tidak, aku bahkan tidak tau kau di sini, ah ya ampun akhirnya aku bisa berbicara denganmu lagi" ucap Harry sambil menyunggingkan senyumnya yang indah. Ehh what? indah? Oh astaga aku tidak boleh tertarik pada lelaki sepertinya. Alana apa yang kau pikirkan.

"Aku boleh duduk di sini kan? Aku tidak kedapatan meja kosong" Harry melanjutkan ucapannya sambil menoleh-menolehkan kepalanya seperti mencari-cari meja yang kosong tapi tidak ada.

"Ya kau boleh duduk di sini" ucapku singkat dan datar.

Lelaki yang tadi berdiri itu pun langsung menjatuhkan bokongnya di sebelahku.

Kami menyelesaikan makan dengan suasana canggung tapi aku tak peduli karena aku hanya ingin menikmati makananku sembari memandang ke luar jendela cafe ini.

"Aku tak percaya kita selalu bertemu di tempat yang berbeda" ucap Harry sembari memakan makanannya.

"Aku pikir kita jodoh? Eh." lanjutnya dengan suara rendah tapi aku masih bisa mendengarnya dan menoleh padanya menatap mata hijau terang itu.

"Kaulah yang selalu mengikutiku" ucapku seraya memutar bola mata. Dia hanya menggedikan bahunya masa bodoh.

----------

Harry's POV

Suasana hatiku sedang bagus bahkan sangat sangat bagus karena aku bertemu lagi dengan gadisku. Dia terlihat sangat cantik dengan pakaian simplenya dan rambut cokelatnya yang ia gerai. Aku tak bisa berhenti menatapnya yang sedang memakan makanannya sambil menatap ke arah luar jendela.

"Kau cantik" pujiku padanya membuatnya menoleh kepadaku lalu mengernyitkan dahinya bingung. "Siapa yang cantik?" tanyanya membuatku tersenyum dengan kepolosannya yang membuatnya terlihat semakin cantik.

"Kau. Siapa lagi, di sini hanya ada kita berdua yang duduk di dekat jendela" ucapku membuat Alana langsung memalingkan wajahnya dariku, tapi aku bisa melihat kalau dia tersenyum kecil dan pipinya memerah karena ku puji.

Aku melihat Alana yang menggigit bibir bawahnya lalu menolehkan wajahnya ke arah jendela, kenapa ia suka sekali melihat ke arah luar jendela? Masa bodoh aku tak peduli. Dan kenapa juga dia harus menggigit bibir bawahnya seperti itu? Aku jadi ingin mencium bibir tipisnya yang menggoda itu. Oh kau harus tahan Harry, dia bukan wanita sembarangan yang bisa kau cium seenaknya seperti jalang yang suka kau sewa, bantiku.

"Kenapa kau memalingkan wajahmu? Oh aku tau, pasti wajahmu memerah karena ku puji kan? Aku benarkan?" ucapku sambil mencolek-colek tangannya membuatnya menoleh ke arahku.

"A-aaku tidak" ucap Alana gelagapan.

"Tidak perlu berbohong padaku, kau terlihat semakin cantik jika sedang memerah seperti itu" bisikku di telinganya membuat tubuhnya menegang, sementara aku tersenyum melihat reaksinya.

Sudah satu jam lebih aku berada di cafe ini bersama dengan gadisku, aku sangat senang sekali karena akhirnya aku bisa mengobrol banyak dengannya.

Seperti yang pernah aku pikirkan sebelumnya, Alana bukanlah gadis dengan sifat cuek dan dinginnya, buktinya setelah aku berusaha mendekatinya akhirnya dia pun mau di ajak berbicara denganku.

Dan menurutku dia juga merupakan gadis yang baik dan manis tidak seperti kelihatannya. Aku benar-benar senang karena akhirnya aku bisa berteman dengannya. Walaupun aku sangat ingin dia menjadi milikku tapi itu butuh proses bukan.





⚫⚫⚫
17/11/18

Happy reading;)

Mine [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang