Budayakan Vote🙃
Author's POV
Suara petir terdengar menggelegar seiring dengan kecepatan laju dari mobil Harry, waktu pun terasa begitu cepat, sudah satu bulan ia terlihat seperti orang yang kehilangan arah dengan wajah tampannya yang terlihat kusut dan dirinya yang terlihat sangat berantakan. Tapi ia tak pernah memperdulikan bagaimana keadaannya sekarang, yang ia pikirkan hanyalah sang kekasih beserta bayinya. Manalagi ibu dan kakak Harry sudah mengetahui semuanya dan itu membuat mereka kecewa terhadap-nya. Pagi, siang, dan malam. Ia selalu mencari dimana keberadaan Alana, ia pun tak peduli jika hujan turun sangat deras maupun hujan badai sekalipun.
Harry menggenggam setir kemudinya dengan erat dan memberhentikan mobilnya secara mendadak saat pohon besar yang tumbang menghalangi jalannya, "Aarghh! Sial!" umpatnya dengan kesal.
"Bagaimana aku harus lewat." ucapnya pada diri sendiri.
Setelah lama berdiam ia diri sambil memandang kosong ke arah depan tiba-tiba saja teleponnya berdering nyaring.
Ia mengambil ponselnya dari saku celananya dan langsung mengangkatnya, 'Hallo' ucapnya datar.
'Harry' seruan seorang laki-laki di seberang sana membuat ia memutar bola matanya.
'Ada apa? Jika kau tidak membawa informasi penting lebih baik tak usah--,'
'Aku sudah menyuruh orang untuk mencari dimana keberadaan kekasihmu itu,' potong si lelaki itu, ia adalah Liam sahabat Harry.
'Ya, bagus kalau begitu. Aku akan membayar berapapun kalau orang surahanmu itu berhasil menemukan Alana.' ucap Harry datar.
'Apa--' belum sempat Liam menjawab Harry sudah mematikan sambungan teleponnya duluan karena ia sedang malas mendengar ocehan Liam.
Tapi selang beberapa menit kemudian ponselnya kembali berdering membuat ia mendengus kesal dan dengan cepat mengangkatnya.
'Akhirnya kau mengangkat teleponku, aku sangat mengkhawatirkan mu Harry.'
'Maa--,'
'Pulanglah nak, cuaca sedang tidak bagus dan sedang hujan lebat pula,' Harry mendengus kala mendengar ucapan ibunya.
'Tidak Mom, aku tidak akan pulang, aku masih ingin mencari Alana hingga ketemu.' Anne terdengar menghela napasnya.
'Kau bisa mencarinya besok atau ketika hujannya sudah berhenti, dan lagipula Liam pun sudah ikut membantumu' Anne berucap dengan lembut pada putranya.
'Tap--,'
'Mom mohon, Harry.' Harry memejamkan matanya dan akhirnya ia mengangguk walaupun ia tau anggukannya tak bisa di lihat oleh ibunya.
'Baiklah Mom,' ucapnya lemah.
'Baiklah nak, Mom dan Gemma menunggumu di rumah dan berhati-hatilah,'
'Ya,' jawab Harry singakat dan setelah itu Harry langsung memutuskan sambungan telepon nya dan melempar ponselnya ke kursi sebelahnya.
Harry memutar arah mobilnya kemudian melaju menuju rumahnya. Dan sudah sebulan ini juga ia tidak tinggal di apartemennya dan lebih memilih tinggal bersama dengan ibu dan kakaknya di rumah aslinya, ia juga berniat akan menjual apartemen itu, menurutnya tempat itu sangatlah banyak kenangan manis dan buruk, dan ia berniat menjualnya karena selalu teringat ketika Alana datang ke tempat itu dan menyaksikan yang seharusnya tidak ia lihat.
Sementara untuk soal Sarah, ia pun sudah tak peduli lagi dengan wanita itu, dan terakhir mereka bertemu adalah saat Harry memintanya datang di sebuah Restoran, dan lelaki itu mengakhiri semuanya, walaupun Sarah menolak dan terus saja mengancam bahwa perusahaannya akan hancur tapi Harry tak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine [H.S]
Romance[COMPLETED] "I will get you and make you mine" -Harry Styles [WARNING!] [17+] This story has several sexual secene, please be a wise readers! Written by: araalifahf Cover by : araalifahf Published on November 17, 2018 - February 15, 2019 P.s : Han...