(39) The Reason

1.3K 89 17
                                    

Budayakan Baca dan Vote🙃

Author's POV

"Harry! Jangan mengikuti terus, aku risih melihatnya." ucapan Alana membuat lelaki berambut ikal itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia menghentikan langkahnya saat Alana berbalik dan menatapnya cemberut.

Bagaimana tidak, setelah tiga jam mereka berbaikan Harry selalu saja mengikuti kemana pun Alana pergi, awalnya wanita itu biasa saja tapi lama kelamaan ia menjadi risih melihat Harry yang terus saja mengikutinya.

Harry berdecak, "A-aku, aku ha--,"

Alana menghela napas dan memotong ucapan-nya, "Aku tidak kemana-mana, Harry." lelaki itu menatap Alana dalam, masih sangat takut baginya jika wanita itu pergi ataupun kabur dari sisinya. Tapi ia mengangguk saja.

"Baiklah," Alana tersenyum manis dan itu membuat Harry ikut tersenyum juga.

"Sekarang kau tunggu di ruang tamu dan tunggu aku di sana, okay?,"

"Tapi aku ingin menemanimu di sini,"

"Aku tidak akan lama, hanya membuat cokelat panas" Harry menghembuskan napas pasrahnya kemudian melenggang pergi ke ruang tamu sesuai dengan perintah Alana. Lucu memang, ia menjadi sangat penurut dengan wanita, padahal ia paling tidak suka jika di suruh seperti itu.

Selang beberapa menit kemudian akhirnya Alana datang ke ruang tamu dengan membawa secangkir cokelat panas, ia meletakkannya di meja lalu duduk di sebelah Harry.

"Ayo silahkan di minum, Harry." lelaki itu memandang Alana tanpa berkedip, sesekali ia melirik ke arah perut buncitnya.

Alana mengernyitkan dahinya kala tak mendapat respon dari Harry dan sedikit malu karena lelaki itu terus saja menatap Alana, akhirnya ia pun menepuk pundak Harry. "Hey, kau dengar aku tidak sih?" ucapnya.

Harry akhirnya tersadar dan menggaruk tengkuknya, "Uh? Maaf," Alana memutar bola matanya.

"Ya sudah tak apa, sekarang silahkan di minum cokelat panasnya." Harry tersenyum, ia mengembil cokelat panas itu dan meminumnya.

"Ini enak, kau selalu bisa menjadi istri idamanku." wajah Alana memerah seperti tomat saat Harry berkata seperti itu.

"Hey, wajahmu memerah." Alana memegang wajahnya sendiri dan menggeleng, ia malu sekali.

"Tidak,"

"Wajahmu benar-benar memerah sayang, lihatlah. Kau semakin cantik dan lucu jika seperti itu," kali ini Alana menundukan kepalanya karena malu terus-terusan di goda oleh Harry.

Harry yang melihat itu pun hanya terkekeh dan mengangkat wajah cantik Alana, "Kau kenapa, hm? kenapa menyembunyikan wajah cantikmu itu, kau kan mema--,"

Alana memukul dada Harry pelan, "Berhenti menggodaku, Harry. Aku malu," ia tersenyum mendengar perkataan Alana kemudian membawa tubuh itu ke pelukannya. Alana menenggelamkan wajahnya di dada bidang Harry, sementara lelaki itu mengecup kening kekasihnya berkali-kali.

"Alana," wanita itu sedikit mendongak untuk menatap Harry.

"Kemana ibu mertuaku? --Uuhmm ma-maksudku ibumu," Alana terkikik geli saat mendengar Harry.

"Ibuku sedang keluar, sebentar lagi ia akan datang, tapi--," tiba-tiba saja wajah Alana menjadi murung.

Harry menatapnya dengan kerutan bingung di dahinya, "Ada apa?"

"--Aku bingung bagaimana harus menjelaskan pada ibuku kalau kita sudah berbaikan? Aku takut ia akan marah, pasalnya ia tau tentang semuanya, tentang kita. Dan aku juga memikirkan bagaimana aku akan menjelaskan pada sahabat-sahabatku, aku takut mereka kecewa, Harry."

Mine [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang