(25) Bad Mood

1K 75 12
                                    

Budayakan vote🙃

Author's POV

Alana mengerucutkan bibirnya sambil menggonta-ganti saluran televisi secara acak, bagaimana tidak? Harry sudah berjanji padanya untuk makan malam bersama dan ia juga meminta Alana untuk memasakkannya makanan, dan sekarang wanita itu sedang menunggu Harry pulang, ini bahkan sudah melewati jam makan malam, jam sembilan.

Alana menggerutu kesal karena terlalu lama menunggu kekasihnya pulang, manalagi saat ini ia sedang datang bulan dan itu semakin membuatnya bertambah kesal dengan Harry. Alana sudah mencoba meneleponnya, tapi tidak di angkat.

Awas saja dia kalau sudah sampai rumah, akan kudiami sampai rasa kesalku hilang. Batin Alana mulai menggerutu lagi.

Ia menatap saluran televisi yang bahkan ia tak tau apa itu karena ia sedang tak fokus, hingga pada akhirnya ia bangkit dari duduknya dan pergi ke ruang makan yang sudah tersedia berbagai jenis makanan yang ia buat untuk Harry, ia duduk di kursi lalu mengambil makanan karena ia sudah merasa lapar walaupun sebenarnya ia sedang tidak mood. Ia memakan makanannya hanya seperempat saja dan setelah itu ia minum dan mencuci piring.

Ia bahkan tidak tau harus di apakan makanan itu jikalau Harry lupa dan sudah makan malam di luar.

Setelah selesai, Alana berjalan menuju kamar Harry dengan menghentak-hentakan kakinya dengan kesal hingga menimbulkan suara yang cukup kencang. Ia duduk di tepi ranjang dan mengambil ponselnya, mengeceknya apakah Harry balik meneleponnya atau tidak, dan ternyata tidak.

Alana menghela napasnya kemudian berbaring telentang menghadap langit-langit, tak lama kemudian ponselnya berdering dan ia melihat siapa yang menelepon, tapi kemudian Alana kembali meletakkan ponselnya di atas nakas tanpa menjawab si penelepon tersebut.

Sementara di tempat lain seorang lelaki berambut ikal sedang berbicara serius dengan seorang wanita pirang.

"Kau tidak bisa mengaturku!," bentak lelaki itu dengan emosi.

"Aku hanya ingin kita kembali, Harry. Dan kau juga terlibat dalam perjanjian dengan ayahku, kau harus mematuhinya!" ucap si wanita pirang

"Psersetan dengan perjanjian sialan itu! Aku tidak mau!" teriaknya, untung saja cafe yang mereka kunjungi tidak terlalu ramai dan mereka juga memilih tempat duduk paling pojok.

"Sangat mudah jika kau tidak mau kembali padaku dan tidak mau mematuhi perjanjian itu--," wanita pirang bernama Sarah itu menjeda perkataannya dan mengambil benda pipih panjang di dalam tasnya.

"Aku akan menunjukkan ini pada kekasihmu," lanjutnya sambil memperlihatkan layar ponselnya pada Harry.

Mata lelaki itu terbelakak tidak percaya apa yang baru saja ia lihat. Baru saja ia ingin mengambil ponsel Sarah tapi wanita itu sudah memasukkannya duluan ke dalam tasnya.

"Jangan coba-coba kau memberikan itu pada Alana!" ia manatap tajam Sarah, sangat tajam dan menusuk tapi wanita licik itu tidak takut dengan tatapan Harry, ia malah tersenyum meremehkan pada lelaki itu.

"Aku tidak akan memberikannya asalkan kau mau kembali padaku dan perusahaamu juga akan aman" benar-benar licik wanita itu, memanfaatkan situasi yang sangat membuat Harry kalang kabut.

Lelaki itu menatap Sarah masih dengan tatapan membunuhnya, tapi setelah itu ia menghembuskan napasnya kasar dan mengacak rambutnya frustasi. Ia benar-benar tidak tau lagi harus berbuat apa, ia bingung. Dia sangat sangat mencintai Alana dan tidak mau kehilangan kekasihnya yang sangat sulit untuk di dapatkan oleh lelaki manapun termasuk dia, Harry harus menjaga Alana benar-benar.

"Harry, jika kau masih tidak mau juga aku akan mengirimkannya pada Alana se---,"

Harry menggeram, "Fuck you bitch! Fine!" ia mengepalkan tangannya, kalau saja yang di hadapannya adalah lelaki maka ia sudah memukulnya habis-habisan.

Mine [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang