(15) Are You Kidding?

1.2K 78 5
                                    

Alana's POV

Aku berjalan ke luar dari gedung butikku, karena aku berniat untuk makan siang bersama Harry dan aku sudah memasakkannya makanan saat aku di rumah tadi.

Aku mengendarai mobilku menuju kantor kekasihku itu.

Aku turun setelah memarkirkan mobilku di parkiran mobil pribadi, aku berjalan masuk ke dalam gedung yang menjulang tinggi itu dan bertanya pada resepsionis letak ruangan Harry.

"Maaf Nyonya, ada yang bisa saya bantu," aku menatap wanita yang umurnya tak jauh dariku, aku berasumsi kalau ia adalah sekretaris Harry.

Tapi kenapa cantik sekali? Bahkan ia mengenakan pakaian kurang bahan seperti itu, apa ia sengaja memakai pakaian seperti itu untuk menggoda Harry?. Ck, aku jadi kesal sendiri membayangkannya.

"Hallo Nyonya," wanita itu melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku membuatku tersadar.

"Aku ingin bertemu dengan Harry," ucapku to the point, ia menaikkan sebelah alisnya lalu menatapku. Benar-benar tidak sopan.

"Apakah anda sudah membuat janji dengan Harry?" tanyanya. Apa aku tak salah dengar? Ia baru saja memanggil atasannya dengan sebutan nama, kurang ajar sekali.

"Belum, dan aku tak perlu membuat janji dengannya, dan kau tak seharusnya memanggil atasanmu dengam nama" ucapku ketus.

"Aku ini sekretarisnya. Memangnya kau siapa sih?," tanyanya dengan nada sombong. "Lagipu--" ucapannya terpotong olehku.

"Aku ini kekasihnya Harry," ucapku membuatnya bungkam.

"Ugh, m-maaf Nyonya a-aku tak beermaksud," aku memutarkan bola mata pada wanita menyebalkan ini.
"Silahkan Nyonya, ruangan Mr. Styles ada di sebelah sana," lanjutnya lagi sambil menunjuk ke arah ruangan yang cukup besar, kali ini ia bersikap sopan, tidak seperti tadi.

Aku melangkan kakiku menuju ruangan Harry sambil membawa tas bekal yang berisikan makan siang untuknya.

Aku mengetuk pintunya kemudian masuk ke dalam ruangannya.

"Ada apa Jane, apa a--" ucapannya terpotong saat melihatku yang sudah berdiri di sampingnya yang sedang duduk di meja kerjanya. "Sayang?"

"Mengapa kau ada di sini?" tanyanya, aku berdecak kesal.

"Kau tidak suka aku di sini ya? yasudah kalau begitu aku pulang lagi saja," ujarku ketus seraya berjalan, tapi sebelum itu aku bisa merasakan tangan kekar mencegahku dan menarikku ke pangkuannya.

"Turunkan aku!" pekikku, tapi ia malah semakin mengeratkan pelukannya dari belakang.

"Kau ini kenapa, hmm? Kenapa kau terlihat kesal seperti itu?" tanyanya, aku cemberut saat mengingat sekretaris yang memakai pakaian kurang bahan tadi.

"Aku tidak suka dengan sekretarismu," ucapku, ia menatapku dan menyelipkan rambutku ke belakang telinga.

"Maksudmu Jane?," tanyanya

"Aku tidak perduli siapa namanya, yang jelas aku tidak suka dengannya," ujarku ketus.

"Memang apa yang ia lakukan?," tanyanya ingin tahu.

"Apa kau tidak lihat, dia itu memakai pakaian mini ke kantor dan lagi dia adalah sekretarismu, dia juga tidak sopan padaku tadi. Oh, apa jangan-jangan kau memang sengaja memilih sekretaris yang memakai pakaian sexy seperti itu?," cerocosku tanpa henti.

"Baiklah kalau begitu nanti aku akan berbicara dengan--,"

"Tidak. Jangan kau yang berbicara dengannya, aku tak suka" potongku. Ia menghela napasnya lalu mengangguk.

"Sayang, dengar, yang memilih Jane itu bukan aku. Lagipula mau secantik apapun atau sesexy apapun wanita itu, kaulah yang akan tetap paling cantik dan sexy bagiku," ucapnya sambil menatapku dan tersenyum tulus.

Aku tersenyum mendengar ucapan Harry barusan. Tangan kekarnya mengelus pipiku dengan lembut kemudian ia mengecup bibirku.

Aku menggigit bibir bawahku masih menginginkan ciumannya, dan kemudian aku merasakan tangannya mengusap bibir bawahku sebelum menciumnya lagi, tapi kali ini ia mencium ku dalam.

Aku membalas ciumannya yang lama-kelamaan menjadi ciuman bergairah, ia menggigit bibir bawahku membuatku membuka mulutku, ia memanfaatkan kesempatan itu untuk memasukkan lidahnya untuk beradu denganku.

"Aku menginginkan mu" ucapnya di sela-sela ciuman kami.

"Aku tidak bisa menahan ini, kita akan melakukannya di sini," ujarnya dengan terengah-engah.

"Harry, tapi ini di kantormu, nanti kalau ada yang mendengar bagaimana?" tanyaku masih tak percaya dengan kata-katanya barusan yang mengajakku bercinta di ruangannya.

"Ruanganku kedap suara sayang, jadi tidak perlu khawatir," ujarnya sambil menatapku dengan tatapan mesumnya.

"Ta-taapi, tapi tadi aku kesini membawa makan siang untukmu," elakku agar ia tak melakukan itu di ruangannya.

"Aku ingin memakan mu saja," ucapnya masih dengan seringaian mesum andalannya.






⚫⚫⚫⚫⚫
Next ?

Don't forget to vote ;)

Mine [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang