6

368 24 1
                                    

"GILA RICHARD GANTENG BANGET!!!" Teriak Archi tepat di telinga Cessa saat Richard-salah satu cowo terkece di sekolah lewat di depan mereka.

"Gak usah teriak woy, entar orangnya denger kan malu." Kata Cessa sembari bisik-bisik.

Ulangan semester pertama telah dilewati angkatan kelas X, XI, dan XII. Yang berarti sebentar lagi akan ada pertandingan olah raga di sekolah, setiap kelas sedang sibuk mempersiapkan orang-orang yang sudah handal dalam mengikuti pertandingan antar kelas itu. Cessa, Archi dan beberapa temannya yang lain pun terpilih untuk mewakili kelas mereka bertanding basket. Pertandingan akan dilaksanakan seminggu lagi.

Vanya sudah terlihat beberapa kali latihan dengan tim perwakilan kelasnya. Setiap Cessa lewat, Vanya hanya memberikan tatapan tidak sukanya pada Cessa, entah apa yang Cessa lakukan. Sepertinya benar kata Archi, Vanya tidak akan melepaskan saingannya.

"Jadi gimana, Cess?" Tanya Celine yang entah kapan menghampiri mereka.

"Hah? Apaan?"

"Tuh mulai kan begonya. Jadi dari tadi gue ngomong panjang-panjang lo gak dengerin?" Omel Celine.

"Eh sorry sorry. Ulang dong, hehe.. peace." Cessa mengacungkan jari 'peace'.

"Hubungan lo sama bea ada perkembangan gak? Gue tau lo berantem kan sama bea gara-gara rebutan Reyno si ganteng dari kayangan itu kan??"

"Hah? Engga kok, biasa aja."

"Gausah bohong lo. Keliatan banget. Belom pernah gue kutuk ni anak jadi batu batre ya?" Celine mulai sewot.

"Eh jangan dong. Ya gue gak tau berantem apa engga sama Bea." Ucap Cessa pasrah.

"Richard!! Pulang sekolah jadi ketemuan?" Beatrice memanggil Richard dari kejauhan membuat mata Arci melotot.

"Selain Reyno, jadi dia mau ambil Richard juga?!" Mata Archi tidak berpaling dari Beatrice dan Richard yang saling melontarkan tawa.

"Bea udah gak suka Reyno weh. Dia relain Reyno buat Cessa." Kata Celine, memang Celine yang paling dekat dengan Beatrice daripada Cessa, Archi, dan Maya.

"Ya tapi jangan ambil Richard juga dong!!" Archi mulai sewot.

"Mungkin dia gak tau kali lo suka sama Richard?" Tebak Cessa.

"Iya sih. Tapi pokoknya Richard buat gue!" Archi menghampiri Beatrice dan Richard yang sedang mengobrol. Cessa dan Celine hanya berdiri melongo di depan pintu kelas.

"Udah gila tuh orang." Kata Celine.

"Starting drama.." Balas Cessa.

- - - -

Reyno memarkirkan motornya di pekarangan rumah Cessa. Alasannya adalah berkas ayahnya yang harus diantar ke rumah Cessa.

TING.

TONG.

Tak lama pintu kayu berukuran dua kali tiga meter itu terbuka menampilkan seorang gadis dengan baju tidur hello kitty sebagai motifnya.

"Eh, Reyno. Kok lo tau alamat rumah gue?" Tanya Cessa terkejut.

"Ini berkas buat bokap lo, titipan dari bokap gue." Reyno menyerahkan berkas tersebut ke Cessa.

"Oh, oke. Gak mau masuk dulu?" Cessa berusaha sopan.

"Sok baik ye lo." Cowo itu melontarkan kata-kata hingga membuat Cessa kesal.

"Yaudah pergi lo!"

"Malah ngambek.. gue gak usah masuk, udah malem juga kan lagian. Udah lo tidur aja sono."

"Yaudah thanks ya, Rey."

Reyno hanya mengangguk saja dan pergi menaiki motor ninja hitamnya keluar dari halaman rumah Cessa. Cessa hanya menatapnya dari kejauhan. Andai lo tau kalo rasa ini ada. Batin Cessa sambil masih menatap Reyno yang mulai menghilang dari pandangannya.

- - - -

"Cess, sorry ya buat kemaren-kemaren." Beatrice tiba-tiba menghampiri Cessa yang sedang fokus dengan buku novelnya tanpa memperhatikan guru yang sedang mengoceh di depan kelas.

"Yeah, it's oke. Everyone make mistakes." Balasnya.

"Archi kayaknya marah ya sama gue? Gue liatin dia kayak gak seneng gue deket sama Richard."

"Ya wajar sih, Archi kan suka sama Richard."

"Oh, baru tau gue. Tapi masa sekedar ngobrol aja ga boleh? Gue kan sepupunya Richard." Gerutu Bea.

"Hah?! Elo sepupunya Richard?! Kok gue gak pernah tau ya. Belakangan ini doang gue ngeliat kalian deket." Cessa menatap Beatrice kaget.

"Ya gue baru tau dia sekolah di sini. Betapa begonya gue, udah mau setahun sekolah di sini dan gue baru tau..."

"Lo bisa nyomblangin mereka dong." Ujar Cessa sambil tertawa kecil.

"Yah itu mah bisa diatur deh."

"Lo kayaknya harus ngomong sama Archi deh, takutnya dia salah paham terus sama lu. Nanti dia nganggepnya lu nikung dia lagi.." Bea hanya mengangguk saja sementara bel pulang sekolah berkumandang memberhentikan percakapan mereka berdua.

Vote and comment ya.. updatenya bakal sering-sering nih

Rewrite The Scars ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang