8

321 20 1
                                    

Bau obat-obatan menyeruak ke indra penciuman Cessa. Orang pertama yang dia lihat adalah Maya. Matanya menyapu pandang seluruh ruangan itu. Gue di mana ini? Kenapa tangan gue dipasang selang infus?

Seperti menjawab pertanyaan Cessa, Maya bersuara, "Lo ada di rumah sakit Altra sekarang, lo di infus karena lo gak bisa makan dulu saat ini. Kalo lo makan, pasti akhirnya lo muntah."
Cessa hanya mengangguk saja karena lidahnya kelu untuk berbicara.

"Tadi yang angkat lo kesini itu Ko Jovan." Seakan mengerti tatapan bingung Cessa, Maya kembali menjelaskan. "Ko Jovan itu anak judo di sini, tapi dia belom pernah ketemu lo kayaknya dan lo juga belom pernah ketemu dia kan?"

"Ko Jovan tetangga gue makanya gue tau, tadi dia nolongin lo karena dia gak sengaja lewat dan lo keliatan gak sehat gitu, jadi gue minta tolong dia buat bantuin. Sekarang dia udah pulang, dia bener-bener sibuk." Cessa hanya diam, dia pikir Reyno yang membawanya saat itu, tapi entah kenapa rasanya tidak mungkin.

"Entar kapan-kapan lo harus ketemu sama dia, gue rasa mending lo sama Jovan daripada sama Reyno yang gak jelas itu. Dia gak suka cewe baper tapi dia bikin cewe itu sendiri baper." Perkataan Maya seperti menampar seluruh tubuh Cessa.

"Dan lo lebih baik gak usah berharap lebih sama cowo kayak gitu, you deserve more, Cess. Dia gak pantes dapet perhatian lo itu."

"Hey, Cess, udah bangun aja nih. Padahal gue nyumpahin lo biar cepet-cepet mati. Eh jangan deh, entar bank soal gue ilang deh." Ucap Archi tak mengerti keadaan. Cessa hanya mendengus saja.

Cessa kemudian mengambil ponselnya dan mengetikan pesan di grup chatnya.

PELANGI JINGGA JINGGA

Frncsa: plis deh gais gue gabisa ngomong

Mayaa: sukurin mampus

Marchinasipit: wah gela.. cessa jadi bisu


Mereka bertiga ada di ruang yang sama namun karena Cessa tidak bisa berbicara,  mereka akhirnya memutuskan untuk mengobrol di chat.

Beiya: sori Cess gue gabisa dateng soalnya cici sepupu gue ulang tahun

Licanscntik: sori juga gue gabisa dateng soalnya ada perform dance di mal

Frncsa: isoke gais :)

Mayaa: reyno ga dateng dong.

Beiya: hah? Gila ya dia? Bukannya dia udah janji mau dateng?

Marchinasipit: tau tuh PHP banget tuh orang

Beiya: emang dasar orang gila

Frncsa: gila gitu" juga lo pernah suka kan be?

Licanscntik: osyit. Ga ikut.

Mayaa: uda uda udaa

Marchinasipit: uda gengs damaii


Cessa menutup ponselnya, malas berdebat dengan sahabatnya itu. Bukannya Cessa cemburu atau semacamnya, hanya dia rasa Beatrice sudah keterlaluan.

"Lo savage banget sih, Cess." Komen Archi yang masih memainkan ponselnya.

"OH MY GOD, CESSA, MAYA!!!!! RICHARD BALES DM GUE!!!" Teriak Archi histeris.

Maya mengumpat, lantaran sikunya terpentok ujung meja karena ulah Archi, "Astaga, Chi.. ngagetin aja. Gue kira penting, taunya si Richard doang.."

"TAPI KAN INI BERITA WOW!! Kan gue nanya tuh, 'Hai Richard udah makan belom?' Terus dia bales 'belom' AH GILA GUE SENENG BANGET!!" Archi masih teriak-teriak sperti orang kemasukan setan.

"Heh kutu kuda! Udah dong teriaknya.. lo mau gue ngubur telinga gue sendiri?!"

Cessa ingin sekali berkomentar tapi lidahnya mati rasa, dia sangat ingin menunjukan ekspresinya. Tak lama suster dan dokter masuk ke ruangan Cessa.

"Selamat malam, Cessa. Kamu sudah bisa berbicara?" Tanya dokter laki-laki itu ramah, Cessa hanya menggeleng.

"Sementara waktu kamu tidak boleh banyak bergerak atau pun berbicara lebih dulu, penyakit maag yang sudah kamu derita semakin parah. Kamu tidak boleh terlalu lelah atau lambung kamu akan robek." Peringat dokter itu, Cessa mengangguk malas.

"Oke, saya permisi dulu." Dokter dan suster kemudian pergi.

Cessa mengambil ponselnya di atas nakas. Waktu sudah menunjukan pukul setengah delapan malam, tidak ada notifikasi dari orang tuanya. Sepertinya dia memang tidak diinginkan di keluarganya. Atau mungkin, orang asing baginya?

"Weh, gue disuruh ortu gue pulang nih. Duluan ya, Cess. Maya mau pulang sama gue kan?"

"Eh iya, duluan ya, Cess. Lo jaga diri." Sekali lagi Cessa hanya bisa mengangguk dan tersenyum tipis.

Cessa sendirian di ruangan ber-cat putih tulang ini. Entah sampai kapan Cessa bisa bertahan hidup dengan penyakit yang dideritanya.

get in to the trouble..

Rewrite The Scars ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang