39

205 12 4
                                    

"Hans, kita perlu bicara." Ucap cewek itu pada teman baik Jovan.

"..."

"Di cafe biasa." Setelah cowok di seberang telfon sana menyetujuinya, Altera mematikan panggilan sepihak. Dia tahu dia akan jatuh cinta pada Jovan, tetapi dia tidak tahu akan secepat ini. Apakah ini rasa cinta atau hanya rasa kagum?

Altera mengecek penampilannya di depan cermin. Dengan balutan dress putih floral tanpa lengan dan flat shoes hitam bermotif bunga membuatnya sangat menganggumkan. Altera turun kebawah, tidak lupa dia nembawa tas selempang biru mudanya yang tersampir di gagang pintu.

"Ma, Altera mau keluar sebentar."

"Sama siapa?"

"Temen, sebentar kok. Altera bakal pulang jam tiga sore."

"Yaudah, hati-hati. Kamu bawa mobil?"

"Iya, ma."

Vera tidak membalas lagi sehingga Altera bisa leluasa pergi tanpa banyak pertanyaan dari ibunya. Cewek itu tiba-tiba meringis, memegangi perutnya yang perih, sudah lama penyakitnya itu tidak kambuh, mungkin mengerti keadaan Altera sekarang yang sedang terpuruk. Dia mencari-cari cokelat pemberian Mahesa di dashboard mobil beberapa bulan yang lalu. Katakan ia bodoh karena cokelat tersebut pasti sudah meleleh tersengat matahari. Telfonnya kemudian berbunyi membuat Altera mengehentikan kegiatannya.

"Halo, Hans?"

"Gue udah sampai, lo dimana?"

"Gue lagi di jalan, bentar lagi sampe." Betapa klisenya alasan tersebut, padahal mobilnya masih terparkir sempurna di halaman rumah.

"Oke, gue tunggu."

"Hans, boleh minta tolong?"

"Apa?"

"Pesenin gue makanan, nanti duit lo gue ganti."

"Maag lo kambuh lagi?"

"Kayaknya sih gitu, tolong ya."

"Yaudah, santai."

"Thanks."

Altera melempar ponselnya begitu saja ke jok belakang mobil dan melajukan mobilnya diatas kecepatan rata-rata. Dia butuh saran dari Hans.

- - - -

"Laper banget ya, lo? Kayak gak pernah dikasih makan seabad."

"Daripada gue sakit dan ngerepotin orang."

"Bisa sambil cerita apa maksud lo nyuruh gue dateng ke sini?"

"Oh, iya. Ternyata omongan lo bener, gue jatuh cinta sama Jovan."

"Gue tahu, dan apa yang bisa gue bantu?"

"Kemaren dia ijin ke gue, buat sayang ke gue." Altera menjeda sedikit perkataannya. "Sayang sebagai kakak."

Hans terbahak seketika, sampai memegangi perutnya yang geli. "Kocak, ah."

"Apanya yang lucu, sakit hati gue."

"Nih, ya, gue kasihtau. Jovan baru pernah mencintai satu orang seumur hidupnya. Cewek beruntung itu Retha, mantan pacar Mahesa." Ucapan Hans membuat mata Altera terbelalak seketika.

"Gue.. gue gak nyangka. Gue gak nyangka dia jatuh cinta sama iblis paling jahat."

"Don't judge a book by it's cover. Lo gak bisa ngatain Retha sebagai iblis dari cerita Mahesa yang lo denger. Bahkan lo gak kenal dia kan? Lo gak tahu masalah sebenernya antara Mahesa dan Retha."

"Ya, kalo bukan iblis, kenapa dia nampar gue tiba-tiba pas dateng ke rumah?"

"Dia punya alasan."

"Ya tapi apa?"

"Menurut dia, Mahesa ninggalin dia karena Mahesa cinta sama lo. Mahesa memanfaatkan keadaan, waktu Retha sama Dio pelukan di sekolah buat mutusin Retha."

"Gak mungkin lah Mahesa cinta sama gue. Gue adiknya, Hans.."

"Bukan adik kandung, kan? Bisa aja, gak ada yang mustahil."

"Gue gak percaya."

"Ya, terserah lo."

"Jovan pernah gak sih cerita-cerita tentang gue ke lo?"

"Dia pernah cerita sekali, dia mau bantuin lo keluar dari masalah lo. Dia gak suka liat  lo nangis." Altera tersenyum getir.

"Gue ada janji sama Jovan, apa masih ada yang mau diomongin?" Ucap Hans.

"Gak, kok. Makasih ya, Hans."

"No problem, duluan ya, Ter."


Altera termenung sendiri di cafe tersebut. Biasanya, dia selalu datang ke cafe ini bersama Reyno. Tunggu? Apa yang dia pikirkan? Kenapa tiba-tiba nama Reyno terbesit dalam pikirannya?

Untuk kesekian kalinya,
Aku merindukan kita.
Bukan hanya aku rindu kamu.
Tapi aku rindu aku dan kamu.

Sudah lama rasa itu hilang,
Tapi mengapa sekarang aku teringat lagi,
Akan kehadiranmu yang membuatku meletup kegirangan.

Aku tidak tahu bagaimana kamu bisa begitu cepat menghilangkan rasa itu.
Sedangkan di sini, aku masih terngiang dan terbayang

Memang semua butuh proses,
Dan aku harap ini proses terakhir untukku melupakanmu.

Aku perlu untuk maju,
Aku perlu berhasil dan bergerak,
Aku tidak bisa terdiam dalam masa lalu terus menerus,
Aku juga ingin bahagia,
Walau bukan kamu alasannya.


Altera menghapus air matanya, di dalam hati kecilnya selalu terbesit rindu atas kehangatan Reyno padanya. Namun kehadiran Jovan membuatnya bingung, di manakah hatinya berlabuh? Apakah dua orang itu adalah orang yang tepat?




SRET




Suara nyaring kursi yang ditarik membuat Altera mendongak, melihat siapa yang duduk di depannya. Matanya berkaca-kaca, lidahnya kelu, tangannya kaku, dan jantungnya seperti ditikam ribuan jarum. Itu masa lalunya. Di depan matanya.


























Alegra-nya.























Dengan mata berurai air mata, Altera merengkuh Alegra. Sosok jangkung ini sangat dirindukannya. Alegra memeluk balik dirinya. Pelukan hangat itu. Pelukan yang sangat Altera rindukan di masa-masa bahagianya. Alegra-nya telah kembali, hatinya terasa utuh.

"Aku kembali, Altera." Ucap Alegra mengeratkan pelukkannya. Dia tidak mau melepaskan gadis ini lagi.

- - - -

cukup untuk membuat kalian kaget tidak??

komen dulu reaksi kalian saat Alegra muncul untuk pertama kalinya!!

vote jangan lupa!!

see you on next update!

Rewrite The Scars ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang