26

230 9 2
                                    

Altera tidak sepenuhnya kabur, dia hanya menginap di salah satu hotel di tengah kota. Mungkin di sini hidupnya akan lebih tenang karena dia sendiri. Sendiri lebih baik daripada penuh kebisingan. Altera memutuskan untuk sekolah pagi hari ini. Entah apa hukuman yang akan dia dapatkan karena sudah alpa berminggu-minggu. Yang jelas, Altera tetap harus masuk sekolah jika ingin naik kelas.

Altera mengecek penampilannya serta memandangi pantulan wajahnya di cermin. Sangat menyedihkan untuk remaja sekarang, Altera meringis saat pergelangan tangannya terbentur sesuatu. Dia bingung kenapa banyak sekali luka goresan di tangannya itu, mungkin dia melakukannya saat tidak sadar.

Pintu gerbang yang telah ditutup memaksakan Altera untuk memanjat agar bisa masuk ke dalam. Kebetulan penjaga pos sedang pergi jadi Altera dengan leluasa memanjat.

"Heh! Siapa itu yang manjat?" Suara tersebut membuatnya terkejut dan terjatuh ke aspal. Altera hanya meringis saja.

"Ngagetin aja sih, jatoh kan nih gue. Entar gue kenapa-kenapa lo mau tanggung jawab?!" Altera belum melihat lawan bicaranya- sibuk membersihkan luka di lututnya.

"Lo luka?"

"Iyalah, sakit tau." Sedetik, dua detik, Altera seperti mengenal suara itu. "Eh, ada lo hehehe." Dia hanya dapat menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Puas ngomelnya?" Orang itu melipat tangan di depan dadanya.

"Gue masuk kelas dulu." Tangan Altera yang mungil itu ditahan olehnnya.

"Mau masuk kelas? Lo gila? Mau dihukum?"

"Lah lo sendiri kok gak masuk kelas?"

"Gue bolos."

Altera tidak habis pikir dengan lelaki di depannya ini, "Bolos? Lo gila?"

"Masih waras kok."

"Lo keliatan gila, Reyno."

"Bolos doang biasa kali."

"Gue gak mau bolos pokonya gue mau masuk kelas." Altera berusaha untuk melepaskan cengkraman tangan Reyno, tetapi tangan itu cukup kuat untuk menahan salah satu murid judo ini.

"Lepasin, gue mau masuk!"

"Entar malem kita ketemuan ya, entar tempatnya nanya Archi aja." Reyno melihat sorot ragu dalam mata Altera, dia tahu apa penyebabnya. "Xira gak ikut dan banyak temen lo yang ikut, pake baju yang gue udah titip ke Archi." Setelah itu genggaman tangan Reybo dilepaskan lalu dengan mudahnya dia memanjat pagar dan melajukan motornya diatas kecepatan rata-rata. Bukan Reyno ini yang Altera kenal.

- - - -

"Chi, emang kita mau ke mana sih?" Oceh Altera yang masih belum mendapatkan kejelasan oleh temannya ini. Kalau tahu begini, Altera tidak akan mau ikut pergi menggunakan baju dress selutut yang agak ketat membuat lekukan tubuhnya kentara ini.

"Udah ikut aja sih, gausah bawel."

"Lo gak ada niatan buat jual gue ke om om kan?" Tanyanya penuh selidik.

"Lo pikir gue gila? Banyak yang lain kok, tenang aja udah. We're gonna have fun." Altera hanya pasrah saja mendengar perkataan sahabatnya itu.

Tak lama mobil Archi terparkir di depan sebuah klub malam, tempat yang paling Altera benci. Altera bersumpah tidak akan menuruti ajakkan teman-temannya lagi jika begini caranya.

"Maksud lo apa bawa gue ke sini."

"Untuk bersenang-senang sedikit. Hidup kita terlalu monoton di sekolah, ayo masuk."

"Gak gue gak akan masuk!" Tolak Altera keras.

"Percuma, Ter. Lo udah di sini, kalo gak masuk lo mau ke mana? Come on, go have some fun." Entah perintah dari mana, Altera justru malah mengekori Archi di belakang memasuki tempat terlarang itu.

Kebisingan mulai menyeruak di telinganya. Asap rokok serta bau minuman keras langsung membuat Altera spontan menutup hidungnya. Tak lama Archi menarik Altera ke table yang Altera rasa sudah dipesan oleh mereka. Altera dapat melihat Reyno, Samuel, Devon, Beatrice, dan beberapa temannya yang lain. Yang Altera tidak lihat hanya Maya, mungkin memang Maya tidak diizinkan orangtuanya. Atau mungkin semua orang di sini kabur dari rumahnya.

"Gue pikir, gue gagal ngajak Altera kesini." Ucap Reyno agak sedikit keras karena kebisingan yang luar biasa di ruangan ini.

"Hampir." Archi pun berbicara dengan volume yang sama.

"Ngapain sih kita ke sini?" Jujur Altera tidak suka dikerjai seperti ini.

"Tau tuh, Reyno pujaan hati lo yang ngajak." Ucap Beatrice yang duduk tepat di sebelah Devon, sedang berangkulan.

"Oh jadi kalian pacaran?" Devon dan Beatrice hanya senyum-senyum saja sementara yang bertanya hanya mendengus.

"Pesen minum lah." Reyno bersuara kembali, jujur, bukan ini Reyno yang Altera mau.

"Mau apa? Tequila, martini, atau yang lain?"

"Tequila empat botol, martini tiga botol." Samuel memutuskan.

Ketika minuman keras berbau tak sedap itu datang, mereka semua langsung menuangnya ke gelas kecil dan langsung meneguknya dalam sekali tegukkan. Altera hanya menelan ludah saja, bagaimana teman-temannya yang anti alkohol ini bisa tiba-tiba menjadi alkoholik. Altera tidak meminum minuman keras itu yang sudah dituang oleh Reyno di hadapannya.

"Altera gak mau coba?"

"Gak."

"Coba, kalo gak pengecut." Tidak terima dibilang pengecut oleh orang yang dicintainya itu, akhirnya Altera meneguk Tequila langsung dari botolnya. Altera melempar botol yang sudah kosong itu lantai.

"Siapa yang pengecut sekarang?" Kata-kata Altera bagai tantangan bagi Reyno.

"Yang paling banyak minum, dia menang dan hadiahnya..." Samuel sudah memotong sebelum Reyno selesai berbicara.

"HADIAHNYA SALAH SATU DARI KALIAN HARUS NEMBAK SALAH SATU LAINNYA!!"

"Deal." Jawab keduanya. Entah apa permainan teman-temannya, yang jelas Altera ingin mengakhiri segalanya dan pergi dari tempat terkutuk ini. Persetan jika ia harus berpacaran dengan Reyno akhirnya.

Sudah empat botol habis oleh Altera sementara Reyno masih meneguk botol ketiganya, sepertinya ada yang kalah hari ini. Altera melambaikan tangannya pada bartender, tanda dia akan menambah lagi. Tiba-tiba Altera melihat bayangan Alegra di ujung klub dan menaruh botol kelimanya yang masih tersisa setengah dan berjalan ke arah Alegra. Kepalanya terasa sangat pusing, dunia seakan berputar mentertawakan dirinya yang semakin jauh menggapai Alegra. Sementara Alegra pun sudah pergi dari tempatnya semula.

"Alegra!!! Come back!!!" Altera berteriak seperti orang kesetanan dalam klub tersebut kemudian tubuhnya luruh ke lantai klub tersebut.






Ingatannya hanya penuh dengan nama Alegra.

- - - -

Mana nih si Alegra

Rewrite The Scars ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang