13

269 15 4
                                    

"Altera?"

"Cessa! Masuk kamu!" Teriak Imel, orang itu sedikit terkejut dengan teriakan Imel.

"Beraninya kamu membentak anak saya seperti itu!"

"Dia sudah menjadi anak saya! Saya bebas melakukan apa saja."

"Altera ikut mama ya.." Orang itu menarik-narik tangan Cessa yang sebelah kiri.

"Gak, Cessa ikut mama! Dia bukan mama kamu!!" Sementara Imel menarik tangan Cessa yang sebelah kanan. Terjadilah aksi tarik-menarik itu hingga Cessa membanting tangan mereka berdua dengan keras.

"Saya gak tau yang mana ibu saya, jadi saya mau nanya. Tanda lahir saya ada di mana?"

"Tanda lahir kamu ada di tumit kaki, iya kan?"

"Tanda lahir kamu kan di samping leher." Imel membantah.

"Ternyata yang selama ini jadiin aku budak bukan mama kandung aku sendiri.." Lirih Cessa.

"Jelasin semuanya sekarang!!" Cessa berteriak.

"Ikut mama dulu, Ter."

"Saya udah cukup dibohongi! Kenapa kalian semua menambah masalah saya?! Saya punya salah apa sama kalian?! Say punya salah apa??!!!" Cessa berteriak dengan lelehan air mata, tidak lama pandangannya mengabur dan menghitam. Dia lelah dengan semuanya, kenapa hidupnya begitu banyak drama?

- - - -

Bunyi alat pendeteksi jantung terus terdengar di telinga sahabatnya itu. Sudah bosan rasanya menunggu di sini, hingga rasanya mereka ingin menghancurkan alat itu dan memberi nafas buatan kepada Cessa agar dia bangun.

"Cessa sakit apa sih? Kenapa dia bolak-balik rumah sakit terus?" Tanya Beatruce masih bingung.

"Bahkan Maya mungkin gak bisa jawab itu." Jawab Celine.

"Gak ada yang tau, yang gue tau dia punya depresi berat. Dia terlalu banyak nyimpen beban buat dirinya sendiri. Dia terlalu mikirin satu masalah. Dan dia selalu mikirin satu cowo yang entah kemana. Alegranya."

"Siapa lagi dah tuh Alegra?"

"Pas itu di cafe yang hampir kita kunjungin itu ada Alegra, makanya gue cari-cari alesan biar kita semua gak makan di situ."

"Oh yang akhirnya kita makan di cafe depan?" Ucap Celine.

"Iya. Kejadiannya panjang, bahkan yang gue tau itu belom semua. Masih banyak yang Cessa tutupin."

"Gimana nih weh, seminggu lagi kita kan super camp?"

"Oh iya, Be. Kalo Cessa belom sadar sampe saatnya super camp gimana?"

"Jangan nyumpahin, Licans.. kita gak bisa bantu apa-apa juga kan selain berdoa." Maya membenarkan ucapan Archi dan mereka pulang bersama karena waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

"Permisi tante kita pulang dulu ya." Ucap semua temannya kepada, Vera, ibu kandung Cessa atau.. Altera.

"Terima kasih ya sudah mau datang jenguk Altera, tante titip pesan sama guru kalian ya.."

"Iya tante, pasti kita sampein." Ucap Archi ramah sambil tersenyum.

"Semoga Cessa cepet sembuh ya, Tan." Kini giliran Beatrice yang berbicara namun Maya menyenggol tangannya.

"Eh? Maaf, maksud saya, Altera." Beatrice mengkoreksi.

"Gak apa-apa, mungkin kalian belum terbiasa." Vera sambil tersenyum.

"Kita duluan ya tante, kita pasti bakal bantu doa buat kesembuhan Altera." Celine tersenyum ramah dan kemudian berpamitan.

"Celine yang tadi bukan Celine yang gue kenal." Ucap Beatrice saat perjalanan.

"Tau lo kayak ketemu calon mertua aja sopan bener." Timpal Archi.

"Ya emak sahabat lo sendiri masa gak sopan sih. Mau dikata apa lo sama tante Vera?" Maya menimpali kembali.

"Susah yah jadi orang cantik, sopan salah gak sopan salah. Terserah netizen saja lah.." Celine kemudian terlelap sementara Archi fokus menyetir, dan sisanya mencibir Celine.

- - - -

Sudah lima hari Altera tidak bangun dari tidur panjangnya, dua hari lagi sekolahnya mengadakan super camp di Cilember. Andai Altera bangun, dia pasti sudah antusias mengepak barangnya. Sahabat-sahabatnya juga merindukannya, terutama satu orang itu yang terpaksa untuk membencinya, walau Altera tidak melakukan kesalahan apapun.

"Altera masih belum sadar ya, Tante?" Vera hanya menggeleng lemah. Ini salahnya, seandainya dia tidak lebih mementingkan urusannya dengan Arti, dipastikan Altera tidak akan menderita selama bertahun-tahun seperti ini.

"Reyno? Reyno? Alegra?? Alegra!!!!" Altera mengigau, semuanya panik ketika tahu Altera sudah sadar. Archi langsung keluar dan memanggil para tim medis.

"Suster!!! Dokter!!! Pasien sudah sadar!!"

"Permisi, saya akan memeriksa pasien terlebih dahulu."

Semua orang di ruangan itu disuruh untuk menunggu diluar sementara pemeriksaan intens sedang dilaksanakan di dalam sana. Entah apa yang terjadi dengan Altera, tidak ada yang mengerti. Namun, Maya tahu pasti. Altera merindukan Reyno dan Alegra. Dua lelaki bajingan yang meninggalkannya disaat terpuruk sekalipun.

Maya sudah tahu, ini semua akan terjadi. Dia tahu Altera akan kehilangan segalanya. Bahkan mungkin sahabat-sahabatnya yang sedang menunggu di depan ini.

- - - -

Duh, Alteranya kenapa-kenapa tuh!! *colek Reyno

Vote and comment for next part!!!

Rewrite The Scars ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang