19

250 12 0
                                    

Altera menumpahkan segala air matanya yang tersimpan rapat-rapat di sana hingga berjatuhan ke seragamnya. Kenapa banyak sekali yang Alegra sembunyikan darinya? Sementara Jovan menatap nanar Altera, ingin sekali dia mengusap air mata sialan itu dari pipi Altera. Tapi rasanya, ada orang yang lebih pantas darinya. Seperti cowok di seberang meja mereka, Mahesa yang sedang memandang Jovan penuh kilatan amarah. Mungkin karena membuat gadis kecilnya menangis, tapi Altera harus tahu semuanya.

"Gue gak ngerti kenapa Alegra bisa koma. Yang gue tahu, Alegra nitipin ini tepat sehari sebelum kecelakaan itu terjadi." Jovan mengeluarkan amplop putih dari tasnya.

"Kenapa lo baru kasih sekarang?"

"Gue baru ada waktu buat ketemu lo." Altera mengambil amplop putih itu dan menimangnya saja.

"Kok gak dibuka?"

Altera hanya diam, dia takut jika dia mengetahui segalanya. Dia takut jika dia harus hancur kembali. Tapi dia ingin tahu apa isi surat itu, Altera terpaksa membukanya. Walau seandainya hidup Altera tidak lagi sama setelah ini.

Altera,

Hai, Altera. Gadis manja yang paling gue sayang setelah mama gue. Hari ini, gue mimpi. Mimpinya serem, kayak muka lo kalau lagi PMS. Gue mimpi, gue gak bakal bisa di sisi lo terus selamanya, seperti janji yang gue buat tanpa tahu gue bisa tepatin atau engga. Gue mimpi, semuanya bakal hancur setelah hari ini. Kalau mimpi gue salah, berarti surat ini seharusnya gak ada di lo. Tapi kalau mimpi gue bener terjadi, gue minta lo lupain gue. Gue mungkin gak akan bisa bangun lagi. Gue harap lo bisa lupa nama gue, walau gue tahu nama yang lo inget pertama kali adalah nama Alegra Aldorino.

Gue minta maaf atas kesalahan gue selama ini sama lo. Gue terlalu banyak ngerepotin lo, gue gak bisa jagain lo sampe akhirnya lo mutusin untuk kabur dari rumah berhari-hari. Gue harap gue bisa nemuin lo dengan selamat, Ter. Tapi di mimpi gue, salah satu dari kita akan pergi. Entah gue, atau lo. Gue harap lo yang pergi, karena gue gak mau liat lo sakit karena gue pergi. Lebih baik gue yang ngerasain luka itu. Altera, mungkin lo gak pernah tahu tentang semua masalah gue. Gue sembunyiin dari lo selama-lamanya. Tapi di sini gue mau kasih lo satu kebenaran.

Gue cinta sama lo, Altera Devinci

-Alegra Aldorino-

"Gue juga cinta sama lo, Alegra Aldorino."
Untuk kesekian kalinya, Altera kembali meneteskan air matanya. Dia semakin bersalah kepada Alegra. Mungkin Altera tidak mengingat kepingan kejadian mengerikan yang lalu. Tapi dia tahu, semuanya karena dia. Altera terlalu bodoh untuk menyadari siapa yang sebenarnya mencintainya, bukan hanya menyukainya seperti yang Reyno lakukan. Altera juga terlalu bodoh untuk mencintai lelaki seperti Reyno dan melupakan cinta sesungguhnya dari Alegra.

BRAK.

"Ayo pulang." Ucap Mahesa tegas, dia tidak tega melihat adik kecilnya itu menangis karena masa lalunya.

"Apa isi surat itu?" Jovan menggumam sebelum meninggalkan cafe tersebut.

Saat Jovan membuka pintu mobilnya, mulutnya disekap oleh orang berjubah hitam ke dalam sebuah gang. Sebelum Jovan tidak sadarkan diri, dia melihat sepasang mata yang familiar baginya.

- - - -

Altera masih menangis sesenggukan ketika berada di perjalanan. Mahesa hanya fokus menjalankan mobil sambil sesekali melirik Altera di sampingnya. Mahesa membanting setirnya hingga ke tepi jalan dan memegang tangan Altera lembut.

"Altera, jangan nangis terus oke?" Mahesa menghapus air mata sialan itu untuk kesekian kalinya.

"Al.. Alte.. Altera mau ketemu Alegra."

"Saat waktunya tiba, kamu pasti ketemu sama Alegra, sayang. Percaya sama kakak."

"Tapi kenapa hati kecil Altera bilang kalau Alegra udah gak ada?" Tangisan Altera semakin menjadi.

"Altera, di dunia ini kita harus merelakan seseorang. Di dunia ini kita pasti merasakan kehilangan. Tapi sebagai mahluk yang hidup di dunia ini, kita harus kuat menghadapi kehilangan dan luka terbesar itu. Kakak yakin, Alegra pasti gak mau lihat kamu nangis dan kakak juga yakin, Alegra masih berjuang untuk kamu hingga saat ini. Buat ketemu Altera." Setidaknya kata-kata Mahesa mampu membuat Altera sedikit tenang.

Altera mengusap amplop putih berisikan surat yang sudah sedikit basah karena air matanya itu.

"Apa yang harus Altera lakukan?"

"Berdoa sama Tuhan supaya menguatkan Alegra di sana. Biar Alegra bisa bangun buat Altera."

"Makasih, kak." Altera merengkuh Mahesa. Setidaknya dia masih beruntung mempunyai Mahesa di hidupnya.

"Sekarang mau ke mana?"

"Bawa Altera pergi dari sini." Mahesa kemudian melajukan mobilnya melewati gedung-gedung pencakar langit dan menuju ke salah satu mall ternama.

"Altera gak mau berada di keramaian, apalagi dengan seragam kusut kayak gini." Mahesa menyampirkan jaketnya ke bahu Altera.

"Pakek ini aja, gak akan kegedean. Kamu kan gendut."

Altera hanya menatap Mahesa malas, dia sedang tidak mood untuk bercanda dengan Mahesa. Kemudian mereka berdua keluar dari mobil dan bersenang-senang di sana. Setidaknya Altera dapat sedikit mengurangi beban di kepalanya, walau isi surat itu masih bersarang di kepalanya.

- - - -

Hellow its mehh

Rewrite The Scars ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang