23

253 11 1
                                    

Berulang kali Reyno mencoba untuk menghubungi Altera, tapi sepertinya gadis itu terlalu malas untuk mengangkat telfon darinya. Benar kata Samuel, Altera menjauhinya. Tapi ini bukan sepenuhnya kesalahan dirinya. Reyno mulai membenci Altera dan menjauhinya karena Altera tidak mengangkat telefonnya sewaktu tahun baru 2018, padahal Reyno ingin sekali mengutarakan perasaannya. Alasan Altera hanya satu, kuotanya habis. Padahal tidak mungkin jika sedetik kemudian Altera sibuk dengan panggilan yang lain hingga berjam-jam.

Reyno membanting ponselnya ke atas kasur, pasrah dengan gadis itu. Apa yang membuat Altera menjauhinya? Apa karena dia juga pernah menjauhi Altera? Atau karena ada alasan lain? Tak lama ponselnya bergetar, namun bukan dari orang yang diharapkannya. Reyno malas mengangkat panggilan telefon dari Vanya itu. Untuk apa gadis licik itu menelfonnya kembali.

Tak lama ponselnya bergetar kembali, wajahnya mengembangkan senyum bulan sabit sempurna. Untuk pertama kalinya, Altera menelfonnya kembali.

"Halo?" Sapa gadis itu dari seberang sana.

"Kenapa lo gak angkat telfon gue, gue ini se-gak penting itu kah?" Ingin sekali Reyno meminta maaf, tapi kenapa kata-kata menyakitkan itu yang keluar dari mulutnya?

"Gak gitu, kuota gue habis." Reyno tersenyum sinis, alasan itu lagi.

"Alasan lo terlalu klise, Ter."

"Tapi emang gitu."

"Udahlah gak penting bahas ini, bahas yang lain."

"Emang mau bahas apa?"

"Apa aja kek."

"Ya apa?"

"Kita bahas kenapa lo gak pernah angkat telfon gue, khususnya waktu tahun baru dan lo malah sibuk telfonan sama yang lain." Jujur bukan ini yang Reyno ingin tanyakan.

"Kuota gue habis, dan pas itu mama coba buat telfon gue karena gue tersesat sendiri di puncak."

"Berjam-jam?"

"Iya gue nelfon mama berjam-jam dengan sisa pulsa yang gue punya. Mama di situ juga udah marah-marah karena gak ada yang jagain adek gue."

"Kenapa lo gak hubungin gue? Bisa aja gue jemput lo ke sana."

"Waktu itu udah malem, Rey. Gak mungkin lo nolong gue, kecuali Francessa Adeline atau Altera Devinci ini berubah jadi Xira Aprilia."

"Maksud lo?" Diseberang sana Reyno mengernyit dan Altera menahan sesak di dadanya.

"Lupakan. Udah ya gue tidur dulu."

Panggilan dimatikan sepihak, Reyno melirik jamnya, sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Wajar jika Altera sudah ingin merebahkan diri ke kasurnya itu. Reyno pun merebahkan tubuhnya, ada rasa lega di hatinya namun ada rasa bingung juga. Cintanya ini untuk Altera atau untuk Xira. Tidak ambil pusing, Reyno memejamkan matanya dan tertidur sementara Altera diseberang sana berperang dengan pikirannya.

Kenapa saat gue menjauh lo tarik gue kembali untuk mendekat? Dan gue takut kalau gue mendekat lagi, lo yang akan mendorong gue mundur kembali. Ada sakit yang tak bisa dijelaskan di sini, Reyno. Ada yang tak tertahankan. Sampai rasa sakit itu menghancurkan diri gue sendiri dengan perlahan. Gue takut untuk melangkah lagi.

- - - -

Beberapa hari ini Altera tidak masuk sekolah dan dia menginap di apartemen Mahesa. Altera terlalu ragu untuk kembali kepada ibunya, bahkan untuk memberi kabar bahwa dia baik-baik saja pun dia enggan. Ternyata benar, semua orang akan meninggalkannya di belakang. Tidak ada orang-orang terdekatnya yang mencarinya, walau memang itu yang Altera harapkan. Tapi seperti ada yang ganjil, kenapa Jovan bisa kenal dengan Mahesa dan Alegra? Padahal Mahesa bersekolah di luar negri. Masih banyak pertanyaan lain yang ada di benaknya, tapi mungkin keadaan akan menjawabnya kelak.

Altera duduk di sofa milik kakaknya itu, berusaha menyusun segala ingatannya. Dia benar-benar ingin mengingat segalanya. Entah malapetaka apa lagi yang akan menimpanya. Dia sedikit takut untuk mengetahui segalanya, tapi itu perlu untuk jawaban segala masalah yang sedang dihadapinya. Ada seutas cerita yang sudah tersusun, Altera mencatatnya di buku harian yang selalu dia bawa kemana-mana lalu kemudian menghubungi Jovan.

"Jov, gue ingat beberapa cerita."

"..."

"Gue bakal ijin dulu sama Mahesa."

"..."

"Hah? Kok sejauh itu?"

"..."

"Ada yang ngikutin lo? Lo bercanda kali, mana ada yang mau ngikutin lo."

"..."

"Oke, oke. Tapi gue gak yakin diijinin sama Mahesa."

"..."

"Gila lo, bisa dibunuh gue."

"..."

"Ya udah deh, gue coba."

Sekarang tugasnya adalah mencari kepingan memorinya kembali dan berusaha untuk mendapatkan ijin dari Mahesa. Rasanya sulit jika Jovan mengajaknya bertemu di tempat yang jauh itu. Altera berharap, Mahesa tidak bertanya lebih lanjut. Atau Altera pergi saja, seperti saran Jovan?

- - - -

Happy new year peeps!!!
🎉🎉🎉

Rewrite The Scars ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang