34

197 11 4
                                    

Setelah pulang sekolah, Altera memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar sekolah. Hanya sekedar untuk mengusir rasa bosan yang melandanya sejak pelajaran Matematika diadakan di kelasnya. Altera duduk di tepi danau yang lumayan luas. Bahkan, Altera baru tahu ada tempat seindah ini di dekat sekolahnya. Matanya memicing, menangkap sesuatu yang menarik perhatiannya. Si orang jubah dan bertopi cokelat muda itu yang ditemuinya beberapa bulan yang lalu-sedang melihat pemandangan danau.

Cowok itu menoleh tepat ke arah Altera membuatnya gugup sendiri dan bergegas meninggalkan danau tersebut. Tetapi sebelum dirinya berhasil pergi, kain hitam menutup mulutnya dan seketika dia tidak sadarkan diri.

- - - -

Matanya mengerjap-ngerjap, mencoba melawan rasa pusing di kepalanya. Di mana dia? Kenapa ruangan ini sangat berdebu? Entah sudah yang keberapa kalinya Altera terbatuk-batuk karena debu yang tidak sedikit di ruangan ini. Suara tepukkan tangan menggema di ruangan besar yang sangat minim pencahayaan itu.

"Drama lo.. keren banget!"

"Lo siapa?"

"Gue? I'm your nightmare, Altera."

"Gak usah sok inggris deh lo, gue butuh nama."

"Nama? Nama gue.. lo pikir sendiri. Apa suara gue gak mengingatkan lo pada seseorang?"

"Gak!"

"Tutup mulutnya." Suruh orang itu pada orang yang lain. Setelah Altera perhatikan, orang disitu ada empat selain dirinya.

Altera meronta, namun tangan dan kakinya yang diikat membuat ruang gerak Altera terbatas.

"Kayaknya mulut pedes lo lebih baik ditutup kayak gitu ya?" Orang itu menjambak rambut Altera. Selain pencahayaan yang minim, ternyata orang itu juga mengenakan topeng berwarna hitam.

"Lo! Gak usah sok jadi yang paling tersakiti! Paling sebentar lagi temen-temen lo itu bakal ninggalin lo satu per-satu."

"Apalagi Reyno dan Mahesa kesayangan lo itu, serta Jovan malaikat penjaga lo." Orang itu mendesis membuat Altera menggeram. Apa perbuatan salah Altera pada wanita picik di depannya ini?

"Lo pilih, mau gunting, cutter, atau kaca?" Altera dapat melihat orang itu tersenyum miring. Ya Tuhan, tolong siapapun selamatkan Altera.

"Kayaknya kita bisa mulai dari gunting buat motong rambut indah lo itu."

"Stop! Jangan sekarang! Tujuan lo apa sebenarnya sama dia? Ungkapin sekarang! Kita gak mau buang waktu di sini." Suara itu terasa sangat familiar bagi Altera, tapi kenapa dia tidak bisa mengingatnya?

"Apa? Lo takut kesayangan lo ini gue sakitin?"

"Dia bukan kesayangan gue. Tapi perjanjiannya kita tangkep dia di sini, lo bisa omongin semua mau lo, dan lepasin kesayangan gue yang sesungguhnya."

"Jangan harap si cantik itu bisa lepas dari gue."

"Ini perjanjiannya!"

"Fine, calm down. Tapi gue mau sedikit bermain-main dengan cewek murahan ini."

"Oh, dear. Sorry ya tadi gue ada urusan sedikit." Wanita itu berbicara lagi pada Altera yang sudah sangat terlihat ketakutan.

Rewrite The Scars ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang