15

271 13 0
                                    

"Untung mama kasih gue pergi."

"Hoki lo namanya. Mungkin mama lo pengen nebus kesalahannya?"

"Mungkin. Yuk ah turun." Altera serta teman-temannya turun dari bus yang dipakai mereka untuk berangkat ke Cilember.

"Gila dingin banget di sini, Reyno pinjem jaket dong.. boleh yah, yah??" Ucap seorang cewek ganjen yang Altera tahu namanya Jena.

"Apaan? Gue gak bawa jaket." Padahal jelas-jelas jaketnya tersampir di pundak Samuel yang sedang mendengarkan musik.

Setelah berjalan beberapa ratus meter dari tempat parkir bus tadi, Altera dan teman-temannya langsung mendirikan tenda untuk mereka tidur per-regu. Altera, Xira, Nadya, Ivone, Velin, Angelic dipilih menjadi satu regu.

"Cess, lo tau gak sih Reyno itu pernah suka sama lo." Ucap Xira tiba-tiba.

"Ah gak mungkin lah.."

"Ih serius, Cess.. gue kan satu les sama dia, dia pernah bilang ke gue dia tuh suka lo, tapi sekarang udah engga. Pas gue tanya kenapa, dia bilang gak apa-apa." Jelas Xira.

"Oh ya? Kok bisa gitu Reyno suka gue. Paling gak beneran itu."

"Ih beneran, Cess. Pas semester satu tuh emang dia suka sama lo. Kalo dia gak suka kenapa dia sampe rela gendong-gendong lo ke UKS bahkan rumah sakit waktu itu pas lo pingsan."

"Ah yaudah lah gak usah dibahas, gue ke Archi dulu ya." Altera berpamitan, berniat untuk menghindari topik tersebut.

"Archi masa kata Xira, Reyno pernah suka sama gue pas semester satu. Tapi gue gak yakin weh."

"Hah iya?!" Altera langsung membekap mulut Archi dan teriakannya itu mampu membuat beberapa regu menoleh dan menatapnya aneh.

"Jangan kenceng-kenceng! Entar pada tau, soalnya gue gak tau ini bener atau engga."

"Coba gue tanya Reyno deh, gue bilang Xira yang kasitau gue."

"Yaudah terserah lo deh ya, gue mau bantuin mereka pasang tenda dulu." Altera kembali ke regunya sementara Archi sibuk mencari regu Reyno yang berada di seberang tenda regu putri.

"Reyno, lo pernah suka Cessa ya pas semester satu?"

"Iya, tau dari siapa lo?" Reyno pikir, sepertinya lebih baik dia jawab jujur daripada harus dikejar oleh nenek lampir di depannya ini.

"Tau dari Xira, Cessa juga udah tau dari Xira."

"Terus reaksi Cessa?"

"Biasa aja sih, tapi sekarang lo masih suka dia gak?"

"Enggak, gue suka orang lain."

"Siapa, Rey??" Tingkat kekepoan seorang Archi meningkat.

"Xira."

- - - -

Setelah memasang tenda, semua siswa melakukan upacara pembukaan super camp. Matahari terik sekali pada saat itu membuat kulit-kulit putih mereka hitam, atau yang malah sudah hitam malah semakin legam. Peluh di dahi Altera semakin banyak, kulitnya serasa terbakar, dan mulutnya terasa kering. Kepalanya mulai pusing dan pandangannya mengabur. Altera mencoba menahan semuanya, walau rasanya tanah pijakkannya itu menggiurkan untuk dijadikan tempat duduk.

Kakinya sangat lemah sekarang hingga akhirnya dia jatuh terduduk. Untung dia ada di barisan belakang, jadi tidak ada yang tahu dia terjatuh. Altera berusaha bangun kembali tapi sia-sia, pandangannya menghitam.

- - - -

Bau minyak kayu putih menusuk indra penciuman Altera, sedetik kemudian dia berlari dan mengeleluarkan semua isi perutnya. Dia benci bau minyak kayu putih.

"Please jauhin benda itu dari gue." Ucap Altera sambil memandang botol minyak kayu putih yang tak bersalah itu.

"Lo kok bisa tiba-tiba pingsan sih? Lo yakin lo udah sepenuhnya sembuh? Kalo lo sakit harusnya lo gak ikut, Altera Devinci.." Beatrice memarahi Altera hingga menyebut nama aslinya, bukan dengan sebutan Cessa.

"Iya, tadi gue kepanasan doang. Sekarang udah enggak."

"Padahal di sini deket puncak ya, kok bisa panas kayak tadi?"

"Mau kiamat kali, May."

PLETAK.

Kepala Archi langsung menjadi sasaran lemparan botol bekas Celine.

"Aw.. sakit bego."

"Abis ngomongnya macem-macem lo!"

"Iya deh yang abis jadian sama Raf.. AWW!!!" Pinggang Archi dicubit keras oleh Celine.

"Ngomong sekali, bacok."

"Raf? Siapa? Rafi ya??" Tebak Altera tepat sasaran.

"Iya tuh kemaren baru jadian.."

"PJ woy PJ!!!" Maya paling antusias mengingat dia sangat suka makan. Makanan gratis apalagi.

"Gak ada PJ, PJ-an."

"Yaelah gak seru lo!!"

"Cel, gue mau berenang. Mau ikut gak?"

"Aduh pangerannya dateng, bubar guys bubar.." Altera meramaikan.

"Ikut deh, dari pada sama si curut satu nih."

"Securut-curutnya gue juga lo sayang kan, Cel." Goda Altera lagi.

"Xira mana, Cel? Biasanya dia sama lo." Mimik muka semua orang di situ berubah, terutama Altera.

"Cel?"

"Xira.. eum.. Xira di toilet kayaknya, gak tau juga sih."

"Oke, thanks." Reyno langsung meninggalkan kerumunan itu, Altera hanya bisa memandang kepergian Reyno tanpa bisa berbuat apa-apa.

"Sabar ya, Ter." Maya mengelus pundak Altera.

"Ter? Maksudnya Ter?" Ucap Samuel penasaran, ya memang hanya beberapa orang yang tahu nama asli Cessa adalah Altera Devinci, bahkan mungkin Reyno tidak tahu.

"Nama Cessa sebenernya Altera, namanya diganti sama mama angkatnya."

"Oh, mau nyusul Reyno dulu ya. Ayo, Raf. Pacaran mulu.."

"Cel, mau ikut?"

"Gak usah, pas kalian berenang aja nanti gue nyusul."

"Oke."

"Let's have some fun!!" Archi tiba-tiba sudah menenteng kaos dan celana renang untuk mereka berempat.

- - - -

Alurnya ringan dulu ya, entar yang berat-berat gak kuat lagi..

Rewrite The Scars ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang