43

182 12 2
                                    

Suasana kantin pagi itu sangat ramai oleh siswa siswi yang mengantri di beberapa stand dengan perutnya yang meraung-raung minta diisi. Sama halnya dengan Altera, seorang diri duduk di pojokkan kantin, menunggu antrian bakso kesukaannya sepi dari pengunjung.

"Nih, makan. Merindukan seseorang itu butuh tenaga juga." Ucapnya sambil terus menatap lekat Altera.

Altera menatap orang di depannya lekat, sangat aneh melihat Reyno dengan tatapan teduhnya membawakan semangkok bakso. Apa lagi yang Reyno mau? Mematahkan hatinya? Sudah berhasil.

"Emangnya gue rindu siapa?"

"Gak kangen sama gue?"

"Gak lah, buat apa? Gak berguna."

"Yaudah nih makan."

"Gak usah sok baik lo, mending lo makan sendiri dan pergi dari sini."

"Yaudah gue makan, tapi di sini."

"Tempat lain banyak kok yang kosong."

"Gak mau, gak ada lo soalnya."

"Yaudah kalo lo gak mau pergi, biar gue yang pergi." Altera bangun dari tempat duduknya, berniat pergi.

"Lo duduk lagi, bakal gue ceritain apa yang terjadi sama Maya dan Beatrice."

"Maksud lo?"

"Lo gak sadar perilaku mereka berubah?"

"Sadar." Ucap Altera yang sudah duduk manis seperti semula.

"Mereka semua ninggalin lo, karena lo gila."

"Gila?"

"Lo sering halusinasi, sering pingsan, sering ketawa sendiri pas sadar dari pingsan, sering tiba-tiba murung."

"Terus disaat yang lain menjauh, kenapa lo gak ikut?"

"Gue masih punya hati kali. Gue tahu lo kenapa?"

"Kenapa?"

"Seseorang yang pernah hilang ingatan dan ingatannya gak balik-balik itu pasti diblokade sama seseorang."

"Gak masuk akal. Gak ada yang bisa blok ingatan di dunia ini, Reyno."

"Ada, mungkin orang itu gak pengen lu sakit dengan inget kejadian pahit di masa lalu."

"Tapi gue inget beberapa kejadian. Ini gak masuk akal."

"Orang itu pasti blok ingatan lo yang kelam-kelam aja. Yang bahkan orang itu sendiri takut buat lo inget."

"Terus emangnya siapa yang kurang kerjaan blok ingatan gue?"

"Gue tahu siapa orangnya."

Tiba-tiba suara tepukkan tangan ricuh di depan kantin.

"Wow, seorang Reyno mau dekat-dekat sama perempuan gila." Ucap Xira lantang. Altera tidak memperdulikkan hal itu.

"Astaga, Reyno, jadi sekarang lo mainnya sama dia?" Celine bukan seperti yang Altera kenal sebelumnya.

"Cewek gila kok ada temennya sih?" Archi tertawa keras disusul Xira, Celine, Maya, dan Beatrice.

"Kita pergi ya dari sini?" Ucap Reyno. Tanpa menunggu balasan, Reyno menarik tangan Altera ke taman belakang sekolah. Taman itu agak sepi karena rumor-rumor seram yang beredar.

"Gue belom makan, Rey. Harusnya kita gak pergi dari kantin."

"Lo masih mau ngeliat muka mereka? Lo masih mau denger ejekkan mereka? Jangan bego deh."

Rewrite The Scars ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang