17

268 14 2
                                    

Hari ini, dia merasa senang sekali. Karena dia akan bertemu dengan adik kesayangannya, walau bukan adik kandungnya. Pagi-pagi buta dia sudah berada di airport di negara itu. Setelah pesawatnya tiba, dia menggeret kopernya menuju ke dalam pesawat.

Setelah beberapa jam terbang di pesawat, dia akhirnya sampai di Jakarta. Dia merindukan tempat kelahirannya ini. Dia masih terus waspada, barang kali jika ayahnya mengetahui bahwa dia ada di sini, bisa tamat riwayatnya hari itu juga. Maka dia memutuskan untuk memakai kacamata hitam serta topi berwarna coklat muda dan langsung memanggil taxi.

"Diteral Residence, please."

Kemudian taxi itu melaju dengam kecepatan sedang membelah kota Jakarta yang jalannya mulai padat itu. Dia sangat merindukan adik angkatnya itu.

Setelah sampai, dia memberikan selembar uang seratus ribuan dan langsung menuju ke lantai apartemen yang dimaksudnya. Dia membuka apartemennya itu, masih sama seperti semula, hanya saja beberapa sudut sudah berdebu. Dia melihat jam tangannya, masih ada waktu jika ingin mengunjungi sekolah adiknya itu. Orang itu bergegas mengambil kunci mobil dan melajukannya dengan kecepatan diatas rata-rata menuju sekolah ternama di Jakarta.

Entah kenapa, ketika dia sampai, banyak pasang mata yang menatapnya kagum. Bahkan mungkin semua mata di situ melirik ke arahnya dan saling bersenggolan. Walau sudah lama tak bertemu adik angkatnya itu, dia tetap tahu keadaannya karena setiap malam mereka pasti bertelfonan lewat skype bersama. Dia menghampiri kelas adik angkatnya yang sepertinya mengalami perpanjangan waktu belajar seperti yang sering dia alami dulu.

Tidak lama kemudian, kelas itu terbuka dan menampilkan wajah kusut bawaan dari hawa buruk di dalam kelas. Dia hanya mencari keberadaan adik angkatnya itu, Altera, atau lebih dikenal sebagai Cessa.

"Altera!!" Altera menoleh dan mendapati salah satu orang yang sangat disayangnya itu memanggilnya.

"Kak Mahesa?!!! Kak Mahesa!!!!" Altera kebingungan dan langsung berlari ke rengkuhan Mahesa. Masih seperti dulu, hangat dan nyaman.

"Kok kakak bisa di sini? Sama siapa? Kok gak kasihtau Altera dulu?" Rentetan pertanyaan dari Altera membuat Mahesa tertawa. Lebih baik Altera bawel seperti ini daripada harus berteriak kesakitan dan ketakutan, menurut Mahesa.

"Kakak ke sini sendiri. Kakak kangen banget sama kamu. Ayo kita pulang terus beli gulali." Muka kusut Altera lansung hilang tergantikan dengan tawa dan senyuman lebar lalu mereka berjalan berdampingan sambil melemparkan canda dan tawa. Sudah lama sekali rasanya tidak seperti ini.

Setelah sampai di tempat penjual gulali, Altera langsung berjingkrak kegirangan. Sudah lama dia tidak ke tempat penuh kebahagiaan ini. Altera langsung mengantri di antrian panjang itu tanpa mengenal lelah. Sendari tadi, Mahesa hanya tertawa saja melihat tingkah laku Altera. Dia merindukan Altera yang ceria seperti ini, dia tidak mau Altera kehilangan kebahagiaannya itu. Mahesa mengetahui semua masalah Altera, karena hanya kepada Mahesa, Altera bisa menjadi dirinya sendiri. Bisa saja saat ini Altera tertawa lalu sedetik kemudian dia menangis.

Setelah mendapatkan pesanannya, Altera menghampiri Mahesa dengan dua gulali berukuran jumbo di tangannya. Matanya berseri-seri melihat gulali penuh warna itu.

"Gimana keadaan adek kesayangan kak Mahesa ini??"

"Baik-baik aja kok."

"Gimana tante Imel?" Mahesa memanggil Imel dengan sebutan tante karena memang Imel adalah istri kedua ayahnya itu.

"Aku gak perduli sama iblis tua itu." Mahesa mengelus kepala adiknya itu.

"Bagus, gak usah dipikirin lagi iblis kayak dia." Sebelum Mahesa bersekolah di Canada, ikut dengan kakek neneknya. Mahesa tahu semua perlakuan Imel kepada Altera, jadi sangat wajar jika Altera sangat membencinya.

"Papa tahu kakak ada di Indo?"

"Kayaknya sih gak tahu, asal kamu jangan kasih tau dia aja. Nanti kakak disuruh balik lagi ke Canada."

"Engga, Altera gak bakal kasihtau dia. Lagipula Altera kan udah gak tinggal di situ." Altera melanjutkan makannya. "Eh, berarti kakak bolos ya?" Mahesa hanya menyengir saja, usia Altera dan Mahesa memang hanya berbeda satu tahun.

"Kakak masih belum biasa panggil Altera, maaf ya kalo masih belom lancar." Altera memandangi Mahesa lamat-lamat, kemudian memeluknya.

"Altera sayang kak Mahesa." Mahesa membalas pelukkan Altera.

"Kak Mahesa juga sayang sama Altera."

"Kakak nginep di mana sekarang?"

"Kan kakak pernah beli apartemen di deket sini."

"Oh iya, Altera lupa. Kakak sih perginya lama banget, Altera kan jadi kangen. Pokoknya kak Mahesa harus lama-lama di sini."

"Iya kakak bakal tinggal lama di sini biar setiap hari bisa ketemu kamu." Mereka berdua pun terdiam dengan pikiran mereka masing-masing.

"Kamu, udah ada pacar belom?"

"Hah?! Belom ada." Altera tersedak gulalinya.

"Iya lah, mana ada yang mau sama adek kakak yang galak, jutek, sama judes ini."

"Apasih kak, aku gak gitu ya." Altera mencubit pinggang Mahesa keras.

"Aduh duh.. mulai kan galaknya. Ih serem deh." Mahesa kembali menggoda Altera.

"KAK MAHESA!!!" Altera langsung berteriak ketika Mahesa mencolekkan gulali ke pipinya. Kemudian mereka bermain kejar-kejaran seperti anak-anak yang lain. Jika boleh disebut, mereka lebih pantas disebut anak kecil daripada anak remaja.

- - - -

Vote and comment for next part!!

Rewrite The Scars ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang