31

203 10 3
                                    

Altera memandangi album foto yang hampir penuh dengan kenangannya selama SMA ini. Masa putih abu-abunya yang pertama, masa ketika cinta pertamanya tergantikan oleh orang yang lebih spesial. Namun sayangnya orang yang dispesialkan tidak mengetahuinya. Atau mungkin mengetahuinya tapi pura-pura tidak tahu. Altera membalik-balik album foto tersebut, ada satu foto yang membuatnya tertarik. Foto saat Reyno dan dirinya berfoto dengan balon berinisial nama masing-masing sewaktu ulang tahunnya yang ke lima belas.

Jika aku bisa memilih antara hidup dan mati,
Aku akan memilih mati.
Karena dengan begitu aku tak akan pernah bertemu denganmu.
Mahluk rupawan yang menghadirkan cinta.

23 - 11 - 2017

Tulisan di belakang foto itu membuat Altera tertegun. Ternyata memang cinta itu dahsyat efeknya. Altera menutup album tersebut dan memandangi kamarnya yang semula. Iya, dia sudah kembali ke rumah terkutuk ini. Orang suruhan ibunya itu sangat banyak sehingga Altera tidak dapat menghindarinya.


TOK

TOK


"Ada apa?" Altera berkata dingin.

"Ini makanan buat kamu, kamu dari pagi tidak makan." Jujur saja, Altera sangat lapar. Tapi melihat neneknya yang membawa makanan, membuat Altera menjadi tidak selera.

"Anda tidak berniat meracuni saya kan?"

"Jaga ucapanmu! Saya hanya ingin berbuat baik!"

"Oh, saya baru tahu kalau anda bisa berbuat baik."

"Makan! Saya gak mau dengar kata-kata kamu lagi."

"Kalo emang gak peduli, gak usah sok peduli sama saya! Saya gak butuh rasa kasihan anda." Altera membanting pintu. Memang terkesan tidak sopan, tapi orang yang berkata demikian tidak tahu rasanya menjadi Altera.

Altera berbaring di kasurnya itu, menatap langit-langit yang tadinya bercat putih bersih menjadi penuh dengan tempelan poster fotonya, dan beberapa polaroid dirinya dan Reyno. Harusnya dia bersyukur masih diberi kecukupan, tetapi teriakan di depan kamarnya itu membuat Altera berfikir dua kali. Ada apa dengan semua orang? Kenapa dunia seperti sangat membencinya? Panggilan telefon kemudian menginterupsinya.

"Halo?"

"Lo di mana? Kita harus ketemu."

"Gak bisa. Gue gak bisa keluar."

"Tapi gue udah ada di depan rumah lo." Matanya terbelalak, nyaris keluar.

"Lo gila, May?!"

"Udah cepetan turun, abis itu kita pergi."

"Iya, sabar." Altera buru-buru bersiap dan loncat dari balkon kamarnya menuju teras. Kamarnya tidak terlalu tinggi dari teras, hanya satu lantai ke atas dari lantai bawah.

"Lo gila, May?!" Ucapnya saat sudah berada di dalam mobil Maya.

"Iya, lumayan."

"Kita mau ke mana? Jangan-jangan lo mau bawa gue ke klub lagi?"

"Gak mungkin lah. Bisa di damprat gue sama bonyok."

"Terus kita ke mana?"

"Ketemu Jovan."

Altera hanya diam. Untuk apa mereka bertemu Jovan? Bukankah terakhir kali Jovan menghilang setelah kejadian penembakkan itu?

- - - -


"Ke mana aja lo pas Mahesa menderita?" Selidik Altera langsung.

"Itu yang nembak Mahesa, itu yang ngikutin dan ngawasin gue belakangan hari ini."

"Terus buat apa kita ketemu?"

"Apa lo masih gak inget pas kejadian kecelakaan Alegra dua tahun yang lalu."

"Inget."

"Ceritain sekarang."

"Jadi, gue kabur dari rumah. Gue gak inget kenapa dan Alegra nyari gue. Pas dia udah nemuin gue, gue lari dan gak sadar ada truk yang melaju kencang dari arah berlawanan. Alegra ngedorong gue dan dia tertabrak truk itu sementara gue didorong sama dia dan gue jatoh, kepala gue terbentur di trotoar. Gue sempet ngeliat seseorang nyelamatin dia. Dan pas orang itu mau nyelamatin gue, gue udah gak sadarkan diri."

"Lo gak inget muka orang itu?"

"Gak."

"Orang itu bisa aja Alvero, kembarannya Alegra." Jovan membalikan layar komputernya dan membuat Altera ternganga, "ini rekaman CCTV dua tahun yang lalu di pinggir jalan, gue dibantu sama rekan gue, Melanie."

"Lo tau dari mana disitu pernah terjadi kecelakaan hebat?"

"Gue tahu segalanya, Devinci." Altera hanya mendengus.

"Lo tahu di mana Alegra sekarang?"

"Gak, gue lupa."

"Lo cari tahu, bentar lagi lo ujian kenaikan kelas kan? Berarti bentar lagi lo libur. Pas libur kita kunjungi Alegra. Dan lo, semangat belajarnya." Jovan sedikit mengacak rambut Altera sebelum berlalu pergi. Perhatian kecil Jovan membuat Altera bingung. Sedangkan Maya disampingnya hanya memasang muka datar, seperti biasanya.

"Denger tuh, belajar yang bener."

"Iyalah pasti, apalagi ada pacar di sekolah. Pasti semangat."

Altera sedikit tidak yakin kalau menyebut Reyno adalah pacarnya. Bahkan hingga detik ini tidak ada pesan dari Reyno walau hanya sekedar menanyakan kabar. Seperti disiram es batu, kenyataan menimpanya. Bukankah Reyno sudah bilang kalau hatinya hanya untuk Xira, dan tentang status pacar dalam Altera? Itu hanya sekedar permainan Samuel bukan? Altera bersyukur karena cepat-cepat menyadarinya. Saat dia menoleh, saat itu juga dia memergoki Jovan belum beranjak dari tempatnya tadi. Untuk apa? Untuk memastikan Altera pulang dengan selamat? Atau dia menyukai Maya? Altera tidak memusingkannya sekarang, yang harus ia pikirkan adalah bagaimana caranya kembali naik ke kamarnya dengan tidak menggunakan tangga?

"Oh iya, nanti kamis kalian judo kan?"

"Iya." Jawab keduanya berbarengan.

"Oke, Altera sama Maya belajar yang bener." Peringat Jovan untuk kedua kalinya bagi Altera. Perutnya bagai diledakan oleh bom atom, ada apa dengan dirinya? Tidak mungkin kan dia menyukai dua orang sekaligus?

- - - -

Tim mana nih?

A. Altera Reyno

B. Altera Jovan

C. Altera dengan yang lain

Komen wey komenn

Rewrite The Scars ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang