50

177 8 1
                                    

"Rey, besok gue pake baju apa?"

"Formal aja, gue juga formal."

"Lo udah pelajarin chord gitarnya?"

"Udah, tenang."

"Gue gak tenang nih, kalo besok gue salah gimana? Kalo besok gue lupa lirik gimana? Kalo bes.."

"Gue gak mau denger kata-kata 'kalo besok' lagi, yakin aja dengan kata 'pasti besok'."

"Pasti besok gue bisa."

"Nah, iya gitu." Reyno tersenyum dan Altera membalas senyumnya, bahagia ternyata se-simpel itu.

- - - -

Altera memeriksa penampilannya kembali di depan kaca toilet gedung aula sekolahnya. Dia sangat-sangat gugup sekarang. Sebentar lagi namanya dan Reyno akan dipanggil untuk mempersembahkan apa yang telah mereka persiapkan tiga hari sebelumnya. Memang persiapan yang sangat sempit.

"Ter, lo di dalem?" Ujar Reyno dari depan pintu toilet.

"Iya, sebentar lagi gue keluar." Altera menghembuskan nafasnya berkali-kali sebelum benar-benar pergi meninggalkan toilet.

"Mari kita sambut dengan meriah, Reyno dan Altera, pasangan fenomenal kita kali ini!!" Suara ricuh menggebu aula, penasaran apa yang akan mereka lakukan di panggung nanti.

Reyno mengamit tangan Altera dan naik ke panggung. Altera semakin gugup ketika semua pasang mata di aula tersebut menatapnya dengan Reyno dengan tatapan tanya dan penasaran.

"Jadi hari ini gue sama Altera mau nyanyi, selamat menikmati." Ujar Reyno singkat memperoleh tepuk tangan yang meriah.

Petikan gitar mulai dilantunkan oleh Reyno, sementara Altera mengambil mic yang sudah disediakan panitia. Reyno menatap Altera hangat, seolah mentransfer energi agar tetap positif dan optimis.

"Sudah berapa lama aku menunggu jawaban, darimu.
Sampaikah kepadamu kata-kata yang ku rangkaikan.
Agar kau tahu perasaanku, yang telah lama terpendam.
Inilah yang ku rasakan."

Suara merdu Reyno mulai berkumandang, Altera sampai dibuat merinding karenanya.


"Jangan hanya bicara, ku tak perlu kata-kata.
Tuk mengerti yang kau rasakan..
Karena ku hanya butuh.
Separuh hatimu di dalam hidupku.
Tuk buatku bahagia."


Suara mereka berdua menyatu membuat penonton sangat menikmati.

Sementara Altera melanjutkan nyanyiannya, Reyno menggenggam tangan Altera dan mengajaknya berdiri. Menghadap semua orang di sana, menghipnotisnya dengan suara, dan perlahan dia mulai berucap 'gue tahu lo bisa'. Disitulah tingkat percaya diri Altera meningkat dan ia mulai mengayunkan tangannya tinggi-tinggi ke atas, mengikuti alunan lagu. Hadirin yang menyaksikan juga ikut melambaikan tangan keatas, membuat Altera senang luar biasa.

"Semenjak kau ada disini ku mengerti.
Betapa ku membutuhkanmu.."

Reyno masih menatap Altera lekat.

"Bila kataku tak cukup tuk buatmu mengerti.
Ijinkanku bertemu lagi denganmu."

Sekarang Altera yang menatap Reyno lekat, semua ini bagai mimpi yang terasa nyata. Jika memang ini mimpi, ini mimpi yang terlalu indah.

"Jangan hanya bicara, ku tak perlu kata-kata.
Tuk mengerti yang kau rasakan.
Karena ku hanya butuh.
Separuh hatimu di dalam hidupku.
Tuk buatku bahagia."

Lanjut mereka berdua.

"Tuk buatku bahagia..."

Di akhir pertunjukan, semua orang berdiri dan bertepuk tangan dengan sangat meriah. Bahkan beberapa ada yang menangis, terbawa suasana akan musik, lirik, dan suara yang sangat indah.

Melihat itu Altera tersenyum bahagia, disusul dengan Reyno. Mereka semua berbahagia di sini. Ada rasa senang membuncah di dadanya, tertahan tapi masih menyimpan luka. Senyum lebar Reyno perlahan kandas digantikan dengan tatapan sendu. Reyno sadar, waktunya sebentar lagi. Sebentar lagi ia akan meninggalkan Altera dalam luka. Reyno masih mengamati wajah Altera, sanggup hatikah ia mengubah senyum indah itu menjadi air mata?

Setelah turun dari panggung, Reyno pamit pulang terlebih dahulu karena ada urusan yang tak dapat ditunda. Tadinya Altera ingin ikut, tetapi Reyno tetap menolaknya. Bukannya ia tidak mau Altera ikut, namun hari ini adalah janjinya bertemu dengan dokter dan melakukan check up. Reyno tidak mau Altera khawatir. Walau kepergiannya jelas membuat Altera sebal setengah mati karena ditinggal sendiri di aula sekolah yang ramai dengan angkatan kelas XII dan beberapa pengisi acara lainnya termasuk Xira, Celine, Greyna, dan Billa yang kebetulan berpapasan dengan Altera di toilet.

"Altera!" Panggil Xira, pikirannya sudah mulai kacau, dia tidak ingin mencari gara-gara dengan Xira lagi.

"Apa? Gue mau pulang."

"Sebentar aja."

"Lo punya waktu lima menit dari sekarang."

"Gue mau minta maaf, Ter. Gue minta maaf ke lo karena udah ngehasut temen-temen lo dan bilang lo gila karena sering pingsan, nangis, dan ketawa dalam waktu bersamaan."

"Waktu lo habis. Gue pamit."

"Gue dimaafin?"

"Gue gak punya alasan buat benci lo."

"Makasih, ya, Ter. Selamat atas hubungan baru lo sama Reyno."

"Makasih juga udah mau nemenin Reyno dulu sebelum gue bisa sama dia kayak sekarang."

"Reyno punya alasan, Ter. Gue selalu tahu itu."

"Iya, kan memang kalian udah deket banget melebihi gue sama Reyno. Jadi wajar kalo lo tahu." Altera berbalik

"Reyno punya penyakit geger otak, Ter." Jantung Altera seperti berhenti berdetak. Seluruh tubuhnya kaku seperti batu.

"Maksud lo?" Xira menghela nafasnya, tidak seharusnya dia mengatakan ini pada Altera.

- - - -

Yey part kepala 5 ;)

vote comment yuu

Rewrite The Scars ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang