Dua

1K 90 2
                                    

Happy Reading!

Keesokan harinya seperti biasa aku berangkat diantar oleh kakek, sampai di depan gerbang aku langsung berpamit kepadanya dan meminta do'a agar hariku di sekolah berjalan lancar. Disini kakek dan nenek adalah orang tua keduaku, jadi untuk segala urusan aku bergantung kepada mereka berdua.

Sebenarnya dari lahir sampai umur 5 tahun aku diasuh oleh kakek dan nenek karena kedua orang tuaku sibuk bekerja, sampai akhirnya ibu memutuskan untuk berhenti bekerja disaat adikku lahir.

Berjalan beberapa langkah aku melihat tas yang tampak tidak asing, oh ya, anak baru itu. Aku mempercepat langkahku untuk bisa berjalan disampingnya.

''Pagiii...!'' Sapaku dengan senyum 2 jari, namun ia hanya menoleh sekilas dan bersikap tidak peduli. Tangannya memegang kedua tali pada tas biru berlogo bintang di bagian tengah. Kurasa ia mempercepat langkahnya karena aku sedikit kesusahan mensejajarkannya.

''Makasih ya batagornya kemarin, hehe... repot-repot! Gua kan minta ciki lo buat basa-basi aja,''

Tidak ada jawaban apapun darinya, tidak menyerah, aku tetap mencoba mencari topik pembicaraan. Ia terlampau cuek, bahkan ada beberapa siswi yang menyapanya namun diabaikan.

''Hmmm gimana kalau nanti istirahat gue traktir? Soalnya kan lo bilang ke Nadin kalo gue titip, nah berarti itu terhitung utang.''

''Mau ya?'' Aku mendongak sebab tinggiku hanya sebatas bahunya, langkahnya kian cepat, mungkin untukku saat ini lebih tepatnya sedang lari-lari kecil.

''...terserah deh lu mau makan apapun, gue yang bayar. Jarang-jarang loh gue baik.''

''Kok diem mulu sih. Kesel gue, lu bisu ya? Jawab dong...''

''Berisik lo!'' Sentaknya didepan banyak murid lain, lalu berlari menaiki anak tangga. Aku terdiam sejenak dan tertinggal jauh langkahnya.

''Gue salah ya?'' Tanyaku pada diri sendiri.

''Heh, bengong aja! Keburu bel, ayo ke kelas.'' Adel menggandeng lenganku tiba-tiba, kedatangannya entah darimana dan sejak kapan.

Saat pelajaran berlangsung aku sedikit sulit berkonsentrasi memikirkan apa salahku sampai ia menyentakku seperti tadi. Apa karena aku telat berterimakasih, atau dia sedang ada masalah. Entahlah, aku berniat nanti istirahat akan berusaha bicara dengannya lagi.

***

Akhirnya yang setiap hari ditunggu oleh siswa di sekolah tiba, jam istirahat. Waktu singkat yang penuh manfaat. Untuk meng-ademkan otak, bergosip berita terbaru, makan, bermain games, dan banyak lagi kebebasan.

Tidak menunggu lama aku langsung menghampiri meja Reynald tanpa peduli murid lain yang meneriakan kata 'Ciee...' dengan kompaknya. Suasana kelas menjadi ramai oleh teriakan itu, biarpun ada juga yang berteriak karena sedang bercanda satu sama lain, seperti halnya Adel yang sedang berteriak ketakutan sambil berlarian dikejar oleh Vani dan Lisa.

''Rey, ayo ke kantin! Kata Adel mi ayam disini enak loh! Eh, lo suka mi ayam atau bakso?'' Aku sudah berdiri disamping mejanya membuat Hedry, teman sebangkunya, berdiri seakan memberiku ruang untuk bisa leluasa bicara dengan Reynald.

''Waduuuuh... sama-sama anak baru kenceng ya sinyalnya!'' Goda Hedry sambil bertepuk tangan kegirangan.

''Duluan atuh ya, Rey-Mei! Wah, wah... namanya kembar, belakangnya ei-ei semua! Hahaha...'' sambungnya membuat kelas kembali riuh, aku berdecak kesal sambil menggeplak pundak Hedry.

''Lo tuh gak punya malu ya? Atau lo terbiasa jadi cewek penggoda?'' Sinisnya tepat di depan wajahku, matanya menatapku tajam sebelum akhirnya meninggalkanku yang masih memproses kalimat yang keluar dari mulutnya di dalam otak.

Serasa ada yang berdesir dalam dada, entah apa, yang kutahu rasanya menusuk membuat sesak seketika.

Karena mood yang sudah hancur, lagi-lagi kuputuskan untuk berdiam didalam kelas dengan beberapa anak perempuan yang sedang bergosip di pojok belakang sambil makan batagor dan es doger.

Dua hari yang cukup tidak menyenangkan. Tunggu... tidak menyenangkan kubilang? Cuma karena manusia rese satu itu, aku bilang 2 hariku tidak menyenangkan? Apa aku melupakan senangnya berjabat tangan dengan si ketua kelas? Apa aku melupakan ketika si ketua kelas menyapaku dengan senyum manisnya? Ini gak beres.

Merasa bosan, aku menyobek satu lembar kertas melakukan corat-coret, hal yang biasa ku lakukan sejak dulu.

Resah

Apa yang membuatmu marah
Mungkinkah aku membuatmu susah
Barang sekata, tuan bicaralah
Aku yang berbuat salah
Atau kau yang sedang bermasalah
Ayolah tuan, jangan lagi marah
Karena aku gundah, hatiku resah

TBC

#SapaAuthor

Haaaii... terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca! Semoga suka dengan part kedua ini.

Seperti biasaa... jangan lupa vote-> comment-> share! Tunggu kelanjutan kisah dari Reynald dan Meira. Boleh loh kasih kritik dan saran.

Kalau boleh curhat sebenernya ini bukan karya pertamaku, cuma ini karya pertama yang berani aku publikasikan. Jujur aku gak PeDe-an orangnya.

Dan alasan lainnya adalah kelima karya lamaku ilang karna laptopku rusak :')

Sekali lagi terimakasih, maaf jika mengecewakan. See you di part berikutnya. Love youuu...

One step closer with author
@maulidarzk_ on Instagram.

CHAMELEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang