Happy Reading!
Sama halnya dengan anak sekolah pada umumnya, Senin pagiku sangatlah merepotkan. Mencari dasi, sabuk, topi, bahkan kaus kaki yang entah menjadi suatu keharusan mereka menghilang dulu disetiap hari Senin. Aku tau dicari itu memang lebih enak, daripada mencari.
Belum lagi rasa malas karena membayangkan berjemur selama satu jam dilapangan untuk upacara. Hal itu juga pasti berimbas pada jam pulang nanti yang akan lebih lambat dari hari biasanya.
Aku masih senang berlama-lama di dalam kamar, di depan cermin tepatnya. Aku mengoleskan pelembab muka juga memakai bedak baby agar wajah tidak terlihat kusam, tak ketinggalan lipbalm rasa strawberry andalanku. Kini aku beralih pada rambut, tidak mau repot, aku hanya mengikat rambutku dengan gaya buntut kuda.
''Cepetan udah ditungguin temen kamu tuh, makanya kalau hari Senin abis shalat subuh jangan gogoleran di depan tv!'' Ucap nenek sambil menyiapkan kotak bekalku, sudah beberapa hari ini memang aku memilih membawa makanan dari rumah karena selain lebih irit, aku juga bosan dengan makanan dikantin yang hanya itu-itu saja.
''Temen siapa, Nek?''
''Yang waktu itu ketemu pas makan bubur.''
''Reynald?'' Tanyaku ragu, nenek hanya mengendikkan bahunya.
Kebetulan jendela ruang makan di rumah kakek bisa melihat ke arah gerbang rumah, sengaja didesain seperti itu karena keluarga kami lebih suka berkumpul di dapur dibanding ruang tv. Disamping dapur ada ruangan santai keluarga yang diberi bale lebar untuk tidur-tiduran, itulah sebab kami lebih suka berkumpul di dapur.
Aku menyibak sedikit gorden bermotif bunga dan benar saja, Reynald sedang duduk manis diatas motor besarnya dengan handphone yang sepertinya tidak pernah lepas dari tangannya.
Ngomong-ngomong soal motor, sudah 3 hari belakangan ini Reynald berangkat sekolah dengan motor itu, mungkin baru sempat dibawanya dari Bandung. Oleh sebab itu, ketika pulang kami hanya tinggal berempat---aku, Nadin, Adel, dan Hedry.
Hal itu membuat Hedry akrab dengan kami bertiga, mungkin lebih tepatnya denganku karena sebenarnya Nadin, Adel, dan Hedry sudah akrab sejak 2 tahun lalu. Hanya saja sejak ada Reynald, Hedry memilih untuk bersama Reynald. Hedry cowok yang baik dan humoris, berbeda dengan sifatnya ketika di kelas yang cenderung pendiam.
''Kakek kemana?''
''Tadi katanya ada orang yang mau pesan batu 3 truk, jadi abis subuh langsung berangkat ke lokasi. Sebenernya kamu disuruh manggil Mang Jajang aja.''
''Yaudah, aku telfon dulu.'' Mang Jajang adalah tukang ojek depan gang yang sudah lama menjadi tangan kanan kakek, umurnya sekitar 22 tahun. Selain sopan dan jujur, Mang Jajang juga rajin dan teliti dalam bekerja. Biasanya untuk dimintai tolong mengantar nenek ke pasar, juga sebagai kurir jikalau kakek butuh mengantar barang atau surat---mengingat kakek juga ikut dalam kepengurusan organisasi desa. Semenjak ada aku tugasnya pun bertambah, yaitu mengantarku ke sekolah ketika kakek sedang banyak urusan.
''Eeeeh... gak usah, kan itu udah ada temen kamu didepan nungguin. Gak enak atuh!''
''Kan aku juga gak minta dia nunggu aku.''
''Udah buru ah, udah setengah 7 lebih tuh, nanti telat kamu. Lagian Mang Jajangnya juga belum tentu bisa.''
''Ck, yaudah berangkat dulu, Nek.'' Aku mencium tangan nenek lalu nenek mengantarku sampai depan pintu rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAMELEON
Fiksi Remaja[16+] "Terkadang jatuh cinta itu hanya karena hal yang sepele, saking sepelenya ketika ditanya 'kenapa bisa?' Kita gak bisa jawab." -chameleon. Selamat menikmati kisah Reynald Gabriel Atmaja yang sifatnya mudah berubah dalam hitungan detik juga si b...