Happy reading!
Berniat untuk pamer kepada Nadin dan Adel, juga ingin mencoba bermain basket di lapangan yang lebih luas, aku membawa bola itu ke sekolah.
Mungkin ketika jam istirahat atau pulang sekolah aku bisa berlatih di lapangan basket milik sekolah.
"Lo beli bola basket?" aku tersenyum lalu mengangguk dengan semangat, Nadin yang melihatku baru saja datang menenteng bola basket langsung menunjukkan raut tidak sukanya.
"Keren kan?"
"Enggak, lo lebay!" sinis Nadin membuatku berdecak kesal.
"Nanti temenin gue latihan basket ya, Din?"
"Gaya lu udah kaya atlet aja!" Nadin tertawa mengejek.
"Oh lo ngeremehin gue? Liat aja kalo gue jadi atlet beneran, gak bakalan gue anggep temen lo!"
"Hahaha... gue nanti mau pergi sama Deri."
"...aduh orang jatuh cinta mah segitu banget ya usahanya." Lanjut Nadin sambil berlalu melewatiku.
"Heh, siapa yang lagi jatuh cinta? Gue cuma mau nambah skill gue!" Aku mengejarnya tidak terima dengan apa yang Nadin ucapkan.
"Gue juga gak bilang orang itu elu kok." Skakmat! Aku membisu menyadari kebodohanku.
"Katanya sih benci, benar-benar cinta kali ya..." Nadin terus-terusan mengoceh sendirian namun tidak ku gagas.
Sepulang sekolah aku bergegas mengganti pakaian dengan training dan kaos, sesampai dilapangan ternyata ada Reynald dan Oca sedang battle satu lawan satu.
Tampak Reynald sedang fokus mengejar, mengambil dan melempar bola, juga Oca yang sangat gesit dalam memainkan bolanya.
"Hei, gabung dong!" teriakku dengan percaya diri, permainan mereka pun terhenti. Bola yang tadinya diperebutkan pun menggelinding tak berarah.
"Boleh, lo Meira yang anak baru itu ya?" sahut Oca, Reynald hanya diam memandangku tidak suka.
"Iya! Wah terkenak juga gue ternyata." Lawakku yang mendapat sambutan tawa dari Oca.
"...tapi gue gak bisa, jadi ajarin dulu ya?" Sambungku.
"Kalo gak bisa ngapain sok-sokan main basket!" Reynald buka suara, ia tampak acuh sembari mengambil bola.
"Gue gak ngomong sama lo ya, gue ngomong sama dia!" kesalku sambil menunjuk Oca.
"Gue Rosalinda, panggil aja Oca." Ia meringis takut, membuatku terangguk dan tersenyum kaku padanya. Ini akan menjadi kesan perkenalan yang tidak mengenakan. Aku jadi membayangkan, jika Oca mengadakan vote first impression atau describe di aplikasi Instagram-nya seperti yang dilakukan para kaum muda jaman sekarang, lalu aku memilih untuk first impression maka Oca akan menjawab, "si cewek galak yang baru kenalan sudah main tunjuk-tunjuk muka orang sembarangan." Aku bergirik membayangkannya.
"Yaudah kita belajar teknik dasarnya dulu aja ya, jadi ada passing dan catching yaitu melempar-menangkap, yang kedua ada dribbling yaitu menggiring bola, yang ketiga pivot yaitu menyelamatkan bola, nah, biasanya pada teknik ini diikuti dribble, passing, dan shooting. Untuk shooting sendiri ini gerakan inti basket yang mana untuk mencetak poin, kalo dipermainan sepak bola ini nge-gol in ke gawang, hehehe..."
Aku memperhatikan penjelasan Oca yang membuatku terhipnotis mengangguk-angguk, sangat jelas, sebab Oca mempraktekannya langsung.
"...selanjutnya ada lay up ini sama kayak shooting, cuma sebelumnya kita melangkah dua kali dulu, jadi kaya tembakan melayang gitu deh hampir sama-sama lah kayak slam dunk, yang masukkin bola pake loncat dulu itu loh, tapi jarang yang bisa, soalnya harus tinggi. Terus kalo misal nih ada lawan yang gagal masukkin bola ke dalam ring terus kita rebut itu namanya rebound, yang terakhir screen itu gerakan menyelamatkan tim kita dari lawan."
Oca mengajariku dengan sabar, ternyata dia tidak seburuk yang aku fikirkan, pantas saja Reynald suka sudah cantik, pintar, jago basket, baik pula.
Reynald hanya duduk pada kursi pinggir lapangan mengamatiku dan Oca sedang berlatih. Matanya menyorot tajam namun tidak bisa ku artikan.
"Udah bisa kan?"
"Iya, dikit..."
"Mau nyoba tanding gak? gue sama lo lawan Reynald?"
"Dua lawan satu? Emang boleh?"
"Boleh aja selama ada gue mah hahaha..."
"Hahahaha..."
Oca berteriak memanggil Reynald, ia langsung menghampiri kami tanpa sedikitpun penolakan atau komentar.
"Kita tanding ya? Kamu lawan kita berdua."
"Aku sendiri?"
"Iya, takut?"
"Kata siapa?" Reyhan tersenyum lebar lalu mulai melemparkan bolanya keatas tanda permainan dimulai.
Aku masih terdiam karena bahasa aku-kamu yang dipakai oleh mereka berdua.
Seperti kebanyakan novel yang ku baca, bahasa aku-kamu untuk orang yang memiliki hubungan spesial, jadi mereka sudah jadian?
"Mei, ayo! jangan bengong!" Oca berlarian mengejar Reynald yang langkahnya jelas lebih lebar dan cepat.
Aku berusaha menghalangi Reynald namun gagal, selanjutnya entah Reynald yang mengalah atau memang Oca yang hebat, ia mampu merebut bola itu dan menggiringnya ke area sebelah kanan.
Aku bersemangat mengikuti langkah Oca, karena tidak tau cara bermainnya dengan semangat aku berusaha merebut bola dari Oca, berniat untuk membantu tapi malah tidak sengaja mendorongnya.
"Aduh..." Kulihat lututnya tergores namun tidak sampai berdarah,
"Maaf, maaf!" Aku panik, begitupun Reynald yang langsung berlari menghampiri kami.
"Norak banget sih lo! Main basket pake dorong-dorong!"
"Gue gak sengaja..." belaku,
"Kalo emang gak bisa, gak usah sok bisa! nyusahin orang doang lo bisanya!" sentak Reynald lalu membantu Oca bangkit dengan memapahnya.
"Heh apaan sih marah-marah, orang aku gak papa cuma lecet dikit, wajar lah dia kan baru bisa."
"...lagian udah sore juga sekalian pulang aja yuk!" Aku semakin yakin, Oca adalah tipe cewek yang sabar, baik, ramah, ah, rasanya dia adalah wanita idaman semua pria.
"Iya." mulutku kaku, aku tidak tau harus berkata apa karena ini kesekian kalinya Reynald berteriak tepat di mukaku.
Bibirku bergetar namun aku menahan dengan mengigitnya, pandanganku sudah memburam jadi aku memutuskan untuk pamit terlebih dulu takut jika air mataku tumpah di depan Reynald, aku tidak ingin terlihat lemah.
Aku menyeret langkahku yang terasa berat menuju gerbang sekolah, lalu suara deru motor terdengar, setelahnya kulihat Reynald dan Oca berboncengan,
"Duluan ya..." sapa Oca yang hanya ku balas dengan senyuman."You're such a fool, Meira." Ucapku sambil menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAMELEON
Fiksi Remaja[16+] "Terkadang jatuh cinta itu hanya karena hal yang sepele, saking sepelenya ketika ditanya 'kenapa bisa?' Kita gak bisa jawab." -chameleon. Selamat menikmati kisah Reynald Gabriel Atmaja yang sifatnya mudah berubah dalam hitungan detik juga si b...