Happy reading!
Mengingat ini sudah 50 hari menuju Ujian Nasional membuat anak kelas tiga hanya belajar materi yang akan diujikan.
Pagi sekali aku meminta Mang Jajang mengantarku kesekolah, karena jika tidak, pasti aku harus berdebat dengan Kakek dan Nenek yang menyuruhku untuk berangkat bareng dengan Reynald.
Sesampainya disekolah ternyata Nadin sudah berjalan tak jauh didepanku,
"Pagi amat, tumben." sapaku yang membuat Nadin terkejut.
"Sugan teh jurig!" (kirain setan!)
"Hahaha... sialan lo!"
"Kok gak bareng koko gemes?" Nadin sudah sejak lama terkena virus Adel yang memanggil Reynald dengan sebutan koko gemes.
Awalnya dia sama denganku yang langsung memaki Adel jika memanggil Reynald dengan sebutan itu, namun setelah kuceritakan semua sikap Reynald padaku, Nadin pun turut berpihak pada Adel.
Aku menggedikkan bahu sebab bahan obrolan pagi dari Nadin itu membuat hatiku kembali mencelos kecewa.
Mungkin jika Reynald hanya meninggalkanku, aku sudah memaafkannya sejak ia mengirim tiramisu, namun melihat dia berjalan bersama perempuan yang kuketahui bernama Jasmine atas pengakuannya sendiri, membuatku ragu untuk kembali percaya.
Aku tidak melarang Reynald dekat dengan siapapun, tapi untuk perselingkuhan aku sangat tidak mentolerirnya.
"Lo yakin emang dia Jasmine?"
"Reynald sendiri yang bilang."
"Gila! Terus lo mau apain dia? nonjokin? namparin? atau gimana? Gue bantu!" Nadin terlihat bersemangat, kilatan matanya terlihat seperti orang marah, tidak suka.
Bahkan Nadin berlagak menggulung lengan bajunya."Kok jadi lo yang heboh?" aku menatapnya curiga membuat Nadin tergagu.
"Yaa gak gitu, gue kan..." Nadin merapikan kembali lengan bajunya,
"Nadin, gue mau pinjem temen lo!"
Suara itu memotong perbincangan kami yang otomatis menoleh kebelakang, entah sejak kapan Reynald sudah berdiri dibelakang kami.
Nadin menengok ke arahku seperti meminta pendapat, akan kuiyakan atau kutolak ajakan Reynald.
Tidak ingin menunggu waktu lama, Reynald menarik tanganku namun kulepaskan.
"Ayo, Din, gue mau sarapan dulu ke kantin." tanganku beralih menarik Nadin yang tediam menyaksikan lalu meninggalkan Reynald yang tidak berniat mengejar.
"Harusnya tadi lo tonjok mukanya, biar dia sadar, Mei!" Nadin bersuara dalam keheningan kantin yang baru ada penjual soto saja.
"Tangan gue terlalu cantik buat nonjok muka dia."
"Alah, bilang aja tangan lo gak tega buat nonjok muka gantengnya!"
Ucapan Nadin tanpa sadar kuiyakan dalam hati, namun karena gengsi yang terucap adalah "Idih, najong!"
***
Keadaan kelas yang hening saat ini ramai karena sedang beristirahat.
Tiba-tiba saja murid bergiliran meninggalkan kelas menciptakan keheningan kembali, Reynald berkeliling untuk menutup gorden kelas, begitu juga dengan pintu, ketika Hedry yang menjadi orang terakhir mulai meninggalkan kelas.
Aku sadar ada yang tidak beres langsung bangkit berniat untuk ikut keluar kelas.
Reynald berdiri menghalangi pintu, membuatku mengurungkan niatku, malas untuk berbicara dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAMELEON
Teen Fiction[16+] "Terkadang jatuh cinta itu hanya karena hal yang sepele, saking sepelenya ketika ditanya 'kenapa bisa?' Kita gak bisa jawab." -chameleon. Selamat menikmati kisah Reynald Gabriel Atmaja yang sifatnya mudah berubah dalam hitungan detik juga si b...