Happy reading!
Reynald datang dengan mobil sedan berwarna silver yang akhir-akhir ini sering ku tumpangi untuk ke sekolah maupun berpergian.
Aku sempat bertanya kenapa saat ini ia lebih sering pakai mobil dibanding motor jawabannya simple, "Kalo naik motor gak bisa ngobrol, kedengerannya cuma wush... wush... wush... angin doang. Apalagi kalo ngebut."
Aku tertawa mendengar alasannya, "Ya makanya jangan ngebut-ngebut!"
"Kalo gak ngebut gak bisa modus, hahaha..." lalu ku hadiahi ia dengan cubitan kecil hingga lengannya memerah.
Padahal aku tau alasannya karena saat ini sedang musim hujan, ia tetap membawa motor ketika pergi sendiri namun selalu bawa mobilnya jika pergi bersamaku.
Pernah sekali ia membawa motor ketika menjemputku, saat pulang sekolah ternyata hujan turun deras dan ia hanya memiliki satu mantol hujan, akhirnya ia memesankan taksi online untukku dan ia mengawalku dari belakang menembus hujan, begitulah Reynald, cara romantisnya beda.
Saat ini Reynald menjemput untuk mengantarku ke toko buku mencari buku persiapan ujian masuk perguruan tinggi.
Ia dengan penampilan santainya hanya berkaos biru dongker dengan brand ternama, dan celana bahan sebatas lutut berwarna putih, sedangkan aku bersusah payah memakai dress berwarna peach yang baru seminggu ini dibelikan oleh Nenek.
"Waaah, you look so beautiful, baby." katanya ketika aku baru masuk kedalam mobilnya.
"Jelas lah!" Kusauti dengan rasa Pe-De yang berlebih, ia hanya berdecih.
"Udah cocok jadi bundadari.''
"Ih, bidadari kalii..''
"Lo mah bukan bidadari, tapi bundadari."
"Kenapa? karena gue bunder? Iya?" Aku mulai kesal dengannya yang selalu membahas berat badanku, karena menurutku ini sudah cukup ideal. Aku tidak suka terlihat kurus apalagi gemuk.
"Sensi banget sih, orang maksud gue bundadari anak-anak gue."
Aku hanya mendengus kesal, sengit dengan kelakuannya.
"Kamu udah kayak orang cina kalo dandan kayak gitu."
"Gak usah kamu-kamuan deh, geli!"
"Ditolak untuk yang kedua kalinya..." ucapnya dengan gemas.
"...tapi bener deh, mata lo kok bisa sipit gitu sih? Lo ada keturunan chinese?"
"Enggak ada, gak tau juga nih kenapa. Emang keliatan banget ya gue sipit gitu? Asal ketemu orang baru pasti dikiranya gua keturunan cina."
Dia menganggukan kepalanya mengiyakan pertanyaanku, lalu menjalankan mobilnya.
"Eh Rey, kemarin oma pake hijab, terus gue liat ada foto oma sama opa lo..." aku menggantungkan ucapanku ragu ingin meneruskan, tapi kulihat Reynald menunggu kalimat selanjutnya.
"...gue liat oma sama opa foto di mekkah, mereka islam?"
"Iya, oma jadi mu'alaf waktu mau nikah sama opa." ia menjawab seadanya.
"Tapi kenapa orang tua lo sama lo katolik? Maaf sebelumnya, kalo gak mau jawab gak papa, hehe... gue penasaran aja."
"katanya sih Mami sebelum ketemu papa jadi orang yang labil, kalo dia lagi sama temennya yang islam ya ikut shalat, tapi kalo diajak sama saudaranya ke gereja dia juga ikut. Sampe akhirnya pas kuliah ketemu papa, yang ternyata agamanya katolik jadi mami mutusin tetap jadi seorang katolik." jelasnya panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAMELEON
Teen Fiction[16+] "Terkadang jatuh cinta itu hanya karena hal yang sepele, saking sepelenya ketika ditanya 'kenapa bisa?' Kita gak bisa jawab." -chameleon. Selamat menikmati kisah Reynald Gabriel Atmaja yang sifatnya mudah berubah dalam hitungan detik juga si b...