Dua puluh

428 37 0
                                    

Happy reading!!!

Hedry tidak main-main dengan perkataannya kemarin, setelah pengakuannya ia gencar mendekatiku, mengajakku ke kantin, mengajak ngobrol dan membahas hal yang tidak penting membuatku sedikit terganggu.

Bahkan kini, kolong mejaku terisi setangkai bunga mawar dan coklat setiap harinya, ini menggelikan. Apa Adel tau sikap Hedry yang alay bin lebay ini.

Hedry memang tidak bisa dibilang jelek, karena biarpun badannya berisi, kulitnya putih bersih satu tingkat diatas Reynald, rambutnya agak ikal juga bola matanya berwarna coklat, senyumnya sebelas dua belas manisnya dengan Reynald, hanya saja Hedry abai dengan bau badannya, itu yang membuatku tidak nyaman.

Bagiku, seseorang yang memiliki bau badan tidak sedap kadar kegantengan atau kecantikannya menurun 80%, berbeda dengan Reynald yang selalu wangi bahkan ketika abis olahraga.

Makin hari sikap Hedry semakin membuatku tidak nyaman, sedangkan Reynald justru semakin menjauh. Terbukti ketika berangkat sekolah aku melihat Reynald baru saja datang bersama cewek yang diboncenginya, mereka terlihat senang.

"Reynald sama siapa ya?" batinku, tapi aku tidak peduli karena aku sudah bilang kalau aku sedang mencoba membencinya.

Di kelas Nadin dan Adel sedang duduk berkumpul dengan 4 anak lain, aku memutuskan untuk bergabung bersama mereka. Kami bercanda gurau serta bergosip sampai bunyi bel masuk terdengar.

***

"Mei, ke kantin yuk?"

"Ayo deh, gue pengen mi ayam."

Sesampai dikantin, aku melihat Reynald dan cewek tadi sedang duduk berhadapan di meja dekat gerobak mi ayam.

Entah kenapa aku tidak lagi bergairah untuk makan disana, "Din, gue beli batagor aja deh."

"Lah kenapa?" Nadin melihat kedai mi ayam dan langsung paham,

"Oh dia Oca anak XII A2, emang cantik sih dia, bapaknya bule."

Adel yang mengerti menepuk-nepuk pundakku.

"Kok bisa kenal ya?" tanyaku,

"mungkin satu club basket, si Oca jago basketnya."

"Kalah kemana-mana dong gue, hahaha..." aku tertawa palsu.

"Udah tenang, Hedry buat lo gak papa kok! Gue ikhlas, Mei, tapi jangan sedih gini... gue ikutan sedih." Ucap Adel sambil merangkulku. Lihat? Adel memang teman yang sangat setia dan bisa diandalkan, wajar jika Nadin sempat sedih mendengar Adel akan kuliah di luar negeri.

"Enggak, gue biasa aja. Masalah Hedry gue bakal jelasin ke dia secepatnya, karena gue juga gak nyaman, Del."

"Jadi sekarang kita mau makan atau melow-melowan di kantin?" Nadin melipat tangannya didepan dada, "Hahaha...ya makan lah, tapi gue beli batagor aja."

Nadin dan Adel memilih ikut bersamaku membeli batagor, kami duduk menjauh dari meja Reynald.

Meskipun jauh, keberadaan mereka masih bisa terlihat dari posisiku saat ini, aku memperhatikan mereka yang sedang berbincang, jemari Reynald seperti menggambarkan sesuatu di meja makan, lalu Oca tertawa, mungkin mereka sedang membahas hobby mereka yang sama.

Tawa Reynald juga tidak lepas dari wajahnya sesekali ia memegang matanya yang terlihat berair karena terlalu banyak tertawa, jarang kulihat sebelumnya dimana Reynald bisa sedekat ini dengan seseorang.

CHAMELEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang