Lima belas

470 41 0
                                    

Happy Reading!!!

"Mana jus gue, Mei?"

"Aduh lupa! Ketinggalan di lapangan basket."

"Kok bisa? Gue udah nunggu lama-lama juga ih!" Nadin memprotes membuatku semakin terpojokkan. Bahkan ia memaksaku untuk mengambilnya namun jelas ku tolak mentah-mentah.

Kini ia mengancam tidak akan mengganti uangnya jika aku tidak mau mengambil jus miliknya. Tapi aku tidak peduli, lebih baik kehilangan uangku daripada kehilangan harga diri harus menanggung malu karena bertemu dengan Reynald.

"Lu ambil sendiri aja sana kalo bawel! Gue males." Aku melipat tangan diatas meja lalu menundukkan kepalaku diatasnya.

Nadin hanya berdecak kesal, ia kemudian lanjut mengerjakan soal matematika dia hadapannya. "Pala gue panas gini tuh butuh yang adem-adem, udah ngebayangin enaknya minum jus mangga." Nadin masih saja terus berbicara sendiri.

Dari posisiku saat ini, aku bisa melihat sepatu hitam putih milik Reynald berhenti tepat di depan meja kami, aku dan Nadin.

"Nad, nih jus lo!"

"Loh kok bisa di elu?"

"Tadi gue gak sengaja numpahin jus nya Meira, jadi gue ganti." Ucapnya dengan nada datar.

"Oh pantes aja orangnya jadi badmood begini. Elu sih kalo jalan pakenya mata kaki." Canda Nadin membuatku menaha tawa di posisiku.

"Hahaha... kalo badmood nya mah bukan gara-gara jusnya tumpah. Tapi karena udah keceplosan." Reynald terkekeh, sedangkan aku semakin memejamkan mata erat-erat berharap Reynald tidak membahas lebih lanjut dan segera berlalu.

"Maksud lo?"

"Husst... udah jangan berisik nanti temen lo bangun, biarin aja dia tidur sampe nanti pulang gak usah dibangunin."

"Dia gak tidur kok."

"Dia tidur, Nad. Buktinya kita omongin dia gak denger. Oh iya, tolong kasihin ini jus nya dia ya, suruh minum, diabisin."

"Woi, lo tidur, Mei? Cepet anat baru nempel langsung molor." Nadin menggoyang-goyangkan lenganku namun kuabaikan.

"Udah gue bilangin dia tidur, terkutuk dia jadi putri tidur. Hahaha..."

Merasa tidak suka karena aku menjadi bahan obrolan, aku langsung mengangkat kepalaku.
"Gue gak tidur!"

Reynald tersenyum lebar, memberi jus mangga di depan wajahku, "nih minum! Udah gak usah malu, yang tau cuma gue kok!" Dia tertawa lalu berjalan menuju mejanya.

"Kenapa sih, Mei?"

"Diem lo! Gak usah banyak tanya-tanya!" Jawabku dengan nada ketus kemudian mengambil jus mangga itu dan meminumnya dengan tidak sabaran.

"Lo udah gak minum berapa tahun sih, Mei?" Sindir Nadin.

"Berisik lo!"

"Dih, kok lo jadi emosi ke gue? Yang numpahin jus kan si Reynald."

"Dieem! Udah mana sini ganti duitnya, kan lo udah minum jusnya."

"Lah, ini kan yang beliin Reynald."

"Kata siapa? Mau aja lo dibohongin sama dia."

"Dibohongin gimana?"

"Ya pokoknya ini tuh gue yang beli, udah deh lo banyak tanya banget tinggal ganti duitnya aja."

"Ish, perhitungan banget lo jadi temen." Ucap Nadin sambil memberi selembar uang sepuluh ribu kepadaku.

"Kembaliannya mana?"

"Ya elah cuma kembali dua ribu ini, anggep aja ongkos jalan kenapa sih!" Kesalku.

"Heh, bensin dua ribu juga bisa buat dari Cibereum ke pasar Cileuleuy!"

Tanpa minat berdebat lebih panjang lagi aku memberinya uang dua ribu. "Gitu dong, bisnis adalah bisnis! Uang kembalian sekecil apapun adalah riba jika langsung dianggap hak milik."

Ketika jus sudah hampir habis aku melihat samar-samar kertas tertempel di bawah gelas plastik bening yang sedang kupegang.

Awalnya aku mengira itu merk dari produk gelasnya jadi kubiarkan saja. Namun setelah Nadin menghabiskan jusnya aku tidak menemukan kertas serupa digelasnya.

Dengan pelan aku meraba bagian bawah gelas, satu kertas kecil menempel di tanganku.

Aku langsung menengok ke arah orang yang mengirim sobekan kertas itu, seakan tau kalau aku akan melihatnya, dia sudah terduduk di singgasana-nya, pojok kanan kelas, dengan kaki yang diluruskan ke kursi milik Hedry, ia tersenyum tampak gigi sambil ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku langsung menengok ke arah orang yang mengirim sobekan kertas itu, seakan tau kalau aku akan melihatnya, dia sudah terduduk di singgasana-nya, pojok kanan kelas, dengan kaki yang diluruskan ke kursi milik Hedry, ia tersenyum tampak gigi sambil mengangkat satu alisnya.

Melihanya jantungku seperti berhenti sepersekian detik, merasa terpergok karena awalnya mengira kalau dia tidak melihat kearahku, aku langsung berbalik ke arah depan menjatuhkan kepalaku ke atas meja. "Haduuuh..."

"Kenapa lo?"

"Jantung gue akhir-akhir ini gak sehat. Berdebar-debar gak jelas gitu terus rasanya." Ucapku pelan dengan mata tertutup.

"Hah? Lo punya penyakit jantung? Hih, atau jangan-jangan lo 'make'?" Panik Nadin, membuat Adel menghampiri kami dengan wajah ingin taunya.

"Sembarangan lo kalo ngomong! Gue masih waras kali, gue kena asep rokok aja gak bisa, masa iya gue pake begituan." Aku berusaha menutup mulut Nadin yang sudah bersiap ingin berbicara lagi.

"Lo ada penyakit jantung, Mei?" Adel membuat suasana semakin heboh. "Kok lo gak bilang-bilang sama kita? Kenapa lo? Ada yang ngagetin lo? Emang tanda-tandanya punya penyakit jantung tuh gimana sih?"

Adel berbicara semakin tidak terhentikan sedangkan Nadin tertawa dibalik tanganku yang menutup mulutnya. "Gue sehat, gue sehat! Udah jangan pada berisik!" Bisikku menenangkan mereka.

"Waaah... kacau, Din! Parah ini mah! Yang gue tau, kalau orang sakit parah dan udah mau mati tuh suka bilang dia sehat-sehat aja karena gak mau ngerepoting orang lain." Adel semakin heboh, membuat hatiku menerutuki kebodohannya.

"Ya Allah, Mei, kita baru aja kenal loh padahal. Masa lo udah mau mati aja sih." Lanjutnya lagi membuat Nadin kini turun tangan.

"Lo kalo ngomong suka ngaco! Apaan sih mati, mati, lu kira nyawa ayam!" Nadin menoyor pelan kepala Adel, sedang Adel malah memasang wajah tidak bersalahnya.

Aku yang sudah gemas dengan Adel memilih untuk mengabaikannya. Aku kembali melihat ke pojok kelas dan Reynald tertawa mendengar pembicaraan kami barusan.

Dalam sehari untuk kedua kalinya aku merasa sangat dipermalukan. Oh ayolah tolong! Siapapun yang bisa membantuku, sekarang juga aku ingin tenggelam ke inti bumi atau pindah ke mars.

TBC

#SAPAAUTHOR

Heiii... terimakasih sudah mau baca, jangan lupa ketuk tombol bintang ya! Dan jangan lupa juga untuk kasih komentarnya dan share ke temen-temen kalian. ^^

CHAMELEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang