Tujuh

611 52 0
                                    

Happy Reading!

Bisa dibilang minggu ini adalah minggu tersibuk untuk murid SMA di kota yang terkenal sebagai penghasil berbagai olahan pangan dari susu. Hal itu dikarenakan minggu depan sudah masuk jadwal untuk ujian tengah semester. Ada yang sibuk mencatat materi yang belum lengkap, saling tutor materi yang belum dipahami, mengerjakan soal sambil membolak-balik buku, adapula yang mengambil jalan pintas dengan pergi ke tempat fotocopy karena malas mencatat, aku salah satunya.

''Din, pinjam buku matematika lo dong, mau gue fotocopy.''

''Ambil tuh di tas, tapi nanti gue ke rumah lo ajarin grammar yang kemarin ya?''

''Jangan nanti deh, seperti biasanya gue butuh ketenangan seminggu sebelum ujian dengan tidak menyentuh pelajaran apapun dan bersenang-senang. Ini kan baru hari Jum'at, besok Minggu aja lo kerumah, kita belajar bareng.''

''Yaudah, hari Minggu gue kerumah lo ya?'' Ku jawab dengan acungan jempol, kemudian mengambil buku catatan matematika milik si peringkat 1 yang sangat amat lengkap dan cocok untuk digandakan.

''Eh iya, Din, kisi-kisi sosiologi lu yang kerjain ya, biar gue yang geografi nanti kita tukeran."

"Iya udah gampang."

Dari gerbang sekolah sudah terlihat tempat fotocopy-an yang penuh sesak dan nampak gerah. Ingin mengurungkan niat namun rasa 'butuh' lebih mendominasi.

"Sini biar gue aja." Aku terkejut ketika seseorang mengambil paksa buku yang tersampul rapi dari tanganku.

''Heh, enak aja! Lo belum ijin sama Nadin!"

"Mau ngantri segitu banyaknya? Didalem pasti panas."

"Biarin aja, gue bisa sendiri. Kembaliin bukunya!" Dia melempar buku tiba-tiba membuatku tergopoh untuk menangkapnya. "Dibantuin gak mau, yasudah."
Ia melenggang santai pergi meninggalkanku yang masih kesal dengannya.

Aku melangkah malas menuju tempat fotocopy, menunggu hampir 30 menit dan masih belum juga mendapat giliran. Merasa putus asa akhirnya aku menyerah untuk menunggu di kelas saja yang jelas lebih nyaman.

"Katanya bisa..." Reynald datang sambil tertawa mengejek seraya mengambil buku catatan itu dari atas mejaku.

"Reynald! Buku gue tuh, mau dibawa kemana?" Teriak Nadin. Reynald hanya mengangkat tangan yang memegang buku catatan itu sambil menggoyang-goyangkannya.

"Udah biarin, gak usah ditanggepin. Capek sendiri lo nanggepin orang kayak dia."

"Ya gak bisa gitu dong, Mei! Gue capek-capek nyatet dia tinggal fotocopy doang."

"Berarti lo gak ikhlas ngasih ke gue?" Tanyaku memojokkannya.

"Ya ikhlas lah, lu kan temen gue. Kita saling berkontribusi mendukung satu sama lain, lah dia apa keuntungannya buat gue?"

"Udaaaah anggep aja pahala buat lo. Inget, ini hari-hari tenang kita, tarik nafas panjaaaang, tarik dalam-dalam... tahaaan... hempaskan segala emosi!" Aku berbicara seraya mempraktekannya.

"Gak lagi keabisan obat kan, Mei?" Nadin memegang dahiku sambil berbicara datar.

"Ish, sialan!" Sahutku sambil menggeplak pipinya. Nadin tertawa melihat wajah kesalku.

CHAMELEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang