Happy reading!
Nadin melapor pada Deri tentang kejadian tadi pagi, entah ia menceritakan Reynald memeluknya atau tidak, tapi Deri tidak marah sedikitpun padanya.
Deri menghampiri Cecep lalu mereka bergulat di belakang kelas disaksikan murid satu kelas dan menjadi ramai karena kelas lain juga turut menyaksikan, ada yang masuk kekelas ada juga yang hanya melihat lewat jendela. Hampir semua siswa mendukung Deri sebab banyak yang tidak suka dengan Cecep yang terkesan jail, nakal, dan rusuh.
Aku pergi ke kantin sendiri, karena tidak berminat menyaksikan adegan tinju di kelas. Nadin sedikit canggung denganku, baguslah, aku jadi tidak repot mencari alasan untuk menghindar. Adel sudah menawarkan diri untuk ke kantin bareng namun kutolak karena aku ingin sendiri.
Suasana kantin bisa dibilang lebih sepi dari biasanya, mungkin mereka sedang heboh-hebohnya menyaksikan si biang rusuh sekolah dan cowok pintar sedang bertarung.
"Hei..." Reynald menghampiriku yang sedang memakan batagor, ia membawa stringbag hitam yang kuyakini berisi bola basket.
"Basket yuk!" ajaknya, aku hanya berdeham tidak berniat membalas ajakannya.
"Ayoook!" Reynald mengetuk-ngetuk meja dengan semangat.
"Lagi males." ucapku singkat, sedari tadi pandanganku hanya mengarah pada piring berisi batagor yang tinggal setengah.
Tidak mau menatapnya, karena takut pertahananku runtuh,
"Yaaah..." ia mendesah kecewa,
"yaudah nanti pulang sekolah aja ya." tawaran yang lebih terdengar seperti paksaan.
Ia memanggil Bi Esih, penjual batagor, lalu memesannya. Aku menatapnya kesal, "Gue lagi mau sendiri."
"Dih emang kantin ini punya lo!" ketusnya.
Aku mempercepat makanku, Reynald terus-terusan menatapku membuatku gelisah tak nyaman. Batagor dipiring sudah habis, aku segera meneguk es jeruk lalu beranjak dari tempat duduk berniat pergi, tapi ia lebih dulu bangkit dari duduknya.
"Bi, pakein plastik aja batagornya!" teriaknya.
Reynald menahan tanganku, dan menariknya menuju meja jualan Bi Esih."Makasih ya, Bi!' ucapnya setelah membayar dan menerima bungkusan batagor.
"Lepasin ih!" ucapku,
"Gue mau bareng ke kelasnya." sahutnya seperti tidak merasa bersalah sedikitpun.
"Setelah tadi malem lo bilang suka ke gue, paginya lo meluk cewek lain, dan sekarang dengan santainya lo bilang mau bareng gue?" teriakku mengeluarkan segala protes yang sejak tadi tersimpan.
Reynald menatapku dengan alis terangkat sambil tertawa ringan, "Lo lagi cemburu?"
Aku berdeham mengontrol emosi dan gejolak yang siap untuk pecah kembali, "Gue mau ke toilet."
***
Setelah guru mata pelajaran terakhir memberi salam, aku bergegas keluar ruang kelas sambil mengotak-atik gadgetku ingin memesan ojek online.
Aku sempat menelfon Mang Jajang untuk menjemput, namun ia bilang tidak bisa karena sedang menemani kakek di lokasi batu. Pun malas jika harus menunggu angkot.
Aplikasi itu sedang mencari driver untukku, tiba-tiba ada tangan yang dengan tidak sopan merebut ponselku dan membatalkan pesanannya.
"Balikin!"
Reynald memasukkan ponselku ke dalam saku celananya, lalu berjalan melewatiku begitu saja.
"Balikin handphone gue!" ucapku sambil mengejarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAMELEON
Ficção Adolescente[16+] "Terkadang jatuh cinta itu hanya karena hal yang sepele, saking sepelenya ketika ditanya 'kenapa bisa?' Kita gak bisa jawab." -chameleon. Selamat menikmati kisah Reynald Gabriel Atmaja yang sifatnya mudah berubah dalam hitungan detik juga si b...