Happy reading!
Hari ini Reynald tidak menjemputku sebab aku bilang akan berangkat sedikit siang untuk membantu nenek terlebih dulu, Reynald sempat memaksa untuk menungguku namun kutolak.
Mang Jajang yang mengantarku ke sekolah dengan motor bebek andalannya, "Makasih ya, Mang!"
"Iya sama-sama, hayu atuh Amang duluan." aku mengangguk, aku bergegas memasuki gerbang sekolah, menyapa pak satpam juga beberapa murid yang kukenal.
Ketika dipertengahan tangga aku melihat Reynald dan Nadin berjalan 4 tangga diatasku, "Yel, lo serius kan suka sama Meira?" tanya Nadin, aku mengerutkan keningku lalu memilih untuk memelankan langkah agar tetap berjarak dengan mereka.
"Iya." jawab Reynald,
"Dia sahabat gue, jangan cuma karena dia mirip sama Jasmine lo bisa seenaknya sama dia."
Aku terhenyak mendengar kalimat itu, hatiku berdenyut sakit.
"Itukan awalnya, sekarang beda, Nad!"
"Beda gimana?"
Reynald mendesah kasar tidak bisa menjawab, "Lo masih berharap sama Jasmine?" lagi-lagi tidak ada jawaban dari Reynald, aku refleks mengangguk paham jawaban yang pastinya akan keluar dari mulut Reynald.
Aku kembali berjalan normal membuat hentakan yang sedikit lebih keras sehingga Nadin menengok ke bawah, wajahnya mendadak tegang sedangkan Reynald justru tersenyum kearahku.
"Mei..." Nadin memanggilku dengan kikuk, seperti tertangkap basah sedang selingkuh.
"Gue cuma ini kok, apa... nagih Reynald buat bayar kas, iya! dia udah nunggak satu bulan soalnya." kebetulan Nadin memang bendahara kelas, tapi ku yakin alasannya ini bohong karena maksimal menunggak uang kas itu 2 minggu sebab akan diperiksa rutin oleh wali kelas.
Aku menaikkan satu alisku, "Ya kan, Rey?" ia nampak menyenggol lengan Reynald yang masih senyum menatapku, aku memutuskan untuk pergi tanpa peduli dua makhluk di depanku ini.
Nadin langsung menggandeng lenganku lalu meninggalkan Reynald sendirian, "Gue beneran, Mei."
"Iya, gue percaya!"
"Terus kenapa diem aja? masih marah sama Gab... eh, maksud gue Reynald."
Aku hanya mengangkat bahuku singkat, bertepatan dengan itu kami sampai di ruang kelas.
Deri menghampiri Nadin yang sedang merayuku untuk bicara. Pesona Deri memang tidak pernah hilang, kayaknya Deri tipe cowok idaman seluruh perempuan deh.
"Kenapa?" Nadin hanya menggeleng, Deri memberikan satu kotak susu UHT rasa coklat pada Nadin,
"Nih, semangat ya!" katanya sambil mengacak rambut chairmate-ku itu, aku bergidik ngeri melihat Nadin yang sangar mendadak melow menjadi kecewek-cewekan.
***
Seminggu ini tidak ada pelajaran sama sekali karena tiga hari lagi pembagian raport akhir semester, guru-guru lebih memilih sibuk mengisi raport ketimbang masuk kelas.
Toh, materi satu semester ini juga sudah habis. Aku yang merasa bosan dikelas memutuskan menuju GOR untuk bermain basket. Sebelumnya aku ijin kepada Pak Rahmat, guru olahraga, ingin meminjam bola basket.
Setelah mengambil bola basket digudang aku berjalan menuju GOR, sesampainya disana ada Rio dan beberapa temannya yang hanya ku ketahui Felix dan Ge, mereka sedang berbincang di sudut lapangan setelah main futsal.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAMELEON
Dla nastolatków[16+] "Terkadang jatuh cinta itu hanya karena hal yang sepele, saking sepelenya ketika ditanya 'kenapa bisa?' Kita gak bisa jawab." -chameleon. Selamat menikmati kisah Reynald Gabriel Atmaja yang sifatnya mudah berubah dalam hitungan detik juga si b...