Duapuluh tiga

387 30 0
                                    

Happy Reading!

Semakin hari aku mulai terbiasa dengan keadaan disini, tidak ada lagi nangis drama dan emosi yang membakar cukup banyak energi.

Nadin tidak bercanda dengan tawarannya kemarin, tanpa seijinku dia memberi nomorku kepada Rio, si mantan ketua osis.

Aku menanggapinya dengan wajar, karena Rio pun begitu. Tidak ada kalimat-kalimat menggelikan dan basi khas orang pdkt, dari situ dia sudah memiliki satu poin plus di hidupku.

Kalo boleh jujur Rio memang satu tingkat lebih ganteng dan berwibawa dibanding Reynald, dia juga perhatian dan lemah lembut. Tidak kaget jika dulunya ia adalah ketua osis idaman siswi di sekolah.

Berada didekatnya aku merasa aman dan nyaman. Dia selalu memperlakukan ku seolah aku lah ratunya, berbanding terbalik dengan Reynald yang selalu membuatku mengeluh, menderita dan tersiksa.

"Nanti pulangnya aku antar ya? kebetulan aku gak ada jadwal les." Rio membuka pembicaraan disela-sela makan siang kami di kantin, "Iya" kujawab.

"Mau mampir kemana dulu gitu gak?" Aku tau dia sedang memberi kode.

"Mau dong, makan eskrim yuk." ajakku tanpa malu-malu. Sebagai  perempuan memang harus pintar tarik-ulur. Laki-laki itu gak suka dengan perempuan yang terlalu sombong, angkuh dan sulit ditaklukan tapi mereka juga gak suka dengan perempuan yang terlalu gampangan.

So, dalam masa pdkt bukan hanya laki-laki yang harus pinter-pinter mengatur strategi, perempuan juga harus bisa. Dengan begitu kalian akan tau, dia benar tulus atau hanya modus.

"Iya boleh." jawab Rio lalu mengacak lembut poniku.

"Jangan dipegaaaaang!" kesalku,

"hahaha... kenapa sih?" Ah, lesung pipinya, membuat siapapun meleleh.

"ngebentuknya susah tau!" Sahutku dengan nada sinis.

"Yaaaa ampuuun..." Rio memegang dahinya, membuatku turut tertawa melihat wajah kagetnya.

"Bercandaa..." ucapku.

Nadin dan Deri menghampiri kami yang sedang menikmati mi ayam Mang Engkus, mi ayam paling murah dan enak se bumi Lembang.

"Berduaan mulu sekarang euy!" Kata Deri merangkul Rio,

"Naon maneh ih, bisi dikira homo!" (apa sih kamu, bisa dikirain homo) aku dan Nadin tertawa, sedangkan Deri menatap Rio kesal.

"Kapan-kapan double date yuk!" Ajak Nadin,

"Date apaan? gue sama Rio gak pacaran!" elakku.

"Tuh, Yo! maneh mah teu peka geus dikode-kode oge, geura atuh dijedor! Bisi di ambil orang." ledek Deri (Tuh, Yo! kamu udah dikode-kode juga, buruan di tembak! takut diambil orang.)

"Deeriii... lo kira gue apaan dijedor-jedor! Din, pacar lo nih!" sekuat tenaga aku menahan rona merah yang akan keluar dari pipiku.

"Ah elu kebiasaan, malu-malu tapi mau!" Sahut Nadin tanpa minat.

"Udah jangan diledekin, kasian cewek gue!" Rio bangkit dari duduknya, mengambil duduk disamping ku kemudian merangkulku.

CHAMELEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang